Bila ingin membicarakan tentang manusia di jazirah Arab (semenanjung Arab) pra Islam maka setidaknya harus menyebutkan enam hal yang akan dibahas dalam tulisan ini. Di antaranya adalah politik, ekonomi, interaksi sosial, geografi, sastra (seni), dan agama. Selengkapnya dijabarkan sebagai berikut:
1. Politik
Secara geopolitik posisi jazirah Arab dikelilingi oleh bangsa yang dipimpin oleh raja. Di sebelah selatan (sekarang Negara Yaman) ada daerah kekusaan yang dipimpin kabilah Himyar. Di sebelah barat ada Benua Afrika bagian Timur (sekarang Ethiopia) ada kerajaan Habasyah. Di sebelah Timur ada daerah-daerah kekuasaan kecil yang semuanya tunduk pada Emperium Persia. Sedang di daerah utara semua rajanya tunduk pada Emperium Romawi.
Sementara itu, tepat di tengah jazirah Arab ada sebuah wilayah yang independen. Di mana secara politik tidak tunduk dan tidak dikuasai oleh bangsa lain. Bisa dikatakan daerah itu tidak pernah dijajah oleh satu kerajaan pun hingga sekarang. Banyak penyebab bangsa lain tidak terlalu tertarik menjajah wilayah itu. Salah satu sebabnya wilayahnya tidak subur. Sebagai catatan tambahan Abrahah menyerbu Makkah tujuannya bukan menjajah tapi ingin menghancurkan Ka'bah.
|
Gambar dimodifikasi dari sini |
Meski tak pernah dijajah, bukan berarti wilayah tengah jazirah Arab dikuasai oleh satu kesatuan kekuasaan yang besar. Sebaliknya, wilayah itu hanya terdiri dari beberapa kabilah yang satu sama lain saling bersaing. Bahkan tak jarang antar kabilah terjadi peperangan. Penyebabnya bukan hanya karena faktor politik tapi juga bisa karena hal yang remeh temeh. Bisa dikatakan bangsa Arab di wilayah itu sangat gemar melakukan perang antar kabilah.
Secara spesifik berikut ini beberapa alasan mengapa di jaziarah Arab Pra Islam tidak terbentuk satu kesatuan kekuasaan besar:
a. Ego Kabilah (suku) yang sangat tinggi. Harga diri, gengsi, dan kebanggaan terhadap kabilah masing-masing sangat dijunjung tinggi. Bahkan setiap individu di dalamnya rela bersedia membela mati-matian sukunya saat ada yang menistakannya.
b. Luasnya jazirah Arab tak sebanding dengan jumlah penduduknya yang sedikit. Oleh sebab itu, secara logika dasar belum saatnya membentuk suatu kekuasaan. Sebab bila dipaksa untuk mendirikan akan dikhawatirkan tidak terurus rakyatnya.
c. Kondisi Alam yang sangat menyulitkan kehidupan mereka. Pada saat itu belum terfikir untuk mendirikan sebuah kesatuan kekuasaan yang besar. Sebab untuk menjinakkan alam saja masih butuh perjuangan. Sumber daya alam hanya diprioritaskan bagi orang-orang yang sekabilah dengannya.
d. Sulitnya sarana transportasi. Luasnya jazirah Arab tidak ditopang dengan infrastruktur yang memadai. Mengakibatkan interaksi antara satu daerah dengan daerah lainnya menjadi lambat. Informasi antar daerah tidak bisa didapat dengan cepat.
e. Pola kehidupan yang kolot, tertutup, dan nomaden. Salah satunya suku badui yang menjadi bagian penghuni jazirah Arab sangat sulit sekali untuk diajak melakukan perubahan. Hal itu mengakibatkan mereka tidak mudah menerima begitu saja ide mendirikan suatu wilayah kesatuan kekuasaan yang besar.
2. Ekonomi
Kondisi Jazirah Arab yang bergurun dan gersang memaksa mereka untuk menjadi pedagang. Sebab untuk beternak dan bertani dalam skala besar sangat tidak memungkinkan. Bahkan kegiatan itu dilakukan sepanjang tahun. Setiap musim dan setiap waktu. Terutama pada waktu-waktu tertentu kota Makkah menjadi pusat perdagangan. Yakni, saat ada "Pasar Ukaz" yang dilaksankan pada bulan Zulqoidah, Zulhijjah, dan Muharram. Begitu pula saat musim Umrah (ziarah ke Ka'bah) yaitu pada bulan Rajab. Bulan-bulan tersebut merupakan bula larangan (Asyhuru'i Hurum). Yakni, bulan terlarang untuk melakukan peperangan.
Orang Arab pada waktu itu merupakan sosok manusia saudagar yang ulung dan tangguh. Mereka sudah terbiasa melakukan perdagangan lintas negara. Saat musim dingin mereka berdagang ke arah selatan dan Barat. Yakni, Yaman, Habasyah (Ethiopia), dan Negus yang saat itu mayoritas wilayahnya dikuasai oleh Persia. Saat musim panas akan berdangan ke utara. Yakni, ke Suriah (Syam), Palestina (Gaza), bahkan hinggga sampai Turki (Ankara) yang saat itu dikuasai oleh Romawi.
3. Interaksi Sosial
Lama kelamaan karena seringnya mereka berinteraksi dengan dunia luar melalui jalur perdagangan mengakibatkan semakin menjauhi pola kehidupan Badui yang kolot dan tertutup. Mereka membuka diri terhadap peradaban lain. Bahkan mereka juga menjalin interaksi dengan dua imperium yang saling bersaing. Yakni, Romawi (Bizantium) dan Persia tanpa memihak salah satunya. Bisa dikatakan peradaban maju Arab saat itu dipengaruhi oleh kedua peradaban tersebut.
Bangsa Arab terkenal menjujung tinggi nilai-nilai kehidupan yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Mereka sangat menghormati dan membanggakan nenek moyangnya. Bahkan ada riwayat yang mengatakan bahwa mereka hafal silsilah nasab (keluarga) hingga sampai nabi Adam. Oleh sebab itu tak mengherankan bila Kab'ah sebagai salah satu tempat yang dihormati nenek moyang mereka jaga mati-matian secara turun-temurun.
Secara sosial, ada beberapa kebiasaan bangsa Arab yang dijadikan salah satu ajaran (hukum/syariah) Islam. Namun, tak sedikit pula beberapa kebiasaan bangsa Arab yang dihapuskan oleh jaran Islam. Di antaranya ialah sebagai berikut:
a. Model Perbudakan. Bangsa Arab sangat bangga memiliki budak. Bahkan mereka ingin mempertahankan dan memelihara sistem perbudakan agar tetap ada. Memang sampai kiamat perbudakan tidak bisa dimusnakan dari kehidupan sosial masyarakat. Di masa kini perbudakan telah berevolusi menjadi model, bentuk, dan gaya baru. Bahkan dari sudut tertentu lebih mengerikan dari model perbudaan bangsa Arab pra Islam.
b. Merendahkan kaum perempuan. Bangsa Arab pada waktu itu memposisikan perempuan sebagai manusia rendah. Bisa menjadi barang yang diwariskan pada anak turunnya. Bahkan pada suku-suku tertentu mereka akan merasa malu bila memiliki anak perempuan. Akibatnya sebagian dari mereka bertindak ekstrim membunuh bayi perempuannya.
c. Buta huruf. Pada saat itu banyak sekali masyarakat yang tidak bisa baca tulis. Oleh sebab itu, bila ada orang yang yang pandai bersyair akan mereka puji dan muliakan. Orang yang bisa syair mendapat status sosial tinggi ditengah-tengah masyarakat.
d. Minum Khamr (memabukkan). Arak sebagai alat pemersatu mereka ketika berinteraksi sosial. Arak menjadi simbol status sosial seseorang. Sebab tidak semua orang pada saat itu mampu untuk membelinya.
4. Gegografi
Jazirah Arab dikelilingi oleh lautan. Sebagian besar keadaan tanahnya terutama wilayah tengahnya berupa padang pasir yang kering, tandus, berbatu, dan berbukit. Sedangkan wilayah pesisir (dekat laut) sebagian besar tanahnya cukup subur. Terutama wilayah bagian selatan (Yaman). Selain kondisi bumi yang tak mendukung seperti itu, jazirah Arab juga dibebani dengan cuaca yang ekstri. Yakni, saat siang hari udara terasa panas membakar sedang saat malam harinya terasa sangat dingin.
5. Seni (Sastra)
Dalam bidang seni orang Arab pra Islam sangat maju. Ini yang menjadi salah satu tolok ukur bahwa sebenarnya bangsa Arab saat itu adalah bangsa yang cerdas. Bukan merupakan bangsa yang primitif. Terbukti, bahasa tulis yang mereka gunakan sangat indah, penuh makna, dan kaya kosa kata. Di kalangan mereka seorang penyair sangat dihormati. Selain untuk syair, perilaku tulis-menulis juga digunakan untuk mencatat silsilah keluarga. Di mana catatan itu digunakan untuk berbangga-banganaan dan ajang pamer.
6. Agama
Sebelum Islam datang penduduk jazirah Arab merupakan penganut beberapa kepercayaan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Monoteisme. Dalam bahasa Qur'an agama ini disebut agama Khanif. Yakni, agama yang dibawa dan disampaikan oleh Nabi Ibrahim.
b. Paganisme. Mayoritas masyarakat Arab pra Islam percaya dan menyembah berhala. Bahkan keberadaan telah menodai kesucian Kab'ah karena banyak berhala di tempatkan di sekelilingnya.
c. Masehi (Nasrani). Agama ini dianut oleh Waraqah bin Naufal. Tidak lain dan tidak bukan ia adalah sepupu Siti Khadijah (istri rasul).
d. Shabi'ah. Agama ini menyembah kepada matahari dan bintang.
e. Serta banyak agama atau kepercayaan lainnya seperti penyembah jin, percaya pada tahayul, percaya sihir, dan lain sebagainya.
Demikian tulisan ini dibuat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Bermanfaat.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Aspek-aspek Bahasan Sejarah Peradaban Bangsa Arab di Jazirah Arab Sebelum Islam (Pra Islam)"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*