Kalian pasti ingat, saat SD dulu pada materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajari bahwa Yodium itu sangat bermanfaat. Terutama untuk mencegah penyakit gondok. Siapa anak yang tidak takut dengan ancaman penyakit itu. Semuanya takut. Namun dengan tingkat ketakutan yang berbeda satu dengan lainnya.
Yups, saat itu guru menyarankan untuk tidak membenci garam karena ia mengandung Yodium. Sayangnya, informasi yang diberikan pada siswa tidak lengkap. Akibatnya banyak siswa yang beranggapan bahwa asal usul Yodium itu sepenuhnya dari garam. Dengan kata lain, antara garam dengan Yodium merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Faktanya, secara alami kandungan Yodium pada garam itu termat kecil. Oleh sebab itu, harus ditambahkan Yodium buatan. Dengan kata lain tidak semua garam itu mengandung Yodium. Hanya garam tertentu saja yang terdapat kandungan Yodium. Tentu itu didapat bukan dengan cara alami. Harus dilakukan pencampuran dulu. Baru bisa dikatakan suatu garam itu beryodium.
Dalam tulisan ini kami tidak mengatakan bahwa di dalam air laut tidak ada kandungan Yodium. Kenyataannya, di seluruh belahan bumi ini justru lautlah yang mengandung banyak Yodium dari pada daerah lainnya. Namun, itu bukan berarti Yodium yang didapat secara alami dari laut bisa memenuhi kebutuhan manusia seluruh dunia.
Yodium merupakan unsur yang sangat jarang bisa ditemukan dengan mudah. Bahkan, Yodium murni tanpa campuran dengan materi lain tidak pernah ada di alam ini. Termasuk juga itu di laut. Kandungan Yodium alami bisa ditemukan pada hewan laut, tumbuhan laut, air asin bawah tanah dekat pusat sumber cadangan minyak atau gas, dan lain-lainnya. Perlu diingat, kandungan Yodium alami masih kurang bagi kebutuhan manusia.
Dalam sejarahnya, Garam baru "disusupi" Yodium pada sekitar tahun 1919-an. Hal itu dilakukan karena saat itu banyak manusia menderita gangguan tiroid (gondok). Tentu sebabnya ialah karena mereka kekurangan asupan Yodium. Saking banyak penderitanya maka cara paling gampang ialah menyatukan Yodium dengan makanan yang pasti selalu dimakan oleh semua orang.
Dipilihlah garam sebagai "pahlawan" dalam misi pemberantasan penyakit Gondok. Alasannya garam merupakan makanan yang sering dimakan oleh setiap orang. Meskipun orang itu sedang diet sekalipun. Cara ini cukup efektif menyelesaikan kasus wabah penyakit Gondok. Dengan biaya yang relatif kecil bisa menuntaskan segala permasalahan yang dihadapi manusia zaman itu.
Sampai sekarang garam masih umum digunakan sebagai pencampur Yodium. Meski ada beberapa kalangan yang mencoba untuk mencampurkan Yodium ke makanan lainnya. Sebut saja salah satunya ialah roti. Alasan ditinggalkan garam ialah ada beberapa efek samping bagi orang yang kebanyakan senyawa garam (Natrium Clorida / NaCl). Beberapa di antaranya hipertensi, terganggunya fungsi ginjal, penipisan tulang, dan lain-lain.
Sebenarnya masih ada beberapa penyakit yang mengancam bagi orang yang kekurangan Yodium. Bukan penyakit yang mematikan memang. Namun, meski kekurangan Yodium tidak menyebabkan terjangkit penyakit mematikan tapi akibat jangka panjangnya cukup mengganggu. Misalnya rambut rontok, kulit kering, mudah lelah, reflek motorik menjadi lemah, mudah hilang konsentrasi, dan lain sebagainya.
Dari sini sudah jelas bukan, bahwa laut bukanlah sumber satu-satunya bahkan bukan sumber utama dari Yodium. Sebab Yodium itu merupakan materi kimia yang ada karena dibuat oleh manusia. Yodium juga secara murni tidak berasal garam. Oleh sebab itu, jangan sampai salah dalam memahami lagi. Pun, jangan menyebarkan info yang belum jelas diketahui pastinya.
Disclaimer: Tulisan ini dibuat bukan untuk memberi saran pengobatan atau penyembuhan. Segala informasi yang kami berikan dalam tulisan ini masih bersifat mendasar. Oleh sebab itu, bila ada gangguan tubuh yang terkait dengan tulisan ini mohon segera hubungi dokter kesayangan kalian.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Bukan dari Laut, ini Asal Yodium dalam Garam"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*