Zaman mulai berubah. Dulu mengobrol hingga bercanda hanya bisa dilakukan dengan enak jika berhadap-hadapan langsung. Kini, media sosial telah merubah pola interaksi antar manusia tersebut.
Manusia sekarang baru mau bertatap muka langsung bila komunikasi itu benar-benar intim dan penting. Selebihnya dan sayangnya porsi terbanyak malah dilakukan melalui media sosial.
Mayoritas bahan pembicaraan di media sosial memang komunikasi basa basi atau remeh temeh. Komunikasi yang hanya untuk mengisi waktu luang. Namun sayangnya banyak manusia yang akhirnya terjebak olehnya.
Memang sungguh praktis dan efisien bisa bercengkrama tanpa mesti bertemu langsung. Dampaknya, alih-alih akan mengobati rasa kesepian. Justru yang ada makin memicu rasa kesepian yang amat mencekam. Kok bisa?
Sebagaimana dikutip dari Viva, berdasar hasil penelitian khusus tentang media sosial menyatakan bahwa keseringan menggunakan medsos dapat jadi pemicu hadirnya rasa sepi. Di mana penelitian itu melibatkan 1787 responden usia remaja.
Responden diminta mengisi angket (kuesioner) tentang aktivitas hingga pola mereka dalam menggunakan internet. Baik penggunaan dalam kurun harian maupun mingguan. Hasilnya sungguh mengejutkan.
Di luar dugaan, mereka yang berasyik ria menikmati medsos lebih dari dua jam dalam sehari akan merasa dua kali terisolasi. Sedang yang main medsos kurang dari 30 menit sehari maka perasaan semacam itu tak muncul dalam benak mereka.
Alasan medsos menjadi pemicu kesepian penggunanya
Penelitian yang dilakukan oleh pakar seperti di atas
sungguh beralasan. Berikut ini beberapa penyebab kenapa medsos menjadi pemicu
rasa sepi:
1. Kurangnya waktu sosialisasi di dunia nyata
Biasanya orang yang aktif di medsos tidak akan
terlalu aktif di dunia nyata. Sebab tidak terlalu aktifnya di dunia nyata
itulah mereka akan menggunakan medsos sebagai tempat pelarian. Mereka akan
berdamai dengan perasaan sepi yang menerpa akibat jarang bersosialisasi di
dunia nyata karena beralih menggunakan medsos.
Akan tetapi, bukan berarti media sosial sepenuhnya menjadi penyebab manusia mengurung diri dari kehidupan sosial. Justru tak jarang media sosial menjadi media belajar bagi individu berkarakter introvert (individu tertutup) untuk melakukan sosialisasi. Dengan begitu ia bisa mengembangkan kemampuan bersosialisasinya.
2. Timbulnya perasaan ditinggalkan oleh komunitas
Ketika melihat postingan atau aktivitas media sosial dari sahabat atau orang dikena maka kadang perasaan terasing muncul tiba-tiba. Hal itu karena dia hanya bisa menonton kegiatan orang lain tanpa ikut terlibat di dalamnya. Meski unggahan dari teman itu bukan suatu keburukan tapi seringkali ia memaknai sebagai sebuah "ajang pamer".
Akibatnya rasa canggung muncul sehingga akhirnya memutuskan untuk menyendiri. Ia merasa unggahan atau postingan di media sosial oleh temannya merupakan bentuk ekslusivisme atau pembanggaan diri. Akhirnya bila itu terus dipendam tanpa diselesaikan di dunia nyata perasaan menjadi manusia yang "tak penting" akan muncul di benak dirinya.
3. Munculnya rasa rendah diri
Media sosial telah menciptakan jarak begitu tajam antara kenyataan dengan dunia nyata. Di media sosial kehidupan atau gaya hidup pemilik akun nampak begitu sempurna. Penampakan foto-foto yang begitu indah di tempat yang indah berseliweran di media sosial. Hal itu menimbulkan rasa iri sekaligus rendah diri ketika seseorang mulai membanding-bandingkan apa yang ada di medsos dengan yang ada di dirinya.
Dulu foto yang begitu memukau seperti di atas hanya bisa disaksikan pada majalah dengan model yang orangnya sangat jauh dari kehidupannya. Kini semua orang termasuk temannya juga bisa melakukan hal semacam itu. Akibatnya ia harus menarik diri dari kehidupan mereka karena tidak mampu menyamai "perilaku" teman-temannya di media sosial.
Barangkali cukup sekian dulu tulisan ini. Lain waktu akan disambung lagi dengan tulisan yang se-tema. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Fakta Ilmiah: Ternyata Media Sosial Jadi Pemicu Rasa Sepi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*