Rasulullah adalah manusia yang paling sempurna di muka bumi ini. Namun demikian, sisi kemanusiaan beliau tetap ada. Serta bagaimanapun juga beliau tak pantas untuk disamakan dengan makhluk lainnya. Apalagi sampai menistakannya. Beliau adalah sumber teladan bagi manusia.
|
Ilustrasi sosok perempuan. Foto ini tidak terkait dengan materi tulisan (sumber gambar) |
Seperti manusia lainnya beliau pernah jatuh cinta. Tentu kisah cinta ini juga bisa jadi suri tauladan bagi kita semua. Meski ungkapan cinta pertama kalinya itu beliau sampaikan ketika belum menjadi Rasul, masih tetap dapat dijadikan rujukan. Tentu saat itu beliau belum memperistri Khadijah.
Perempuan yang tegas menolak pinangan Rasul itu adalah Fakhitah (Ummu Hani'). Sebab saat itu ia masih proses "ta'aruf" dengan pria lain yang kaya raya sekaligus sastrawan dari suku lain. Penolakan itu diperantarai oleh ayahnya bernama Abu Thalib (paman Nabi). Yups, Ummu Hani' pujaan hati Nabi adalah sepupunya sendiri.
Alasan penolakan yang dikatakan Abu Thalib adalah ia telah menjodohkan putrinya itu dengan Hubayra bin Abi Wahb. Hal itu dilakukan untuk menjaga hubungan baik antar suku Bani Hasyim (sukunya Nabi) dengan suku Bani Makhzum (sukunya mempelai pria).
Tradisi tukar menukar pasangan antar suku memang biasa pada saat itu. Sebagaimana terjadi juga pada orang tua Nabi Muhammad SAW. Yakni, ibunya Siti Aminah dari Bani Makzum. Sedang Abdullah dari Bani Hasyim. Terlebih lagi saat itu posisi Bani Makzum sedang naik daun.
Singkat cerita, Ummu Hani' menetap di kota Makkah bersama suaminya. Dengan mendapat karunia empat orang anak. Namun, setelah terjadi peristiwa Fatkhul Makkah posisi Hubayra terdesak. Sebab ia tidak mau masuk Islam dan merasa risih atas hadirnya Islam. Dengan inisiatifnya sendiri akhirnya ia minggat dari kota Makkah.
Usai ditinggal suaminya akhirnya Ummu Hani' menjanda. Mengurus keempat anaknya sendirian. Melihat kenyataan yang seperti itu Nabi Muhammad tersentuh hatinya. Dengan ketulusan hati beliau melamar Ummu Hani' untuk kedua kalinya. Namun, untuk kedua kalinya pula lamaran itu ditolak dengan halus. Lagi-lagi Rasulullah harus patah hati.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah bahwa jodoh itu sudah diatur oleh Allah. Siapapun tidak bisa mengotak-atik semuanya. Meski ada kesempatan untuk menikahinya dengan kekuasaan dan kealiman belum tentu bisa meluluhkan hati seseorang. Oleh sebab itu, janganlah sekali-kali menafikkan takdir Tuhan yang seperti itu.
Tulisan ini sebagian dilansir dari laman NU.or.id
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Perempuan ini Dua Kali Menolak Cinta Rasulullah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*