Hotel yang terlihat sepi sehingga menimbulkan keraguan
Mohon maaf ini sebenarnya cerita lama. Sesungguhnya kisah pengalaman menginap di salah satu Hotel daerah Surabaya yang diinformasikan dalam tulisan ini terjadi pada bulan November 2018. Baru saya posting ke website *Banjir Embun* alasannya karena sudah pernah saya buatkan seri video beserta teksnya. Lalu, sekarang ini sebagian teks itu saya masukkan di postingan ini.
Video yang berjudul " TERLALU DIREMEHKAN: Kelihatan SEPI..!!! Ternyata HOTEL laku KERAS...!!! " di atas saya upload ke Youtube. Dengan itu saya berharap akan banyak yang menontonya sehingga informasi yang saya berikan bisa bermanfaat. Namun kenyataan berbicara lain. Video itu sangat sepi peminatnya. Masih jauh beda hasilnya ketika informasi itu saya posting di website *Banjir Embun* ini.
Pada tanggal 17 April 2020 ini saya posting video di atas di halaman ini. Silakan tonton videonya sebagai berikut:
Cerita ini bermula pada sore hari tanggal 09 November 2018 pukul 17.18 WIB. Saat itu saya bingung mau mencari tempat sholat. Sebab waktu sholat Ashar sudah mau habis. Maklum saking banyaknya aktivitas yang tak terduga di kota Surabaya membuat saya lengah untuk menunaikan kewajiban. Tidak hanya itu, di saat itu saya sebenarnya juga kebingungan untuk mencari tempat menginap.
Singkat cerita, dalam kondisi badan capek saya menelusuri daerah kota Surabaya. Tepatnya di sekitar Monumen Bambu Runcing. Di daerah itu lumayan banyak tempat penginapan. Di tengah perjalanan karena belum sholat saya putuskan memberanikan diri bertanya pada satpam hotel tentang di mana lokasi mushola terdekat. Oleh satpam dijawab silakan sholat di hotel lantai paling atas.
Baca juga:
Mendengar jawaban itu saya kaget. Dalam hati saya bukan tamu hotel ini apa boleh sholat di Musholanya. Lokasinya di lantai teratas pula. Sejurus kemudian satpam menambahi "Abang ke lobi hotel tanya musholanya di mana". Saya menimpali "Tapi saya bukan tamu hotel pak". Ia akhirnya menegaskan bahwa "itu fasilitas untuk umum mas, banyak orang luar yang sholat di sana".
Sambil menuju lobi timbul keraguan dalam hati. Bukan kurang percaya masalah boleh atau tidak sholat di sana atau jangan-jangan itu jebakan batman. Namun, sangsi mau booking hotel ini atau tidak. Kebetulan waktu itu saya juga sedang mencari tempat bermalam. Sebab, hotel sebelumnya yang sudah ditetapkan menjadi tujuan saya ternyata sudah full. Wajarlah, sebab saya tidak pesan hotel secara online.
Hotel ini berlokasi tepat di pinggi jalan raya yang cukup besar. Lalu lintas sangat ramai. Dilalui oleh angkot, bus kota, dan bus Damri Bandara Juanda. Dengan kenyataan itu, saya ragu pemberitahuan running text (teks berjalan LED warna merah) tarif hotel permalam 200 ribu. Terlebih lagi suasana depan hotel cukup elegan. Jangan-jangan itu hanya trik marketing belaka. Itulah pikir saya.
Setelah selesai sholat saya tanya-tanya ke resepsionis. Ternyata benar, harga kamar hotel permalamnya cukup terjangkau. Yakni, antara 200 ribu hingga 300 ribu. Saya meminta izin pada dia untuk menengok kamarnya dulu sebelum check in. Bila tidak cocok maka terpaksa harus cari hotel lain. Sambil bertanya-tanya padanya saya mengamati ruangan kamar. Lalu melihat sisi dalam toiletnya.
Kamarnya tidak buruk-buruk amat. Masih layak. Sesuai dengan tarif yang diberikan. Bahkan menurut saya saat itu tergolong murah. Tapi mengapa hotel ini sepi? Tidak ada satu pun tamu yang saya temui. Cuma dua atau tiga mobil saja yang terlihat di parkiran. Bahkan sebelum tanya pasti harga hotelnya saya sempat menyangka bahwa hotel ini tidak laku.
Ternyata Hotel ini RAMAI
Tak lama setelah saya memutuskan untuk menyewa kamar hanya untuk satu malam saja, tanda-tanda "kehidupan" hotel mulai nampak. Dikit demi sedikit tamu hotel mulai berseliweran. Ada muda mudi, bapak ibu, dan semacam komunitas tertentu yang memakai kaos seragam. Tak lama setelah itu kejutan datang. Rombongan dua bis tiba. Mereka adalah para siswa SMK pelayaran yang sedang study tour.
|
Sebagian siswa SMK Pelayaran yang berlalu lalang di lobi hotel |
Pada esok harinya, tepatnya sekitar jam 11 siang saya ke lobi hotel hendak memperpanjang hari menginap. Jawaban yang diberikan oleh resepsionis sungguh di luar dugaan. Ternyata kamarnya sudah full di pesan. Mungkin ini akibat saya terlalu meremehkan. Akhirnya di sela kegiatan saya harus menyempatkan mencari tempat penginapan baru. Harus pontang-panting lagi cari hotel.
Singkat cerita saya menemukan hotel yang harganya tidak jauh berbeda. Lokasinya juga tidak terlalu jauh dari hotel ini. Meski untuk berjalan kaki sebenarnya juga bisa mengeluarkan sedikit keringat. Di hari itu acara yang saya ikuti memang tidak terlalu besar uang sakunya. Oleh sebab itu saya tidak bisa cari hotel dengan harga sembarangan. Maksudnya harga yang mahal. he he he...
Demikian sedikit ulasan pengalaman pribadi dari saya. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Booking Hotel di Kota Surabaya: Kelihatannya Sepi, Ternyata... [Disertai Video]"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*