*BANJIR EMBUN* -Inspirasi-- Pelafalan antara jogo dengan jago hampir mirip. Perbedaannya tipis, hanya satu huruf yang terletak di huruf kedua. Meski beda sedikit tapi antara keduanya tidak bisa disamakan. Jogo yang berasal dari bahasa Jawa memiliki arti menjaga. Sedang jago merupakan ayam jantan. Kata jago juga mempunyai arti unggul, paling kuat, juara, hebat, mahir, dsb. Dari sini dapat dipahami bahwa dari segi arti antara keduanya bersifat netral. Tidak bertolak belakang maupun memiliki persamaan.
Tatkala kata jogo dan jago masing-masing ditambahi kata kandang sehingga menjadi dua kata yakni jogo kandang dan jago kandang maka keduanya memiliki konotasi berbeda. Istilah jogo kandang memiliki makna yang lebih terhormat daripada jago kandang. Kehormatan itu didapat bukan karena sifat jogo kandang itu lebih baik. Tapi karena lawannya yaitu jago kandang yang memiliki reputasi buruk. Alasan lain karena istilah jogo kandang itu netral. Perbuatan jogo kandang adalah perbuatan yang wajar karena memang seharusnya dan lumrah bahwa setiap kandang itu harus dijaga.
Di sisi lain, masih ada yang akan lebih bangga dibilang sebagai jogo kandang. Merasa paling berjasa menjaga komunitasnya. Baik menjaga benda fisiknya hingga menjaga marwah perjuangan yang dibuktikan dalam berbagai kegiatan. Sebaliknya akan lebih tersinggung bila disebut menjadi jago kandang. Sebab istilah itu sudah umum diketahui untuk mengejek siapapun yang hanya berani berkompetisi dengan teman sekandangnya. Tentu itu adalah perbuatan yang tabu alias nggilani. Berani menantang hanya di kandang tapi tidak berani tampil di luar.
Kubu pendukung mazhab jogo kandang memandang bahwa menjaga kandang itu penting. Bagi mereka kandang adalah benteng terakhir dari semua anggota komunitas yang bernaung di dalamnya. Kandang harus diberi imunitas yang kuat untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan urusan dapur. Mereka pun beranggapan bahwa dengan penjagaan yang ketat maka segala aktivitas dan kreativitas di dalam kandang akan tetap terjaga. Tidak ada rasa khawatir maupun kecemasan di tengah-tengah anggotanya saat melahirkan karya
Tidak hanya punya kelebihan, prinsip jogo kandang juga punya kekurangan. Tengok saja bila semua komponen dari komunitas memutuskan untuk melakukan jogo kandang maka yang terjadi malah melahirkan jago kandang. Asumsinya, orang yang jogo kandang akan sangat jarang sekali keluar bahkan kadang tidak pernah sama sekali. Dampaknya, mereka akan menjadi orang kuper dan cupet. Pesaing mereka hanya rekan sekomunitasnya yang tentu levelnya tidak jauh beda 11-12. Mereka beranggapan telah menjadi manusia terunggul. Padahal di luar sana jauh lebih banyak yang unggul darinya.
Setelah menjadi jago kandang tentu hidup mereka akan penuh kebanggaan. Bukan kebanggaan yang patut dibanggakan tapi kebanggaan semu yang bikin tersenyum ngilu. Memang sebaiknya dalam suatu komunitas yang menjadi penjaga kandang harus sedikit. Meski berjumlah sedikit tapi harus militan serta berkomitmen tinggi melindungi semuanya yang ada di kandang. Baik yang berupa fisik maupun non fisik. Sedang pihak selain jogo kandang harus aktif ke luar. Mencari ilmu dan wawasan yang penting untuk dibawa ke kandang. Artinya, jangan sampai kandang hanya menjadi tempat makan dan berteduh semata.
Demikian tulisan ini saya buat. Semoga bermanfaat. Terima kasih telah membaca.
Jangan hanya jago kandang (gambar adaptasi dari dongeng langit) |
Mantap...Beda sedikit kata namun mempunyai perbedaan makna yang amat jauh.
BalasHapusSemoga artikelnya bermanfaat!