Manusia diciptakan di dunia ini penuh tragedi. Mau berbuat ini atau itu tetap salah. Mau begini maupun begitu tetap tidak benar. Dapat dikatakan kehidupan manusia penuh masalah. Serba salah dan terlalu banyak aturan.
Pernyataan di atas merupakan cara pandang negatif terhadap kehidupan. Semata-mata memandang hidup ini cuma dengan hitam-putih, salah-benar, jelek-indah, dan buruk-baik. Tanpa mempertimbangkan alternatifnya.
Padahal masih banyak sisi kehidupan lainnya yang patut digali, diperjuangkan, lalu dinikmati. Tentu harus bisa menemukan sisi kehidupan yang sesuai dengan suara hatinya. Yakni, yang dapat membuat hatinya "terhanyut terbang".
Penyebab terjadinya depresi maupun emosi
Banyak faktor mengapa seseorang jadi kehilangan jati dirinya. Seseorang yang sudah kehilangan intisari kehidupan sejatinya. Pada akhirnya ia menjadi depresi atau sebaliknya berubah menjadi emosi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak punya aktivitas
Menganggur merupakan "pekerjaan" yang menyiksa. Arti menganggur di sini buka berarti orang yang tidak bekerja mencari uang. Arti menganggur di sini adalah orang yang tidak punya visi misi kehidupan sehingga ia tak tahu harus berbuat apa.
|
(gambar dimodifikasi dari sini) |
Daya kreativitas tumpul sehingga ia tak tahu harus melakukan apa. Sikap pemberani hilang sebab takut dengan bayang-bayang. Ia takut gagal sebelum mencoba. Meskipun apa yang ingin dilakukan itu sesuai dengan nuraninya.
Ia rela melawan suara hatinya. Semuanya demi dalih dan alasan yang bermacam-macam. Seharusnya ia melawan itu. Seharusnya ia lebih mendengarkan hatinya. Dengan menjebol tembok-tembok penghalang yang tak terlihat.
Tubuh boleh menganggur tapi otak harus tetap jalan. Gunakan untuk membaca, menulis, atau hal positif lainnya. Bila hati suntuk dan rasa bosan tiba segeralah juahi tempat itu. Pergilah ke tempat lain untuk cari inspirasi.
2. Cara pandang yang keliru terhadap kehidupan
Sebenarnya, di antara hitam-putih ada abu-abu. Di antara salah-benar ada syubhat. Di antara jelek-indah ada abstrak. Di antara buruk-baik ada normatif. Dapat dikatakan, semuanya itu punya titik netral atau titik tengah.
Cara pandang yang kaku seperti di atas dapat menyebabkan ketegangan syaraf. Akibatnya akan mudah depresi atau sebaliknya emosional sehingga mudah marah. Suasana hati gampang terbolak-balik (labil).
Rubahlah sikap. Beranikan diri untuk melawan kepongahan yang selama ini jadi penghambat. Jangan sampai di hari tua nanti muncul penyesalan. Sebab terus-menerus berpegang pada cara pandang yang menyesatkan.
Hidup individu adalah milik individu itu sendiri. Bukan milik orang tua atau siapapun juga. Oleh sebab itu setiap individu harus punya cara pandang yang benar terhadap dirinya sendiri maupun terhadap sekitarnya.
3. Kurang hiburan
Kadang perasaan senang datang tiba-tiba. Namun tak lama sesudahnya hati merasa susah gelisah. Linglung kebingungan. Mau melakukan apa tidak tahu. Penyakit " kikuk" akhirnya melanda. Inilah tanda harus melakukan refresh diri.
Manusia punya potensi terserang sakit jiwa. Kehilangan akal sehat sehingga bicara dan tingkahnya tak terkontrol. Penyakit gila juga ada kadarnya. Ada yang ringan, sedang, dan berat. Semua itu sama-sama gilanya.
Salah satu faktor utama terserangnya penyakit gila adalah karena kurang hiburan. Tidak mampu memahami diri tentang hal apa yang dapat menghibur hatinya. Alih-alih menghibur. Malah yang ada menahan diri.
Padahal daya tahan manusia terhadap masalah itu ada batasnya. Seringkali harus diselingi hiburan untuk melanjutkan penyelesaian masalah. Sebab kalau keinginan itu tetap ditahan akan jadi bom waktu yang setiap saat bisa meledak.
4. Kurang wawasan
Kehidupan ini luas tak terbatas. Oleh sebab itu jangan hanya berpaku pada satu hal. Cari wawasan di tempat lain. Cari wawasan dengan cara lain. Cari wawasan pada seseorang yang benar-benar tahu akan hal yang dibutuhkan informasinya.
Kurang wawasan menyebabkan lahirnya cara pandang sempit. Akibatnya hati jadi mudah khawatir atau cemas. Sebab tidak tahu harus bagaimana dan melakukan apa. Lalu akhirnya yang ia lakukan kurang begitu inovatif.
Dengan wawasan yang cukup seseorang akan berani untuk melakukan dan menjelajahi hal-hal yang baru. Ia akan berkreasi sekaligus berekreasi menikmati suasana baru yang menambah pengetahuan dalam dirinya.
Sekali-kali janganlah meremehkan wawasan. Sebab wawasan itu yang akan menuntun ke dunia baru. Dunia yang sebelumnya tidak pernah dijelajahi. Lebih dari itu, wawasan juga bisa jadi motivasi untuk berinovasi.
Demikian tulisan ini. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cegah Depresi hingga Emosi: Segera Sadari Penyebabnya "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*