Pada fitrahnya manusia sebagai makhluk sosial sebenarnya sudah mengaktualisasikan konsep konseling sejak zaman purba. Terutama manusia yang punya kepekaan, kepedulian, wawasan, kebijaksanaan, ketenangan jiwa, pengalaman, dan komunikasi yang kualitasnya luar biasa. Manusia seperti mereka dijadikan tokoh di komunitasnya. Mereka seringkali dijadikan penasihat, pemimpin, guru (terutama bidang spiritual), pembimbing, dan semacamnya.
Baca juga:
Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Manusia purba adalah manusia yang masih "bersih" jiwanya. Pada saat itu jumlah manusia belum banyak. Masalah yang dihadapi pun belum terlalu rumit dan pelik seperti halnya yang dihadapi oleh manusia modern (pasca revolusi industri). Waktu itu, kebutuhan akan konseling belum terlalu diutamakan. Masyarakat masih "fokus" pada kebutuhan biologis dan ketahayulannya saja. Jiwa mereka belum mengalami tekanan dan goncangan seperti halnya jiwa-jiwa manusia masa kini.
Terbukti, ilmu yang didalami manusia purba hanya terkait dengan kebutuhan biologis dan ketahayulannya saja. Belum menyentuh ilmu jiwa. Misalnya ilmu astronomi (perbintangan) untuk mengetahui kapan harus panen dan kapan harus menanam. Juga bisa sebagai alat navigasi bagi nelayan saat itu untuk cari ikan. Ilmu bangunan untuk melindungi mereka dari panas dan hujan. Tentunya juga untuk membangun tempat ritual penyembahan terhadap dewa. Saat itu, manusia tidak punya banyak saingan antar sesamanya karena jumlahnya masih sedikit.
Baru masalah manusia memasuki fase rumit terutama pasca terjadinya Revolusi Industri (sekitar tahun 1800-1900). Sebagian manusia tersadar akan adanya kebutuhan sebuah bimbingan. Sebab, posisi manusia saat itu sudah dikalahkan oleh mesin pada dunia perindustrian. Agama telah digantikan oleh sains. Pemikiran modern telah menggusur ketahayulan. Kehidupan agraris telah berubah menjadi kehidupan industri. Menghadapi itu, mereka merasa tersesat, khawatir tersisihkan, bingung dalam memilih pekerjaan, dan lain sebagainya. Bisa dikatakan revolusi Industri berdampak pada revolusi sosial.
Kehidupan sosial telah berubah. Banyak ketimpangan antara kehidupan di desa dengan kota. Masyarakat desa pada saat itu diidentikkan dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Tak ayal, sebagian pemuda yang tergugah berinisiatif untuk melakukan urbanisasi. Pindah dari desa ke kota. Mereka ingin merubah nasib. Merubah kehidupan sosial dari miskin dan terbelakang menjadi kaya dan modern. Dampaknya, persaingan semakin ketat. Pada akhirnya terjadi dinamika struktur sosial yang sungguh membebani jiwa mereka.
Melihat kenyataan kaum urban yang seperti itu. Membuat sebagian orang tersadar. Manusia butuh bimbingan. Manusia sudah tidak bisa lagi hidup tanpa adanya pendampingan. Sebab emosi atau keadaan psikologis manusia telah berubah. Mereka tak bisa sembarangan dalam mencari pekerjaan. Harus sesuai dengan bidang kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, lahirlah lembaga "konseling primitif". Di mana, programnya pada saat itu hanya fokus masalah penempatan kerja. Dengan melakukan berbagai jenis tes kemudian dihasilkan kesimpulan individu itu cocok kerja di bidang mana.
Bisa dikatakan gerakan konseling pada saat itu ingin mengimbangi arus perkembangan zaman. Merespon masyarakat yang juga mulai maju. Terlihat dari meningkatnya kualitas teknologi, ekonomi, politik, informasi, sosial, dan sebagainya. Gerakan konseling mendampingi dan membimbing individu yang mengalami "kegagetan" atas perubahan itu. Yakni, individu yang tidak mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman. Individu yang punya masalah hubungan sosial, pengangguran, masalah keluarga, penyesuaian diri, dan sebagainya.
Gerakan konseling ini pada awalnya dimotori oleh kaum reformis dan para guru (berpendidikan). Dalam melakukan konseling mereka masih fokus ditujukan pada kaum marginal. Seperti orang miskin, kaum urban, imigran, pengangguran, hingga yang mengalami gangguan mental ringan dan sedang. Mereka membimbing masyarakat supaya bisa menghargai diri mereka sendiri, menghargai yang lain, dunia pekerjaan (pengembangan karir), dan kehidupan secara luas. Supaya individu itu tidak lagi menjadi individu yang termarjinalkan. Dapat disimpulkan gerakan konseling pada awalnya belum dilakukan secara profesional. Serta masih bersifat "mengobati" (kuratif) belum bersifat preventif.
Demikian tulisan ini dibuat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Context (sumber gambar) |
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Konteks Sosial Konseling Sebelum Digunakan dalam Dunia Pendidikan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*