Barangsiapa yang mengaku penyuka film aksi maka wajib nonton film satu ini. Dilihat dari gambar pada poster film sudah ketahuan. Di mana aktornya membawa senjata api. Sudah pasti itu film aksi. Tebakan saya seperti itu. Saya yakin itu jenis film kesukaan saya meski tak sempat melihat trailernya.
Saya memutuskan bertaruh dengan cara membeli tiket. Dengan penuh harapan semoga film ini bisa memuaskan saya. Sengaja menonton bioskop di tempat lain yang belum pernah saya kunjungi. Tujuannya untuk ganti suasana baru. Serta untuk antisipasi bila filmnya bikin hilang mod maka ada penggantinya. Yakni, hadirnya suasana baru.
Film ini merupakan film aksi yang dibaluti drama keluarga, drama pertemanan, dan drama kehidupan bermasyarakat. Sangat minim sekali drama cintanya. Bahkan bisa dikatakan tidak ada. Kecuali yang dimunculkan unsur seksualitas dan hubungan antar sesama jenis (homo). Dengan drama seperti itu tanpa adanya adegan aksi maka film ini akan monoton.
Film ini dipenuhi nilai moralitas sosial, kesetaraan, dan kepedulian pada anak. Segala jenis etnis manusia disuguhkan pada film tersebut. Mulai dari ras Afrika, Asia, ras asli Amerika (Indian), dan ras lainnya. Serta disisipkannya simbol kesetaraan gender. Terakhir adalah perilaku protagonis, antagonis, maupun tokoh pembantu yang menunjukkan sayang pada anaknya.
Film ini sebenarnya film brutal. Film yang banyak berisi pembunuhan. Namun kebrutalan film itu bisa tenggelam karena penonton terbawa suasana drama keluarga. Kesan brutal menjadi hilang karena ada pembenar untuk melakukan itu. Semuanya demi anak mereka masing-masing.
Tokoh satu berbuat brutal untuk balas dendam atas pembunuhan anaknya. Sedang tokoh lain ingin melindungi anaknya yang masih kecil dari ancaman penculikan. Intinya, semua dilakukan demi anak. Tanpa adanya anak maka sisi emosional pada film ini tak ada.
Dari segi plot cerita film ini mengisahkan tentang hubungan dua kelompok mafia narkoba. Di mana, di tengah hubungan bisnis heroin itu ada seorang anak manusia yang harus meregang nyawa. Ia dibunuh oleh salah satu kelompok mafia narkoba. Sebab dituduh menggelapkan barang "dagangan" haram itu.
Sang ayah yang tak menerima kenyataan atas kematian anaknya mulai curiga. Ia tahu betul anaknya tak ada sangkut paut dengan heroin. Berangkat dari itu ia melakukan penyelidikan mandiri. Hasilnya ia menemukan "kutu" kecil dari mafia yang menjadi pelaku pemmbunuhan anaknya.
Dalam pembunuhan balas dendam untuk pertama ini yang saya suka. Si Ayah setelah dapat info dari kutu berkepala setengah botak itu lalu membunuhnya dengan cara sadis. Penonton dibuat puas. Sebab anak si Ayah itu juga dibunuh dengan cara tak kalah sadisnya.
Dari info yang didapat si Ayah mulai mencari pelaku pembunuh lainnya hingga akhirnya ia menemukan pelaku intelektualnya. Siapa lagi kalau bukan bos mafia dari salah satu dua kelompok mafia. mereka menguasai wilayah di mana keluarga si Ayah selama ini bisa hidup normal.
Akhirnya, plot twist (perubahan alur cerita yang sangat tajam) tiba. Kelompok mafia lainnya ikut terlibat dalam baku hantam. Hal itu bisa terjadi karena adanya kesalahpahaman. Dari sinilah keseruan demi keserut film di mulai. Aksi tembak menembak dan pembunuhan lebih sering terjadi.
Sayangnya di tengah kelebihan yang saya paparkan film ini juga ada beberapa kelemahan. Sebut saja seperti bagaimana nasib istri si Ayah tidak ada kejelasan. Kemudian bagaimana anak dan istri salah satu ketua mafia narkoba juga tidak ditunjukkan pada akhir cerita.
Well, itu buka kesalahan fatal. Masih bisa terobati dengan suguhan drama berkualitas. Serta suguhan lelucon yang bikin tertawa. Jangan lewatkan film ini ya. Cukup sekian ulasan saya. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film COLD PURSUIT: Film Aksi Berbasis Multikultural"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*