Baca Juga:
Kerangka Acuan Kajian Sejarah Pendidikan Islam
Salah satu ciri utama pendidikan Islam ialah penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam
proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia.[1]
Oleh karena itu, wajar ketika sejarah pendidikan Islam dipenuhi nilai-nilai
agama, filsafat, psikologi, dan sosiologi sebaga sarana pewarisan budaya.
Dengan demikian, perlu menempatkan objek kajiannya secara utuh, menyeluruh, dan
mendalam. Dari penjelasan itu, maka metode penulisan yang harus ditempuh
pertama-tama adalah deskriptif, kemudian komparatif, dan terkahir melakukan
analisis-sintesis. Dengan catatan utama tanpa menyingkirkan nilai agama sama
sekali.[2]
Lebih lanjut, metode yang digunakan dalam penggalian maupun penulisan
sejarah pendidikan Islam ada beberapa macam. Untuk penggalian dan pelacakan
sejarah biasanya menggunakan:
1. Metode lisan, salah satu cara yang dilakukan untuk
menemukan objek sejarah adalah menggunakan teknik wawancara.
2. Metode observasi, melakukan pengamatan secara langsung
peristiwa sejarah, biasanya yang paling mudah diamati adalah tokoh atau pelaku
sejarahnya.
3. Metode dokumentasi, mendalami secara teliti segala bentuk
dokumen, baik yang tertulis, berupa benda karya manusia (artefak), gambar, dan
video.[3]
Adapun metode dari segi penulisan sejarah pendidikan Islam yang bisa digunakan
adalah:
1.
Metode deskriptif;
menggambarkan apa adanya secara runtut tentang peristiwa pendidikan Islam yang
terjadi di masa lalu. Kemudian, melakukan analisis terhadap isi yang terkandung
dalam sejarah tersebut.
2.
Metode komparatif;
pembandingan perkembangan sejarah pendidikan Islam pada suatu tempat dan waktu
dengan sejarah pendidikan Islam di tempat atau waktu yang lain. Hal ini
dimaksudkan supaya ditemukan persamaan dan perbedaan sejarah pendidikan Islam
pada tempat atau waktu yang berbeda. Dengan itu, diharapkan akan ditemukan garis
penghubung antar pendidikan Islam yang dibandingkan sehingga terbentuk sebuah
sistem pendidikan Islam yang utuh.
3.
Metode
analisis-sintesis; menguraikan dan meneliti peristiwa pendidikan Islam di masa
lalu secara lebih mendalam. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis
beberapa temuannya kemudian digabungkan untuk disimpulkan secara spesifik dan
utuh. Harapannya, bisa ditemukan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam di
masa lalu, sehingga penulisan sejarah pendidikan Islam dapat bermanfaat bagi
umat Islam itu sendiri.[4]
Menurut Djumhur sebagaimana dikutip Hasbullah bahwa kajian sejarah
pendidikan Islam merupakan bagian yang tak terlepaskan dari sejarah pendidikan
Umum. Ia bukanlah ilmu yang dapat berdiri sendiri begitu saja. Di mana sejarah
pendidikan merupakan pemaparan sistematis tentang segala sesuatu yang telah
terpikirkan dan dikerjakan dalam bidang pendidikan di masa lampau. Dengan kata
lain, sejarah pendidikan menguraikan perkembangan pendidikan dari masa dahulu
hingga sekarang secara berurutan dan terjadi kesinambungan. Oleh karena itu,
masih menurut Djumhur Sejarah pendidikan Islam erat kaitannnya dengan bidang
ilmu lainnya, seperti:
1. Sosiologi, interaksi sosial yang terjadi, baik antar
individu maupun kelompok bisa menimbulkan suatu dinamika. Akibatnya, terjadi perubahan
sosial yang bermuara pada terjadinya mobilitas sosial. Semua itu berpengaruh
pada sistem pendidikan Islam, terutama masalah kebijaksanaan pendidikan Islam
yang diatur pada suatu masa.
2. Ilmu sejarah, perkembangan peristiwa penting yang terjadi
di masa lalu tidak hanya membahas tentang apa yang terjadi. Akan tetapi juga
dibahas segala hal terkait tokoh penting yang berpengaruh dalam suatu kekuasaan
masyarakat dan politik. Bagaimanapun, merekalah yang punya dominasi dalam
menentukan sistem, materi, dan tujuan pendidikan di masa lampau.
3. Sejarah kebudayaan, pendidikan merupakan suatu usaha
untuk mewariskan kebudayaan. Oleh sebab itu, sejarah pendidikan tidak akan bisa
terlepas dari sejarah kebudayaan umat manusia. Kemudian dicari titik temu
antara pengaruh pendidikan terhadap kebudayaan yang dihasilkan.[5]
4. Pendidikan, suatu analisis sejarah pendidikan Islam yang
salah satu ujungnya melakukan identifikasi kasus, kategorisasi, interpretasi,[6]
lalu memunculkan teori tidak akan bisa “mengena” pada pokok persoalannya bila
terlebih dahulu tidak memahami tentang ilmu pendidikan.
5. Studi Islam, kajian tentang agama Islam merupakan poin
terpenting. Salah satu maanfaatnya adalah bagaimana agar semua kajian yang
dibahas dalam sejarah pendidikan Islam diakaitkan dengan Islam. Dengan kata
lain, studi Islam bisa dijadikan pedoman teori, metode, dan langkah-langkah
dalam dalam menganalis sejarah.
Seperti halnya peradaban Islam, pendidikan Islam juga memiliki satu
kebulatan dan saling mempengaruhi antara kebudayaan bangsa satu dengan bangsa
yang lain. Beberapa kebudayaan dari berbagai bangsa itu menyatu dan
berasimilasi secara bertahap di bawah naungan kerajaan Islam. Serta tentunya
dituntun oleh agama yang disebarkan oleh Nabi Muhammad yang berkembang melalui
bahasa Arab. Dari akulturasi budaya tersebut, kemudian menjelas suatu kesatuan
yang harmonis yang memberikan corak spirit dan mental yang sama. Beberapa di
antara kebudayaan itu adalah berasal dari Indi, persia, turki, arab, rum,
qibti, dan lain-lain. Kebudayaan, nilai-nilai, adat-istiadat mereka telah
memberi konstribusi yang luar biasa dalam membentuk kerajaan Islam yang kuat.[7]
Lebih lanjut, menurut Hasbullah menjelaskan bahwa:
Dalam hal objek pendidikan
Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengna perkembangan dan pertumbuhan
pendidika Islam baik formal, informal maupun nonformal. Dan hal ini sejalan
dengan peranan agama dakwah yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah segala
bentuk kemungkaran, dalam rangka menuju kehidupan yang sejahtera lahir dan
batin. Sementara itu sebagai cabang ilmu pengetahuan, obyek Sejarah Pendidikan
Islam umumnya tidak terlalu jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam obyek
sejarah pendidikan, seperti hal-hal sifat yang dimilikinya.[8]
Dapat disimpulkan objek, ruang lingkup, ciri khas, dan
metode kajian sejarah pendidikan Islam memiliki standar tersendiri. Yakni,
salah satunya harus dibalut dan dilandaskan pada nilai-nilai Islam. Oleh karena
itu, Islam sebagai agama universal, dinamis (untuk sepanjang waktu dan segala
tempat), dan progesif (menghargai peningkatan kualitas) tidak boleh dibelokkan
(difokuskan) pada budaya atau wilayah tertentu saja. Dalam sudut tertentu Islam
di Baghdad tentu berbeda dengan Islam di Mesir. Tentu juga Islam di Timur
Tengah berbeda dengan Islam di Asia tenggara dan seterusnya. Dengan demikian,
objek dan ruang lingkup kajian sejarah pendidikan Islam sesungguhnya amat luas
dan kompleks. Namun demikian, ditekankan kembali bahwa ciri khasnya harus
didasarkan pada nilai-nilai Islam. Hal ini yang menyebabkan metode kajian yang
dilakukan pun juga amat berbeda dengan ilmu sejarah pendidikan umum.
[1]Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:
lintasan sejarah dan perkembangannya (Jakarta: RajaGrafindo, 1995), hlm. 9
[2]Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta:
Dirjen Pembinaan kelembagaan Agama Islam Cet. II, 1986), hlm 4.
[3]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 10.
[4]Ibid., hlm. 10-11.
[5]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 11-12.
[6]Interpretasi
sejarah merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari penulisan sejarah. Di
mana, yang dimaksud dengan interpretasi ialah proses analisis terhadap
fakta-fakta sejarah hingga proses penyusunan (pengkatagorian) fakta-fakta
sejarah. Bagaimanapun, fakta sejarah haruslah objektif. Hal itu bukan berarti
penulis sejarah tidak berpeluang atau tidak boleh menerangkan fakta itu atas
dukungan teori yang ada. Oleh karena itu, proses interpretasi sejarah dapat
dimungkinkan masuk unsur kesubjektifitasan penulis. Utamanya pada gaya bahasa,
sistem kategorisasi, dan konseptualisasi terhadap fakta-fakta sejarah
berdasarkan teori yang dikembangkan. Lihat,
Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam
(Yogyakarta: Teras, 2009), 104-105.
[7]Asma Hasan Fahmi,
“Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,” dalam Mabaadiut Tarbiyyatil Islaamiyah. terj. Ibrahim Husein (Jakarta: bulan bintang, tanpa tahun), hlm.
11.
[8]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 4.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kerangka Acuan Kajian Sejarah Pendidikan Islam"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*