Bagi kalian penyuka dunia intelijen, hacker, dan pejuang persamaan hak seharusnya tahu siapa sebenarnya Julian Assange itu. Minimal tahu bahwa dia pendiri WikiLeaks. Di mana, WikiLeaks adalah organisasi pengelola salah satu "jenis" media massa internasional yang berani menelanjangi sejumlah dokumen rahasia negara maupun milik perusahaan yang disajikan apa adanya di websitenya. Tentu dengan itu banyak negara dan perusahaan yang merasa dirugikan.
Namun bagi sebagian yang lain, organisasi yang berpusat di Swedia ini malah mengelu-elukannya. Sebab, dengan kiprah WikiLeaks dianggap berkontribusi membuka tabir yang selama ini dijaga rapat-rapat. Publik menjadi tahu hal-hal yang bersifat rahasia yang seharusnya memang patut untuk diketahui dunia. Pun, hal itu juga bisa menjadi kontrol bagi negara maupun perusahaan supaya tidak seenak udelnya dalam bertindak. Mereka tidak lagi bisa menyembunyikan kebrobokan manajemen internal.
Sebenarnya terkait Julian Assange pernah dibahas secara singkat dalam website *Banjir Embun* ini. Judul tulisannya yaitu Flat World Theory: Revolusi Teknologi Mampu Menjadikan Dunia Datar. Dalam tulisan itu Assange dimasukkan dalam salah satu tokoh (selain Snowden) yang mampu mendobrak tatanan dunia global. Yakni, tatanan dunia yang selama ini informasi atau data rahasia hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja menjadi terbuka. Siapapun memiliki peluang yang sama untuk mengaksesnya.
Siapakah Julian Assange?
Julian Assange sebelum mendirikan dan menjadi direktur WikiLeaks pada tahun 2006 adalah seorang penggerak atau aktivis internet serta menjadi jurnalis di Australia. Bahkan, Assange sebelumnya sudah terbiasa menerbitkan beberapa tulisan. Dari bakatnya itu, ia dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas bocornya kawat diplomatik Amerika Serikat melalui situs WikiLeaks. Saat itu politik dunia mengalami goncangan hebat akibat bocornya data rahasia.
Ada yang berpendapat bahwa Julian Assange sebenarnya bukan pelaku utama dalam skandal WikiLeaks. Bahkan ada yang mengatakan bahwa dia sebenarnya hanyalah boneka. Di antara pendiri maupun pentolan WikiLeaks hanya nama dia saja yang harus dikorbankan untuk dieskpos ke publik. Langkah itu dipilih dengan alasan dia tidak punya rumah maupun keluarga sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan tidak akan berpengaruh signifikan.
Adapun pendiri atau pentolan WikiLeaks lainnya sengaja namanya ditutup rapat dari publik supaya tidak membahayakan keselamatan keluarga mereka. Sungguh sangat dramatis sekali. Bak dalam film aksi yang berkisah tentang pejuang "kesetaraan akses informasi" melawan tekanan para intelijen dunia yang merasa terusik data rahasia negaranya diobrak-abrik begitu saja. Oleh sebab itu dibutuhkan strategi yang sempurna.
Julian Assange memilih Swedia sebagai markas WikiLeaks karena negara secara hukum mendukung hak atas kebebasan untuk berpendapat. Di sana, siapapun tidak boleh mempersoalkan sumber informasi atau data dari suatu cerita. Keterbukaan informasi sangat dijunjung tinggi oleh hukum di negara itu. Siapapun atas dasar apapun tidak boleh diajukan ke pengadilan karena menyebarkan informasi yang bersifat rahasia dan sensitif.
Bisa dikatakan bahwa Julian Assange merupakan salah satu tokoh keterbukaan informasi. Sebab, scara tidak langsung ia mengkampanyekan keterbukaan dan kesetaraan informasi supaya bisa diakses bagai semua kalangan. Bisa dikatakan ia menjadi pendobrak tatanan jurnalistik yang mampu menyajikan berita secara vulgar, apa adanya, dan tanpa pilih-pilih. Dengan begitu, diharapkan tidak ada media massa yang melacurkan diri pada penguasa.
Nasib Julian Assange Bulan April 2019
Sebagaimana dikutip dari Viva bahwa Julian Assange selama ini telah memiliki beberapa kasus hukum. Beberapa negara pernah mempersoalkan dirinya bahkan hingga sekarang ini. Untuk melindungi hak konstitusinya Assange berinisiatif mencari perlindungan atau suaka politik. Tepatnya pada tahun 2012 saat pemerintahan Inggris hendak mengekstradisinya ke Swedia dalam kasus hukum kekerasan seksual ia mencari suaka ke Kedutaan Besar Ekuador yang bertempat di London.
Kini Nasib Julian Assange diujung tanduk. Ia diusir dari kantor kedutaan besar oleh pemerintahan Ekuador. Mengetahui itu polisi Inggris langsung menciduk Assange dengan mendatanginya ke Kedutaan Besar Ekuador di London. Ekuador menjadi lebih "tega" dan tegas pada Assange semenjak pemimpin Ekuador beralih ke tangan Moreno pada tahun 2017 lalu. Sebelumnya pada bulan Maret kemarin koneksi internet Assange di Kedutaan Besar Ekuador juga sudah diputus untuk mengunci langkahnya.
|
Penangkapan Julian Assange (berjenggot) oleh polisi Inggris (sumber gambar) |
Apakah nasib Snowden sang pembelot CIA juga akan bernasi sama? Saya yakin tentu akan beda. Sebab Snowden mencari suaka politik ke negara Rusia. Negara yang sangat berbeda dengan Ekuador. Kita tunggu saja selanjutnya kisa Assange ini. Apakah semangat keterbukaan informasi akan terus membara atau akan padam ditelan hegemoni kekuatan ekonomi dan kekuatan politik? Terima kasih telah membaca. Semoga Bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Julian Assange Pendiri WikiLeaks Sang Pendobrak Hegemoni Informasi Rahasia"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*