*BANJIR EMBUN* -Menulis- Malas merupakan salah satu jenis penyakit. Bukan penyakit ragawi tapi kejiwaan. Siapapun bisa terserang olehnya. Tak peduli profesi, jenis kelamin, agama, suku, ras, hingga antar golongan. Asal terbuai nikmatnya, kapanpun bisa terjangkit begitu saja.
Malas menulis misalnya. Tak usah jauh-jauh tengok sana. Sebenarnya tulisan ini diawali dengan kemalasan. Jadwal menulisnya pun mengalami pergeseran. Tak sesuai waktu yang diharapkan. Semestinya di pagi hari malah sorenya terlaksana. Akhirnya tema "melawan kemalasan" yang diangkat.
Betul sekali tebakan kalian. Tulisan ini ada karena keterpaksaan. Punya misi melawan kemalasan. Terpaksa menulis mengalir begitu saja. Supaya penyakit malas tak terus berhinggap. Menyempatkan waktu padat. Meski waktu sela tak cukup tersedia. Akibatnya, tulisan ini harus dikerjakan sambung-bersambungan.
Tulisan ini dibuat sambil cari uang. Melayani klien yang butuh jasa. Disela-sela itu saat bosan tulisan ini diteruskan. Dicicil beberapa kali hingga lunas. Belum lagi harus mempromosikan website www.banjirembun.com ke beberapa media sosial. Waktu rasanya sungguh kurang.
Maklum situs *Banjir Embun* masih tahap pengembangan. Perlu perhatian dan perawatan. Tidak bisa ditinggal begitu saja. Agar pengunjung tetap ada. Dengan begitu, penghasilan uang dari penyedia jasa iklan ikut terangkat. Syukur-syukur dapat pengunjung setia.
Menulis sepatutnya memang bukan untuk mengeruk harta. Menulis adalah bentuk pengabdian. Mengorbankan pikiran untuk kemajuan peradaban. Menulis adalah panggilan jiwa. Tak bisa dibeli dengan nyawa. Sebab tulisan itu sendirilah nyawanya.
Meski masih ada yang menanggapi beda. Katanya menulis adalah bentuk kemalasan. Baginya menulis adalah aktivitas pengangguran. Punya waktu melimpah ruah. Akibatnya harus diisi dengan membuat tulisan. Sebab masih katanya, membuat tulisan itu butuh waktu lama.
Bagi orang tak biasa, untuk menulis memang butuh waktu lama. Bagi yang biasa menulis, satu jam sudah dapat 1000 kata. Jangan terheran. Namanya juga terpaksa. Harus punya wujud tulisan. Tak bisa hanya dalam bentuk lamunan. Inilah keterpaksaan yang menghasilkan.
Kembali pada judul tulisan. Kemalasan merupakan indikator adanya masalah. Baik persoalan yang disebabkan dari dalam individu maupun dari luarnya. Masalah bukannya dituntaskan, malah ditinggalkan hingga terabaikan. Tidak diselesaikan sesuai waktu semestinya. Akibatnya bermalas-malasan jadi ajang pelampiasan.
Untuk mengatasinya. Harus menggunakan beberapa teknik yang patut dicoba. Cara melawan kemalasan tersebut adalah dengan segera mengawali tindakan. Lalu terus mengerjakannya apapun itu hasilnya. Terus mengerjakan hingga pada puncaknya.
Tak peduli hasilnya bagaimana. Terpenting bergerak dulu untuk berkarya. Mengingat, kemalasan tak punya wujud gerakan yang nyata. Oleh sebab itu, cara melawannya adalah dengan pergerakan. Menggerakan pikiran saja atau sekalian sama badannya. Tentu gerak pikiran yang diwujudkan dalam tulisan.
Terlebih lagi bila geraknya diringi iming-iming sesuatu yang menjanjikan. Makin semangat. Bisa dijanjikan pihak lain yang butuh karya dan jasa. Bisa juga diri sendiri bertekat akan memberi hadiah pada dirinya tatkala selesai pekerjaan. Itu juga akan jadi pemicu semangat.
Sungguh tersiksa bila kemalasan itu ada karena terhantui ketakutan. Takut bila hasil kinerjanya akan disalahkan. Bisa juga takut diacuhkan. Akhirnya lebih memilih diam. Tak sedikitpun mengerjakannya. Lebih memilih terhanyut membangun narasi ketakutan yang sebenarnya khayalan.
Cara melawan kemalasan yang seperti itu cukup sederhana. Hilangkan rasa takut itu dengan bertindak. Kerjakan terus lakukan apa yang memang harus ditunaikan. Abaikan angan-angan tak beralasan. Sebab ada saatnya hasil kinerja itu menjadi pengangkat. Meninggikan derajat satu tingkat.
Biarlah seseorang menilai atas hasil kinerja. Itu haknya dan itu mulutnya. Sebaliknya, biarkan pula seseorang melawan kemalasannya. Itu haknya dan itu upayanya. Pada akhirnya waktu yang akan membuktikan. Si pelawan kemalasan atau si lambe turah yang jadi pecundang.
Terima kasih telah membaca. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Melawan Kemalasan Menulis"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*