Peringatan! Tulisan ini mengandung unsur seksual. Bagi kalian di bawah umur atau yang tidak menghendaki tulisan semacam itu silakan tutup akun ini. Namun demikian, tujuan ditulisnya artikel ini adalah untuk tujuan pendidikan seks atau six education.
Tulisan ini dikutip dari Viva.co.id tanpa melakukan copy-paste. Dengan beberapa bagian dilakukan editing seperlunya.
Siapakah Erica?
Nama lengkapnya Erica Garza. Ia adalah seorang penulis di Amerika. Kini usianya sudah 36 tahun. Ia menceritakan sudah berani menonton film porno "softcoer" atau semi sejak usia 12 tahun di acara TV tengah malam. Saat itu tahun 1994. Di mana internet dan gadget belum berkembang pesat seperti sekarang ini. Kebiasaan itu ia lakukan bahkan hingga usia dewasa beranjak.
Ternyata, Erica menikmati pornografi bahkan masturbasi tidak semata-mata karena ia suka padanya. Namun itu sebagai bentuk sebuah pelarian. Ia adalah penderita skoliasis. Harus memakai penyangga punggung saat sekolah. Keadaan itu membuat ia selalu di-bully dan dikucilkan. Setelah menikmati konten dewasa itu ia merasa lebih baik.
Tentu sebagaimana pecandu pornografi lainnya, Erica melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Ia berujar tidak tahu persis bagaimana awal mula itu bisa terjadi. Ia sadar bahwa dirinya adalah siswa dari salah satu sekolah berbasis agama yaitu sekolah Katolik. Dari situ ada beberapa doktrin yang muncul di benaknya. Yakni, seks dianggap sebagai sesuatu yang harus terjadi ketika laki-laki dan perempuan saling jatuh cinta.
Bagaimana orientasi seksual Erika
Orientasi seksual Erika masuk golongan biseksual. Yakni, mempunyai sifat kedua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Bisa dikatakan tertarik pada kedua jenis kelamin. Baik itu pada perempuan maupun laki-laki. Kenyataan itu membuat dia berpendapat bahwa seks tidak ada kaitannya dengan homoseksual maupun biseksual. Dengan begitu ia meyakini tidak ada sesuatu yang buruk pada kisah hidupnya di masa lalu.
Semenjak internet sudah merajalela, Erica intens mencari situs website dewasa di internet. Dengan itu ia merasakan sensasi uforia yang luar biasa sehingga menyebabkan keringat keluar dengan deras dan jantung terpompa kencang. Ia menyimpan film dewasa lalu di lain waktu ditontonnya lagi. Tidak hanya itu, film blue itu juga mempengaruhi imajenasi liarnya. Misalnya diperlakukan secara kasar dan agresif saat berhubungan seksual.
Erika tidak menonton film bokep setiap hari. Meski demikian itu tetap berdampak pada hubungannya dengan doi dan kehidupan nyatanya. Makin ke sini kebiasaan itu membuatnya menjadi cemas hingga stres. Bahkan itu bisa membuatnya menarik diri dari kegiatan lain yang jauh lebih manfaat. Dari situ ia mulai intropeksi. Merasa tidak enak pada dirinya sendiri. Lalu mulai berpikir ada sesuatu yang salah pada dirinya.
Gelora perlawanan pada diri Erica di atas kemudian ia tindak lanjuti dengan usaha nyata. Tepatnya tahun 2014 ia mencari balai pengobatan yang mampu mengatasi masalah kecanduan seksnya. Semoga masalah yang dihadapi oleh Erica tersebut segera selesai. Serta tidak ada lagi Erica-erica lainnya di muka bumi ini. Demikian tulisan ini dibuat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Nyata, Erica Gadis yang Terobsesi Film Porno"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*