Eko Uwais kembali lagi unjuk gigi di gelanggang perfilman Internasional. Ia menjadi salah satu dari tiga pemeran utama dalam film buatan Well Go USA Entertainment. Apalagi kalau bukan Triple Threat. Film yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh fans Eko Uwais terutama bagi pecinta film yang dibintangi artis tanah air.
Seperti
film Eko Uwais lainnya. Film ini merupakan film aksi laga yang sangat
minim sekali canda tawa. Alih-alih ada unsur komedinya, malah yang ada
aliran dan muncratnya darah sering disuguhkan. Tak kalah ketinggalan
aksi pertunjukan seni bela diri juga diberi porsi yang tidak sedikit.
Bisa dikatakan ini benar-benar film laga.
Dengan hadirnya Scott Adkins, Triple Threat makin lebih "bernyawa". Sebab dia adalah artis Hollywood yang tidak bisa diremehkan. Ia sudah sering menjadi tokoh utama, pemeran pembantu, dan musuh utama dalam beberapa film. Dua di antara beberapa film terkenal yang pernah ia ikuti ialah The Expendables 2 dan Doctor Strange.
Selain pertarungan, berapa kali film ini menyajikan plot sisi kemanusiawian seorang petarung sejati. Sisi humanisme itu kalian dapatkan ketika Eko Uwais ditolong oleh dua pemeran utama lainnya. Di mana, mereka dipaksa harus saling mengerti satu sama lain. Pada akhirnya mereka punya musuh bersama yang harus dibunuh yaitu Collins, dkk.
Singkat cerita mereka mengikuti strategi cerdik yang dibuat oleh Eko Uwais. Mereka memaklumi kondisi psikologis Eko Uwais yang baru saja kehilangan orang tercintanya. Seakan seperti "orang bodoh" mereka menurut begitu saja permainan yang dirancang oleh Eko Uwais. Itu sebagai bentuk kepedulian mereka pada kemanusiaan. Akhirnya, kombinasi ketiganya menjadi ancaman bagi musuh utama.
Terlihat dalam poster film bahwa tiga ancaman yang menjadi pemeran utama nampak kompak. Meski misinya sama tapi sebenarnya mereka punya tujuan berbeda. Eko Uwais hanya fokus untuk meluapkan sisi manusiawinya yaitu balas dendam atas kematian istri. Sedang dua pemeran lain selain untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, mereka juga membantu Iko Uwais sebagai wujud menebus kesalahan.
Sayangnya film ini durasinya sangat pendek tidak lebih dari 96 menit. Dengan itu alur cerita akan sedikit mudah ditebak. Bahkan, mana lawan dan kawan sudah bisa diketahui sebelum pertengahan film dilalui. Penonton seakan memang diarahkan untuk fokus menikmati perjuangan Eko Uwais dalam mewujudkan misi balas dendamnya itu. Tak peduli siapa lagi yang akan jadi kawan atau lawan lainnya.
Persamaan antara keduanya ialah adanya drama balas dendam atas kematian perempuan yang dicintai. Namun, untuk film Triple Threat ini perasaan dendam sudah muncul semenjak film sudah dimulai. Selain itu sisi emosional untuk balas dendam pun masih kalah dengan film Foxtrot Six. Sisi dramatik balas dendam sebagai alasan mengapa ada pertumpahan darah lanjutan masih kurang terasa.
Film ini juga memiliki persamaan dengan film Mile 22. Yakni, sama-sama dibintangi oleh Eko Uwais. Serta sama-sama mengkisahkan tentang "kecerdikan" Eko Uwais dalam "mengelabuhi" atau "memanfaatkan" tokoh lain dalam cerita film. Bedanya di Mile 22 Eko Uwais lebih cenderung terkesan antagonis. Sedang di film ini ia menjadi protagonis. Selain itu, di film Triple Threat lokasi ceritanya berkisah di negeri Burma (Maynmar).
Sejujurnya, secara keseluruhan saya masih menilai film Foxtrot Six
lebih bagus dari pada ini. Di mana keduanya merupakan film
Internasional yang sama-sama dibintangi oleh artis tanah air. Film
Triple Threat hanya menonjolkan "kegemaran" atau insting dalam bertarung
dan menaklukkan. Sisi heroisme masih sangat kurang ditonjolkan. Namun, bagi pecinta film laga dan pecinta film Internasional yang dibintangi oleh tanah air film ini tidaklah mengencewakan.
Demikian tulisan ini dibuat. Mohon maaf atas kekurangan. Semoga menghibur.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film Triple Threat: Iko Uwais Menjadi Satu dari Tiga Ancaman"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*