Menurut beberapa ahli menyatakan bahwa dunia sekarang ini menuju fase dunia datar. Kalian pasti berfikir "Bukankah itu mustahil? Tidak mungkin teknologi manusia mampu merubah bumi yang bulat ini menjadi datar." STOP! Bukan teori "Bumi Datar" (flat earth) yang menjadi topik tulisan ini. Melainkan teori "Dunia Datar" (flat world). Kedua teori tersebut berbeda dan tidak bersinggungan satu sama lain. Perbedaan itu terjadi baik pada istilahnya maupun makna dan penggunaannya.
|
Flat world theory (gambar dimodifikasi dari sini) |
Teori bumi datar berbicara masalah fisik bumi ini yang tidak bulat. Itu semua disertai berbagai argumen (alasan) yang dibangun oleh pendukungnya. Teori ini banyak penentangnya. Serta banyak pula ditemukan kelemahan-kelemahannya. Sedang teori dunia datar berbicara masalah keadaan sosial, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang tidak lagi didominasi oleh bangsa atau kelompok tertentu. Bandul peradaban dunia tidak lagi dikuasai oleh kekuatan besar yang punya modal dan kekuasaan.
Secara teoritis lawan teori dunia datar ialah dunia piramida. Dunia yang mengerucut ke atas (tidak datar). Di mana puncak piramida hanya dikuasai oleh sedikit negara dan sedikit orang. Dunia di mana nasib dunia ini terpusat pada satu poros kecil kekuatan dunia. Ironisnya, sekumpulan kecil itu mampu menentukan nasib sekelompok besar negara dan manusia yang posisinya di dasar piramida. Pun, golongan kecil itu dapat menikmati kekayaan dari hasil kerukan sumber daya alam milik golongan mayoritas.
Jangan meremehkan dulu terhadap teori "Dunia Datar" ini. Teori ini bukan untuk menakut-nakuti. Bukan pula bagian teori konspirasi. Seharusnya ini menyadarkan manusia betapa dunia ini tidak adil. Oleh sebab itu, dengan memahami teori ini manusia akan tahu apa yang harus dilakukan. Jangan sampai tertinggal jauh dari manusia lain yang sudah menyadari bahwa dunia ini menuju tatanan dunia datar. Yakni, tidak ada lagi sekat sosial-budaya maupun stratifikasi sosial (kelas sosial).
Di dunia "baru" ini tidak ada lagi yang dapat ditutup-tutupi. Terutama terkait sesuatu yang telah tersimpan di internet. Jejak postingan di masa lalu bisa mudah dilacak. Bahkan oleh orang yang tak ahli meretas sekalipun. Kasus yang lebih parah ialah bocornya data intelejen yang bersifat super rahasia lalu dipublikasikan ke seluruh dunia. Siapa lagi pelakukanya kalau bukan Edward Snowden dan Julian Assange (pemilik wikileak). Padahal seharusnya akses terhadap data itu hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang dan segelintir negara saja.
Mengetahui kenyataan seperti itu, seharusnya manusia lebih behati-hati saat menulis di internet. Sebab segala tulisan yang sudah terlanjur dimasukkan ke internet tidak dapat lagi dihapus. Meski secara kasat mata sudah terhapus, tapi bagi orang yang ahli mampu menemukannnya lagi. Sayangnya, jejak digital itu bisa jadi bukti kuat yang tak bisa terbantahkan. Bahkan tatakala tulisan itu dibuat oleh pejabat negara sekalipun lambat laun akan tetap bisa terlacak.
Bila kelak revolusi teknologi sesuai harapan dan prinsip keadilan manusia, maka tidak mustahil akan lahir Snowden-Snowden lainnya. Dengan jumlah yang tak bisa dihitung lagi. Dengan itu maka dunia lama (dunia berbentuk piramida) akan runtuh. Dunia akan menjadi benar-benar terhampar dan datar. Tidak ada lagi hak publik yang disembunyikan. Rahasia tidak dapat lagi bisa tersimpan rapat. Semuanya bisa ditelanjangi oleh kecanggihan teknologi. Semua memiliki peluang yang sama untuk "diadili".
Rahasia kriminalitas seseorang yang tersimpan rapat bisa diungkap dengan mudahnya. Akibatnya, pengemplang pajak seluruh dunia tidak dapat lagi menyembunyikan "jarahan" pajaknya. Mereka tidak dapat lagi tidur nyenyak meski uang mereka di taruh di negara "surga pajak". Beberapa "pahlawan" telah membuka tabir itu. Salah satu yang paling fenomenal ialah tragedi Panama Papers. Dengan kenyataan itu, tidak ada lagi orang yang dianggap paling istimewa dan tak tersentuh. Tidak ada lagi anggapan orang kaya ialah orang tanpa dosa karena tak pernah terjerat kasus hukum.
Dapat disimpulkan, bahwa revolusi teknologi bisa menjadi palu yang mampu menghancurkan struktur dunia yang berbentuk piramida. Menghancurkan batas penghalang manusia dengan "kebenaran" yang disembunyikan. Tidak ada lagi gerombolan manusia yang bersekongkol untuk melanggengkan dunia berbentuk piramida. Tidak ada lagi rahasia yang bisa ditutup-tutupi. Tidak ada lagi rahasia di antara kita. Semoga saja revolusi teknologi bisa berjalan linier dengan makna positif yang dibangunnya. Dengan kata lain, revolusi teknologi mampu menjadikan dunia ini datar.
Terima kasih telah membaca. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga beramanfaat.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Flat World Theory: Revolusi Teknologi Mampu Menjadikan Dunia Datar"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*