Berbeda halnya dengan kebudayaan Asia dan Afrika, penduduk dua benua itu sejak kecil sudah dikenalkan "budaya" jongkok. Tidak hanya saat buang air besar. Kebiasaan jongkok sering dilakukan saat di dapur, ngobrol di pinggir jalan, di pinggir lapangan, atau saat menunggu sesuatu yang dirasa perlu jongkok untuk mengistirahatkan kaki yang terlalu lama digunakan berdiri.
Perlu digarisbawahi bahwa ini bukan berarti semua bule tidak bisa jongkok. Ada segelintir bule mampu melakukan jongkok. Meski tidak sempurna. Itu pun bisa melakukan karena ia terbiasa senam atau beryoga. Sedang alasan lainnya karena mereka sejak kecil memiliki darah asia yang secara kebudayaan juga lekat dengan tradisi jongkok. Secara lengkap berikut ini beberapa alasan mengapa bule tidak bisa jongkok:
1. Tradisi jongkok tidak dikenalkan sejak kecil
Bila ada orang asia atau afrika yang sejak kecil tidak diperkenalkan dengan budaya jongkok maka ketika dewasa mereka juga tak akan bisa jongkok. Sayangnya, orang barat yang mayoritas bule tidak pernah melakukan kebiasaan itu. Barangkali menurut kacamata "gaya hidup" mereka, budaya jongkok itu merupakan budaya kelas rendahan dan tidak sopan. Oleh sebab itu sesuatu hal yang tabu bila itu dilakukan oleh orang berkulit putih.
Ironis, sekarang ini banyak orang timur termasuk Indonesia ada gejala "penghangusan" tradisi jongkok pada generasi penerus. Anak-anak mereka saat buang hajat tidak lagi difasilitasi dengan toilet jongkok. Bukan suatu hal mustahil bila ini terus menerus dibudidayakan suatu saat nanti tradisi jongkok tidak akan eksis lagi di bumi. Bahkan, bisa jadi timbul cara pandang "mengerikan" terhadap tradisi jongkok. Yakni, orang yang bisa jongkok dianggap orang ndeso atau kampungan.
2. Postur tubuh tidak mendukung
Sudah kita ketahui bersama bahwa orang bule mempunyai postur tubuh lebih tinggi dari pada orang timur. Kaki mereka panjang berjenjang. Dengan itu menyebabkan mereka sulit untuk berjongkok. Bilapun dipaksa jongkok mereka juga akan merasa kesakitan karena salah mengatur posisi tumpuan tubuh saat berjongkok. Dalam berjongkok mereka tindak menggunakan seluruh telapak kaki sebagai tumpuan. Namun, hanya menggunakan ujung telapak kakinya.
Selain tubuh yang tinggi, banyak orang barat yang mengalami obesitas (kegemukan). Berat badan yang berlebihan tersebut menyebabkan mereka kesulitan menahan bada ketika jongkok. Tentu faktor obesitas ini tidak hanya berlaku bagi bule. Orang asia atau afrika yang mengalami kegemukan juga bakalan tidak bisa melakukan jongkok secara sempurna terlebih lagi dalam waktu cukup lama.
3. Jongkok Bule yang tak sempurna
Orang bule bisa jongkok. Namun bukan jongkok yang dilakukan secara sempurna. Alih-alih menggunakan seluruh telapak kaki sebagai tumpuan. Malah orang bule saat jongkok hanya menggunakan ujung kaki mereka sebagai tumpuan saat berjongkok. Akibatnya jongkok yang seperti itu tidak akan bisa bertahan lama. Sebab, tekanan yang ada di tubuh tidak merata sehingga cepat capek.
Bule jongkok dengan posisi tak sempurna (sumber gambar) |
Perbedaan anggapan tentang jongkok ini menyebabkan orang bule kesulitan melakukan jongkok dengan sempurna sebagaimana halnya orang asia. Mereka membiarkan ujung tumit tidak menyentuh tanah. Efeknya tulang belakang dan pergelangan kaki menjadi cepat lelah karena menjadi pusat tumpuan. Bisa dikatakan, posisi jongkok seperti itu menimbulkan posisi yang tidak seimbang sehingga berakibat tidak nyaman.
Itulah beberapa alasan mengapa bule tidak bisa jongkok. Dengan membaca tulisan ini diharapkan kalian tidak lagi membully teman, tetangga, atau siapapun yang tak bisa berjongkok saat bercengkrama bersama. Sebab ketidakbisaan ia berjongkok barangkali bukan kemauan ia sendiri tapi memang karena faktor-faktor seperti yang disebutkan di atas. Sebaliknya, jangan sekali-kali menghina orang yang bisa berjongkok dengan memberi gelar sebagai orang "rendahan".
Demikian tulisan ini dibuat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Alasan Bule Tidak Bisa Jongkok Secara Sempurna Ala Orang Indonesia"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*