Perlu
kami jelaskan dulu yang dimaksud generasi Z adalah individu-individu
yang masa kelahirannya dalam kurun tahun 1995 hingga 2014. Ada pula
tokoh sosiolog yang membatasi hanya pada tahun 1994 hingga 2010. Usianya
sekarang ini antara 5 hingga 24 tahun. Generasi Z merupakan generasi
pasca Generasi Y.
Di
mana generasi Y rentang kelahirannya antara tahun 1981 hingga 1994.
Sebagian dari Generasi Z merupakan keturunan dari Generasi Y. Namun
demikian, pemisahan antara generasi satu dengan yang lain sebenarnya
bukan pada tahun lahirnya melainkan kondisi sosial saat generasi itu
dilahirkan.
Setiap ahli ilmu sosial berbeda mendefinisikan rentang tahun antara masa generasi satu dengan generasi berikutnya. Syukurnya, jarak perbedaan tahun itu tak terlalu jauh. Di tengah perbedaan itu para pakar sependapat bahwa Generasi Z merupakan individu-individu yang lahir di era internet muncul di tengah masyarakat hingga bisa berkembang seperti sekarang.
|
Generation Z (gambar dimodifikasi dari sini) |
Generasi Z menjadi pusat perhatian para sosiolog. Sebab, mulai dari lahir ia sudah terbiasa menggunakan peralatan canggih. Seperti smarpthone, laptop, jaringan internet, wi-fi, flas-disk, media sosial, dan yang semacamnya. Bila menengok sejarah masa lalu, tidak ada manusia yang sejak ia lahir hidupnya bersentuhan dengan teknologi canggih.
Langsung saja kami paparkan ciri-ciri Generasi Z. Ciri-ciri ini merupakan satu kesatuan dari ciri negatif maupun positif yang selalu melekat pada mereka. Berikut ulasannya:
1. Ramah teknologi. Generasi Z juga disebut sebagai generasi digital, genarasi cyber, atau generasi internet. Tidak gaptek (gagap teknologi). Sejak kecil mereka sudah terbiasa menggunakan Gadget. Generasi ini mengandalkan teknologi dalam bermain, berkomunikasi, dan bersosialisasi. Akibat terbiasa seperti itu, kemungkinan besar mereka akan menjadi generasi yang mampu membuat teknologi semakin menjanjikan untuk manusia.
2. Individual. Teknologi yang mampu memanjakan dan memberi solusi dengan instan menyebabkan mereka jadi individualis. Asumsinya, mereka tak butuh kehadiran orang lain untuk mencari hiburan bersama. Mereka tidak perlu bantuan orang lain ketika ada masalah datang. Cukup "konsultasi" di internet semua masalah bisa dianggap selesai. Bisa dikatakan, mereka lebih percaya pada hasil yang diupayakan secara individual dari pada harus berkelompok. Akibat, generasi ini akan lebih menghargai hasil dari pada proses. Metode yang digunakan adalah metode instan.
3. Berwawasan Global. Dengan kecanggihan teknologi informasi yang mereka kuasai menjadikan generasi Z mampu "memandang" dunia dengan cara baru. Cara berbeda dengan yang digunakan oleh generasi sebelumnya. Mereka mampu mengakses informasi apapun itu dengan cepat dan mudah. Baik itu untuk kepentingan pendidikan, hiburan, maupun kepentingan kehidupan pribadi mereka lainnya. Berkat informasi global yang mudah diterima, menjadikan mereka lebih termotivasi untuk mengikuti jejak kesuksesan manusia di belahan bumi lainnya. Entah ingin jadi penyanyi, olah ragawan, ahli teknologi, atau yang lainnya.
4. Terbuka. Pola pikir mereka fleksibel. Mudah beradaptasi terhadap setiap perkembangan di masyarakat. Terutama perkembangan teknologinya. Mereka bukan tipe manusia yang fanatik. Oleh sebab itu, tak mengherankan bila mereka mudah untuk merubah haluan kehidupan. Baik dalam bidang ideologi, pemikiran, pekerjaan, pendidikan, hingga pada hal yang remeh temeh sekalipun. Keterbukaan ini bisa disebabkan karena temat bacaan mereka yang luas. Bisa juga disebabkan hasil diskusi mereka setiap hari di media sosial.
5. Menghargai keragaman. Generasi ini banyak menerima informasi yang berbeda dari doktrin yang ia terima dari orang tuanya. Awalnya, masih terjadi dialog dalam diri. Lama kelamaan saking derasnya informasi akhirnya hatinya luluh juga. Dengan teknologi informasi ia mudah bertukar hal-hal yang terkait budaya, suku, agama, ras, golongan (mazhab), dan yang semacamnya. Akibatnya, mereka lebih toleran terhadap perbedaan-perbedaan tersebut. Mereka menghargai keragaman. Mereka peduli untuk menciptakan tatanan yang damai. Sisi negatif dari sifat ini adalah mereka cenderung cinta kebebasan. Asal tidak melanggar hukum positif boleh dilakukan.
6. Teliti. Seiring biasanya jadi "korban" kebohongan dunia maya, mereka lambat laun menjadi kebal. Mereka cenderung waspada terhadap informasi yang diterima. Mereka juga tidak akan tergesa-gesa menyebarkan informasi yang diterima dengan secepatnya. Dalam mencari maupun menyebarkan informasi bukan kecepatan yang mereka cari. Sebab sekarang ini kecepatan merupakan keunggulan teknologi yang wajar bagi mereka. Mereka tidak mudah untuk diprovokasi. Sebab mereka tahu bagaimana cara mencari informasi yang benar dan terpercaya.
7. Haus keunikan. Dengan akses internet bebas tanpa batas mengakibatkan mereka "tahu semuanya". Sudah mengetahui cari ini atau itu. Sudah tahu trik ini atau itu. Sudah tahu hal-hal yang selama ini disembunyikan. Mereka ingin sesuatu hal yang baru. Tentu harus unik dan berciri khas. Malah bila semakin beda akan jauh semakin baik menurut mereka.M Misalnya saja mereka lebih cenderung tidak mau menggunakan buku teks. Lebih tertarik pada suguhan berbeda yaitu e-book.
Dengan memiliki ciri di atas maka lambat laun menjadikan mereka berambisi untuk melakukan inovasi. Mereka mudah tertantang untuk menciptakan hal baru. Menciptakan suatu yang memudahkan, memberi solusi, dan memberi keunikan. Akibatnya, petualang dan kreatif mereka terbangkitkan. Demikian tulisan dari kami. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ciri-ciri Individu Masuk Golongan Generazi Z"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*