Dari 150 lebih grup WhatsApp yang kami ikuti lebih dari 70% pernah menerima pesan Hadiah Kuota Gratis dari anggota. Pesan itu sering kali muncul satu atau dua kali saja. Memang sangat miris. Generasi Indonesia masih bisa dikerjai oleh orang-orang yang mencari keuntungan dengan cara menipu seperti itu. Anehnya lagi, sebagian dari korban tidak merasa bahwa diri mereka telah ditipu. Barangkali mereka memaklumi cara mencari rizqi semacam itu. Tidak perlu dibesar-besarkan. Cuma begitu saja. Itu mungkin isi pikiran mereka.
Nyatanya, masih banyak pengguna internet atau lebih tepatnya pengguna media sosial seperti WhatsApp yang terkena jebakan semacam itu. Mereka dengan mudahnya terpancing sehingga mau saja mengklik dan menyebarkan pesan "sampah" semacam itu. Anehnya lagi, di grup WhatsApp jarang sekali yang mau mengingatkan bahwa hal itu hanya kebohongan semata. Bila pun ada yang mengingatkan, menggunakan kata-kata kasar atau mengirim gambar/gif/meme yang satir bahkan bisa menyakitkan hati.
Menurut pemahaman kami, mengingatkan anggota grup lain yang melakukan kesalahan berupa penyebaran hoax hukumnya fardhu kifayah. Harus ada di grup itu yang mengingatkan dengan kebijaksanaan. Bila tak ada yang mengingatkan berarti seluruh anggota group ikut berdosa. Sebab bila dibiarkan begitu saja maka bagi anggota grup lain yang arahnya masih abu-abu kemungkinan menjadi tersesat makin besar. Yakni, karena belum tahu kebenaran informasi secara lengkap maka akan cenderung menganggapnya sebagai kebenaran. Logika yang digunakan sederhana. "Pengirim pesan yang tak ditegur dan diluruskan berarti itu sebuah pesan kebenaran."
Sebaliknya, mengingatkan dengan kata-kata yang kasar atau dengan gambar satir lebih banyak dampak negatifnya. Bukannya pelaku penyebaran hoax itu akan mereda malah lebih menjadi-jadi. Ia akan lebih semangat menyebarkan hoax semacam itu di grup lain. Bisa juga timbul presepsi bahwa teguran itu hanya gurauan. Tidak serius. Bukan masalah yang penting sehingga teguran itu bisa diabaikan begitu saja. Akibatnya esensi teguran itu tak akan mengena pada si pelaku maupun anggota grup lainnya.
Berulang kali kami ingatkan. Seharusnya, pengguna WhatsApp lebih bijak saat menerima pesan seperti itu. Apalagi pesan yang menawari hadiah. Ditambahi pesan semacam itu sudah menjadi viral di mana-mana. Sebab, setelah diklik ternyata pelaku penipuan ini menyuruh untuk menyebarkan link (tautan) yang semacam itu berulang kali. Bila indikator tersebut ada dapat dipastikan 85% lebih itu Hoax. Pesan seperti itu sudah jelas-jelas mengandung unsur Clickbait (baca: Clickbait: Arti, Cara Kerja, dan Contohnya).
Tujuan pelaku clickbait ialah ingin memperoleh keuntungan finansial. Baik itu dari iklan maupun dari data/identitas yang mereka dapat dari survei yang diisi korban Hoax. Data itu akan mereka jual kepada perusahaan atau kelompok yang punya kepentingan terhadap hasil survei yang telah dilakukan. Tentu korban Hoax atau korban Clickbait tidak akan mendapat apa-apa. Kecuali, mendapat rasa malu dan penyesalan luar biasa. Bila korban tak merasa malu dan menyesal berarti dia sangat mudah sekali dijadikan mangsa pelaku clickbait selanjutnya.
Mulai sekarang harus dibiasakan meneliti dan mengklarifikasi dahulu sebelum mengklik link dan menyebarkannya. Sebab yang akan mendapat kerugian tidak hanya pelaku penyebaran tapi juga anggota grup lain. Bisa jadi mereka akan ikut menyebarkan, lalu kenyataan yang diterima hanya tangan hampa. Selain itu, pesan seperti itu hanya mengotori pemandangan dan memenuhi kolom grup WhatsApp. Tidak memiliki kebermanfaatan estetis maupun etis. Yuk, Cerdas bermedsos mulai sekarang. Bijak dalam bermedsos harus dijadikan prinsip.
Demikan tulisan dari kami. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
good artikel
BalasHapusTerima kasih atas tanggapan Abang
Hapus