Sesungguhnya pengembangan PAI bukan hanya
tanggung jawab pemerintah pusat, akan tetapi juga pemerintahan daerah.
Sebagaimana pernyataan menteri agama saat memberikan penghargaan Apresiasi
Pendidikan Islam kepada Gubernur, Bupati, dan Walikota pada acara Hari Amal
Bhakti ke-69 Kemenag bahwa “adanya anggapan bahwa agama [termasuk
pendidikan agama?] karena sifatnya sentral atau sesuatu yang tidak diotonomikan
dan ini menjadi urusan pusat. Ini pemahaman yang salah menurut saya.” Ia juga
menekankan bahwa adanya penghargaan tersebut menandakan masih ada pemimpin
daerah yang memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan pendidikan agama dan
keagamaan. Selain itu, ia menjelaskan anggapan yang menyatakan pemerintah
daerah tidak boleh memberikan bantuan kepada lembaga pendidikan merupakan suatu
kekeliruan. Hal tersebut karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah pusat dan daerah.[1]
Oleh karena itu, pengembangan PAI dalam ranah tertentu hendaknya juga
diperlukan sinergisme antara pendidik PAI, lembaga pendidikan, pemerintah
daerah, dan pemerintah pusat.
Beranda » Arsip untuk Juli 2018
Selasa, 31 Juli 2018
Contoh Proposal Penelitian yang Lolos Seleksi Diktis Kemenag
Tips agar proposal yang anda ajukan melalui laman litapdimas.kemenag.go.id bisa lolos ialah sebagai berikut:
1. Hal pertama dan utama yang harus kalian lakukan ialah berbakti pada orang tua. Terutama pada ibu kalian.
2. Bila kalian punya salah pada mereka segera minta maaf terutama pada ibu kalian.
3. Bahagiakan mereka jika tidak bisa membahagiakan minimal jangan ganggu mereka biarkan mereka hidup bahagia tanpa gangguan kalian.
4. Kerjakan proposal dengan baik dan sempurna saya yakin ingsa Allah proposal kalian akan diterima.
Demikian tips dari kami semoga membawa manfaat bagi kalian.
The Perfect Proposal (Sumber Gambar thefutur) |
Baca tulisan menarik lainnya:
Minggu, 29 Juli 2018
C. Paralelisasi Pemikiran Thomas S. Kuhn dengan Pengembangan Pendidikan Agama Islam
Antara paradigma Pendidikan Agama
Islam[1]
dengan paradigma pendidikan sekuler (yang cenderung positivistik) sesungguhnya
sangat berbeda. Kajian positivistik salah satunya berparadigma hegemonik dan
empiris, sedang PAI salah satunya berparadigma teologis.[2]
Perbedaan tersebut menyebabkan PAI di mata positivistik bukan sebagai kajian
dari ilmu pengetahuan karena kajiannya tidak empiris dan tidak memenuhi standar
ilmiah (dipenuhi unsur metafisika dan transendetal).[3]
Hal ini dalam kacamata Kuhn, bukan berarti dari salah satu keduanya terdapat
kebenaran, sedang yang satunya sebagai pihak yang salah. Namun keduanya
memiliki kaidah atau pola pikir sendiri yang telah disepakati oleh masing-masing
komunitas pendukungnya.[4]
Sebagaimana pernyataan Tobroni bahwa paradigma dapat dijadikan asumsi atau
proposisi, bahkan dari itu bisa menjadi pijakan dalam berbagai kegiatan ilmiah.
Selanjutnya ia menjelaskan secara detail:
Baca tulisan menarik lainnya:
Sabtu, 28 Juli 2018
B. Penelusuran Alam Pikir Thomas S. Kuhn
1. Konsep Pencarian Kebenaran Vs Puzzle-Solving Milik Thomas S. Kuhn
Menurut Kuhn, yang namanya kebenaran tunggal
(objektif) itu tidak pernah ada. Karena bagaimanapun konsep kebenaran yang ada
sekarang ini dibangun terdiri atas “paradigma-paradigma” yang disepakati dan
dijunjung oleh masyarakat ilmiah/akademis (ilmuwan). Dengan kata lain, menurut
Kuhn kebenaran tunggal yang dianut positivisme[1]
merupakan suatu paradigma ilmu pengetahuan yang tetap mapan karena mendapat
dukungan dan dimapankan pihak kalangan komunitas ilmuwan. Oleh karena itu, “paradigma”
merupakan alat yang menjadi kerangka konseptual dalam memahami “kebenaran” alam
semesta. Artinya, ilmuwan atau masyarakat ilmiah dalam melakukan penelitian
tidak bisa lepas dari paradigma. Secara otomatis kebenaran ilmu tidaklah
mutlak-tunggal, tapi relatif-plural, maka “kebenaran” yang ada akan
terus-menerus diteliti atau dikritisi oleh komunitas ilmiah lain.[2]
Dari sini, sebagian dari kalangan mengatakan dengan tegas bahwa Kuhn
merupakan filsuf penganut relativisme.[3]
Bahkan disebut pengusung irasionalisme dalam ilmu pengetahuan.
Baca tulisan menarik lainnya:
Jumat, 27 Juli 2018
Ulasan (Review) Film Mission Impossible Fallout Juli 2018
Penilaian terhadap film Mission Impossible Fallout Versi *Banjir Embun*
Baca tulisan menarik lainnya:
Kamis, 26 Juli 2018
C. Pencegahan Terorisme dan Pengembangan Human Security Melalui Pendidikan Agama Islam
Sahabat *Banjir Embun* kejahatan terorisme masih menjadi mimpi buruk bagi negara kita. Bagaimana tidak, teroris melancarkan aksinya tidak pandang bulu, SARA, dan usia.
Baca tulisan menarik lainnya:
Rabu, 25 Juli 2018
B. Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbudaya Nirkekerasan
B.
Pengembangan
Pendidikan Agama Islam Berbudaya Nirkekerasan
Baca tulisan menarik lainnya:
Selasa, 24 Juli 2018
Logo Google Adsense Terbaru 2018
Logo Google Adsense Terbaru 2018
Oleh: Tim Banjir Embun
Baca tulisan menarik lainnya:
Senin, 23 Juli 2018
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Kecerdasan Beragam (multiple intelligences) yang Ideal
C.
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kecerdasan Beragam (multiple intelligences) yang Ideal
Pembelajaran PAI merupakan kegiatan untuk mencerdaskan peserta didik.
Oleh karena itu, dalam konteks pembahasan ini hal-hal penting yang perlu
diperhatikan sebelum diadakan pembelajaran adalah seperti apa kondisi (latar
belakang) peserta didik. Persoalan lain adalah sejauh mana kemampuan pendidik
dan institusi pendidikan dalam mengakomodasi keberagaman peserta didik. Serta,
bagaimana cara menanamkan nilai-nilai Islam kepada peserta didik sesuai dengan
kondisi “keberagaman” mereka. Identifikasi semacam ini menurut penulis dirasa
sangat penting. Alasannya, bagaimana mungkin suatu proses pembelajaran membentuk
manusia “cerdas” secara efektif dan efisien, bila tidak diketahui terlebih
dahulu sejauh mana kemampuan, keterampilan, dan hal-hal (latar belakang) yang
mempengaruhi kehidupan peserta didik. Untuk lebih jelasnya maka perlu digambarkan
skema di bawah ini:
Baca tulisan menarik lainnya:
Berpergian ke Jakarta dengan Uang Pas-pasan Bagian 2
Sebelum membaca cerita ini lebih baik anda baca dulu cerita sebelumnya.
Baca tulisan menarik lainnya:
Minggu, 22 Juli 2018
Berpergian ke Jakarta dengan Uang Pas-pasan
Jarak Bandara Soetta ke Hotel Eco Syariah (sumber gambar Google Maps) |
Bagi anda yang ingin melakukan
perjalanan ke Jakarta maka lebih baik baca dulu tulisan ini hingga selesai.
Tulisan tentang perjalanan orang kampung yang hanya punya uang pas-pasan untuk
pergi ke Jakarta.
Baca tulisan menarik lainnya:
B. Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Kecerdasan Beragam
Ilustrasi Kecerdasan Beragam atau Multiple Intelligences (Sumber gambar SD69) |
B. Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Kecerdasan Beragam
Paradigma
yang diturunkan dari Cartesian (Descartes) dan Newtonian menjadi penyebab
munculnya paradigma tunggal (tidak utuh) di dunia Barat. Dengan paradigma
tunggal itu, mereka terpuruk ke lembah krisis dan penuh kontradiksi, yang
menurut Capra disebabkan oleh kekeliruan
pemikiran. Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip Efendi menjelaskan bahwa yang
dimaksud kekeliruan pemikiran menurut Capra adalah tidak
digunakannya paradigma yang tepat dalam penyusunan kebudayaan barat. Di mana,
menurutnya budaya barat hanya disusun berdasarkan satu paradigma, yaitu
paradigma sains (scientific paradigm). Padahal paradigma tersebut tidak sepenuhnya
bisa melihat alam dan kehidupan ini secara utuh dan menyeluruh (wholeness), kecuali hanya melihat alam
ini pada bagian yang empiris saja.[1]
Baca tulisan menarik lainnya:
Jumat, 20 Juli 2018
D. Penutup dan Daftar Pustaka BAB VI Buku Pengembangan Pendidikan Agama Islam
Sampul buku Pengembangan Pendidikan Agama Islam |
D. Penutup
Dari semua pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kurikulum pada setiap masing-masing prodi di PTAI bisa dilakukan
dengan cara integrasi ilmu. Yakni, penambahan mata kuliah umum dilakukan tidak
semata-mata “menjiplak” dari perguruan tinggi lain (Perguruan Tinggi Umum) akan
tetapi didasarkan pada epistemologi Islam. Dengan demikian, diharapkan bisa
melahirkan ilmu baru, yaitu ilmu umum yang tidak “berseberangan” dengan ilmu
agama. Implikasinya, pengembangan dan penambahan mata kuliah tidak serta merta
hanya memberikan label “Islam” pada mata kuliah atau prodi tersebut, akan
tetapi melakukan integrasi ilmu agama dengan ilmu umum yang saling mengokohkan
satu sama lain. Pada tahap selanjutnya, inilah yang akan menjadi pembeda
wawasan keilmuan antara lulusan PTAI dengan lulusan PTU. Di mana lulusan PTAI
tidak hanya mampu menciptakan atau mengembangan ilmu serta produknya, tetapi
juga mampu memanfaatkannya secara tepat untuk kemaslahatan manusia secara benar
sehingga bisa mendapat ridho dari Allah SWT.
Baca tulisan menarik lainnya:
Kamis, 19 Juli 2018
Rabu, 18 Juli 2018
B. Langkah-langkah Pengembangan Program Studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam
B.
Langkah-langkah Pengembangan Program
Studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam
Dengan maraknya gejala pergaulan bebas di kalangan
mahasiswa, maka kampus PTAI sebagai pusat pencetak generasi Islam yang akademis
dituntut kepeduliannya dalam penelurusan kembali perilaku mahasiswa yang
mengalami pergeseran dari cita-cita semula. Oleh karena itu, sistem pendidikan
di kampus atau perguruan tinggi sekarang ini perlu diklarifikasi. Di mana, sistem asrama merupakan alternatif
untuk menjawab permasalahan tersebut.[1]
Hal lain yang perlu diingat, sebelum mengadakan pengembangan prodi maka PTAI terlebih
dahulu harus mempertimbangkan sejauh mana kemampuan kampus untuk menampung
jumlah mahasiswa yang semakin bertambah dan juga semakin beragam latar
belakangnya. Terutama
bila prodi yang dibuka adalah prodi bidang ilmu pengetahuan umum.
Baca tulisan menarik lainnya:
Selasa, 17 Juli 2018
BAB VI Pemikiran Tentang Pengembangan Program Studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam
BAB VI
Pemikiran Tentang Pengembangan Program Studi pada
Perguruan Tinggi Agama Islam
Kajian tentang pengembangan program studi (prodi)
dalam arti pengembangan kurikulum,[1]
penambahan jumlah, dan penggantian namanya di Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) merupakan salah satu wacana baru. Mengingat, selama ini PTAI[2]
masih identik dengan perguruan tinggi yang hanya mengurusi persoalan akhirat
dan cenderung fokus pada penguasaan ilmu keagamaan. Meski gagasan tentang
pengembangan kurikulum PTAI yang termanifestasikan dalam penambahan prodi umum
(nonkeagamaan) sudah cukup lama beredar, tapi baru masa reformasi gagasan ini
mulai mendapatkan jalan terang. Yakni, tatkala adanya Undang-undang Otonomi
Daerah tahun 1999 yang berimbas pada otonomisasi dalam bidang-bidang tertentu.
Termasuk di dalamnya otonomi pendidikan di semua jenjang. Kemudian
ditindaklanjuti dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 24 ayat 1 dan 2.[3]
Baca tulisan menarik lainnya:
Senin, 16 Juli 2018
D. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
Menurut Oemar
Hamalik evaluasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari komponen-komponen
masukan, proses, dan produk. Di mana komponen masukan terdiri dari beberapa
aspek yaitu mahasiswa yang dinilai, perlengkapan instrumen yang digunakan dalam
penilaian, biaya yang disediakan, dan informasi tentang mahasiswa. Sedang
komponen proses meliputi program penilaian, prosedur dan teknik penilaian,
teknik penganalisaan data, dan kriteria penentuan kelulusan. Dan komponen
produk merupakan hasil-hasil penilaian yang berguna untuk pembuatan keputusan
dan sebagai bahan balikan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan sistem
penilaian atau evaluasi merupakan komponen atau bagian terpenting dari sistem
pembelajaran. Oleh karena itu, pengadaan evaluasi merupakan keharusan untuk
dilaksanakan. Hal ini berfungsi sebagai pusat informasi tentang proses
pembelajaran maupun keberhasilan studi para mahasiswa. Sedang tujuan dari
diadakannya evaluasi adalah sebagai pegidentifikasian apakah mahasiswa sudah
mampu dalam pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan bahan yang disajikan dalam
mata kuliah. Selain itu sebagai dasar atau acuan pengelompokan mahasiswa ke
dalam beberapa kriteria atau tingkatan prestasi belajarnya. Dan tujuan evaluasi
bagi Dosen adalah untuk diketahui derajat kesesuaian antara bahan mata kuliah
yang disajikan dengan cara penyajiannya.[1]
Baca tulisan menarik lainnya:
Minggu, 15 Juli 2018
BAB V Pendidikan Islam di Indonesia: Pesantren, Madrasah, dan Sekolah
BAB V
Pendidikan Islam di Indonesia: Pesantren, Madrasah, dan
Sekolah
Kajian tentang perbandingan
madrasah, pondok pesantren, dan sekolah –sebagai tiga “bentuk pendidikan” yang
terbesar di Indonesia– khususnya terkait dengan implementasi Pendidikan Agama
Islam bukan sebuah hal baru. Diskusi tentang itu, sebagaimana diketahui secara
jamak telah ada utamanya sejak pemerintah Indonesia “meresmikan” madrasah
melalui SKB Tiga Menteri Tahun 1975 sebagai lembaga pendidikan yang diakui
sebagaimana sekolah umum. Lalu pada akhir-akhir ini pun pesantren –sebagai
corak pendidikan asli milik masyarakat Indonesia– pasca disahkan Undang-undang
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 juga telah mendapat tempat yang “sejajar” dengan
lembaga pendidikan lainnya di mata pemerintah.[1]
Meskipun keberadaan pesantren “murni” kebanyakan di mata pemerintah diletakkan
pada jalur pendidikan nonformal.[2]
Oleh sebab itu, wajar bila setelahnya terjadi penilaian, perbandingan, dan
pembaharuan terhadap ketiga bentuk pendidikan tersebut.
Baca tulisan menarik lainnya:
Jumat, 13 Juli 2018
C. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
Stertegi pembelajaran adalah
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Dengan kata lain strategi digunakan
untuk diperolehnya kesuksesan atau keberhasilan dalam pencapaian tujuan.
Sedangkan metode adalah upaya pengimplementasian rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan yang nyata agar tujuan yang disusun tercapai secara optimal.
Dengan demikian metode digunakan untuk perealisasian strategi yang telah ditentukan. Artinya bisa terjadi
pada satu stertegi pembelajaran digunakan beberapa metode misalnya ceramah,
tanya jawab, diskusi dll.[1]
Baca tulisan menarik lainnya:
Kamis, 12 Juli 2018
B. Kompetensi Mahasiswa yang Diharapkan setelah ikut serta perkuliahan Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
B. Kompetensi Mahasiswa yang Diharapkan setelah ikut serta perkuliahan Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
Baca tulisan menarik lainnya:
Rabu, 11 Juli 2018
BAB IV A. Materi Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
BAB IV
SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
PADA PERGURUAN TINGGI
UMUM
Baca tulisan menarik lainnya:
Selasa, 10 Juli 2018
E. Berbagai Kemungkinan yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI pada Perguruan Tinggi Umum
Dalam
pembelajaran PAI di PTU untuk tercapainya tujuan dengan efektif dan efisien
menurut penulis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik faktor internal maupun
eksternal dalam pembelajaran PAI. Namun untuk masalah ini perlu dilakukan
penelitian lebih mendalam lagi agar benar-benar ditemukan hasil yang objektif
dan berimbang. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dimungkinkan mempengaruhi
pembelajaran PAI di PTU baik secara langsung maupun tidak langsung:
Baca tulisan menarik lainnya:
Senin, 09 Juli 2018
Mudahnya Mengurus HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Lebih Mudah dari Mencari Uang
Mudahnya Mengurus HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Lebih Mudah dari Mencari Uang
Oleh: A. Rifqi Amin
Baca tulisan menarik lainnya:
D. Tantangan Umum Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
Dengan
adanya media massa dan teknologi informasi komunikasi yang canggih telah
menjadi penyebab masyarakat mudah terpengaruh terhadap tayangan, informasi,
berita, atau ‘ajaran’ yang ada di dalamnya. Hal tersebut terjadi karena begitu
sering dan mudahnya tayangan tersebut diaskes oleh siapapun hampir setiap hari.
Tidak mustahil semua itu bisa menjadi penyebab secara lambat laun adanya
perubahan budaya, etika, dan moral pada masyarakat dan tak terkecuali pada
mahasiswa. Masyarakat yang pada mulanya merasa asing dan tabu pada model-model
pakaian yang terbuka (porno), hiburan-hiburan yang berlebihan, dan sadisme yang
ditayangkan oleh media lama kelamaan karena tidak terbendung lagi menjadi
terbiasa. Bahkan karena seringnya menerima informasi itu selanjutnya mereka
menjadi bagian (pelaku) dari fenomena tersebut. Oleh karena itu pada kehidupan
masyarakat bahkan pada mahasiswa ditemui kehidupan yang kontroversial, dapat
dialami dalam waktu yang sama dalam individu pribadi yang sama. Misalnya dalam
satu pribada punya keseimbangan antara kesalehan dan keseronohan, kelembutan
dan kekerasan, antara korupsi dan dermawan, antara korupsi dan keaktifan
ibadah, dan antara kehidupan Masjid dengan mall. Di mana keduanya senantiasa
terus menerus berdampingan satu sama lain sehingga menjadi nilai atau gaya
hidup baru masyarakat. Hal inilah yang menjadi alasan diperlukannya kajian
keilmuan (penelitian) dalam bidang PAI sebagai penemuan jawaban atas
masalah-masalah seperti itu.[1]
Baca tulisan menarik lainnya:
Minggu, 08 Juli 2018
C. Kedudukan Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
Kedudukan
PAI di PTU adalah sebagai mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh seluruh
mahasiswa Islam di seluruh PTU baik pada perguruan tinggi negeri maupun suasta.
Hal ini agar mahasiswa mampu menjadi manusia yang punya kepribadian muslim
secara utuh, yaitu yang taat pada perintah agama Islam, dan bukan hanya sekedar
menjadi mahasiswa yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam tanpa diamalkan. Atau
hanya mengamalkan perintah ritual Agama tapi tanpa penuh makna dan manfaat yang
berarti bagi masyarakat. Dengan demikian kedudukan PAI di PTU adalah sangat
penting yaitu menjadi suatu mata kuliah yang diharapkan darinya mampu
dihasilkan para sarjana yang punya jiwa agama (religius) dan taat pada perintah
agamanya. Tidak hanya menjadi manusia yang hanya ahli dalam bidang pengetahuan
tentang agama Islam tanpa pengamalan secara konkrit dalam sehari-hari.[1]
Baca tulisan menarik lainnya:
Sabtu, 07 Juli 2018
B. Ciri Utama Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
B. Ciri Utama Pendidikan
Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
Baca tulisan menarik lainnya:
Jumat, 06 Juli 2018
Menimbang Kebermanfaatan Antara Teori dengan Praktik
Lingkarang Terori-Praktik (Sumber gambar Fakhrurrojihasan) |
Menimbang Kebermanfaatan Antara Teori dengan Praktik
Oleh: A. Rifqi Amin
Bagi
siapapun yang ingin menonjolkan diri di masyarakat pasti ia akan
menunjukkan nilai kebermanfaatannya di tengah-tengah mereka. Entah
dengan cara terjun langsung secara nyata di lapangan maupun dengan cara
menjadi penyumbang gagasan/ide hingga menjadi penyumbang dana. Salah satu di
antaranya dengan menjadi perangkat desa, ketua panitia pembangunan,
Imam Masjid, penggerak pemuda, penggerak kegiatan rutinan masyarakat, menjadi
konseptor (memberi teori, wawasan, pengelaman, dan motivasi), atau
menjadi apapun itu asal berkontribusi bagi masyarakat. Baik diberikan secara lisan, tulisan, maupun melalui perantara pihak lain. Semuanya itu baik
yang berperan sebagai ahli praktik maupun ahli teori tetap memiliki andil
dalam pembangungan masyarakat.
Baca tulisan menarik lainnya:
Tabel Panduan Perevisian Sebelum Buku Diterbitkan
Tabel Panduan perevisian Buku
Sahabat Banjir Embun (sabem) menulis buku itu tidak mudah. Tabel di bawah ini merupakan bukti bahwa menulis buku itu butuh ketelitian, ketelatenan, dan keseriusan. Yuk kita simak langsung isinya.
Baca tulisan menarik lainnya:
Panduan ke Penerbit tentang Perevisian Sebelum Buku Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Diterbitkan
Sahabat Banjir Embun (sabem) kami mau bercerita. Dulu kala pendiri Banjir Embun yaitu Kang Rifqi Amin pernah menerbitkan buku. Nah, saat dia mau nerbitin buku ribetnya tuh minta ampun. Maklum itu ialah buku pertama yang diterbitkan oleh Kang Rifqi. Saking kepingin nerbitin buku dia ngirimin naskah mentah yang banyak typo alias salah ketik. Alasannya sih dia ingin coba-coba apakah menurut penerbit tulisan tersebut layak untuk dibaca. Singkat cerita, ia menemukan penerbit yang mau mempublikasikan tulisannya. Selanjutnya, ia merevisi beberapa kali tulisan tersebut hingga revisi terakhir yang pedoman/panduan/keterangan revisinya berikut ini.
Baca tulisan menarik lainnya:
BAB III A. Pengertian Perguruan Tinggi Umum
BAB
III
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
PADA
PERGURUAN TINGGI UMUM
Baca tulisan menarik lainnya:
Kamis, 05 Juli 2018
D. Komponen Kurikulum Pendidikan Agama Islam
D. Komponen
Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Komponen kurikulum secara umum pada
dunia pendidikan yang luas menurut Syaodih Sukmadinata teridentifikasi dalam
unsur atau komponen pada anatomi[1]
tubuh kurikulum. Komponen tersebut terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut
yaitu tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian serta medianya,
dan evaluasi, yang mana keempatnya berkaitan erat satu dengan lainnya.[2]
Hampir sama menurut Hamid Syarief walaupun terjadi sedikit perbedaan istilah
telah diuraikan tentang kurikulum secara struktural terbagi menjadi beberapa
komponen di antaranya adalah tujuan kurikulum, komponen isi/bahan, komponen
strategi pelaksanaan, dan komponen evaluasi.[3]
Dari pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan komponen kurikulum setidaknya
harus terdiri dari empat komponen yaitu materi, tujuan, metode (strategi), dan
evaluasi. Oleh karena itu, dari pembahasan sebelumnya tentang pembelajaran PAI
maka khusus untuk kurikulum PAI di dalamnya harus bermuatan nilai-nilai ajaran
Islam pada setiap komponennya. Ke empat komponen tersebut harus terjalin secara
integral yang digambarkan sebagaimana gambar berikut ini:
Baca tulisan menarik lainnya:
Rabu, 04 Juli 2018
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
E. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kualitas Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil pencermatan dari fenomena yang terjadi di
masyarakat sekarang ini baik secara global maupun nasional perlu ada perhatian
serius pada penggalian format dan model sistem PAI di lembaga pendidikan umum.[1] Di
mana PAI ada muatan akomodasi antara tuntutan dan kebutuhan zaman dengan ajaran
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Oleh karena itu orientasi PAI
dalam zaman informasi mendatang perlu diubah, yang semula berorientasi kepada
kehidupan ukhrawy menjadi duniawy-ukhrawy.[2]
Baca tulisan menarik lainnya:
Selasa, 03 Juli 2018
C. Peran Penting Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran agama Islam adalah sebagai perwujudan dakwah yang senantiasi terjadi secara dinamis serta
dimunculkannya kesadaran motivasi yang besar pada peserta didik guna pencarian
keridhaan dari Allah SWT. Jika pembelajaran agama Islam dimaknai sebagai
sesuatu yang statis maka pembelajaran hanyalah menjadi rutinitas yang kurang
dimiliki makna. Selain itu pembelajaran pendidikan Islam hendaknya didasarkan
dan digerakkan pada keimanan dan komitmen tinggi terhadap ajaran agama Islam.[1] Oleh karena itu untuk
diperolehnya hasil dan pencapaian tujuan secara optimal pada pembelajaran PAI
maka perlu dibentuknya sistem pembelajaran PAI secara utuh dan kokoh. Selain
itu dengan adanya sistem pembelajaran PAI yang kokoh dapat menjadi pengaruh
positif. Baik bagi sistem pembelajaran PAI yang dinaungi oleh satu pendidik
sebagai penanggung jawab tujuan pembelajaran di dalam kelas (sistem
pembelajaran PAI yang dilaksanakan dan dikelola oleh satu pendidik). Maupun
sistem pembelajaran PAI pada lingkup satu lembaga yang terdiri dari seluruh Dosen
PAI di lembaga tersebut untuk usaha pensuksesan tujuan institusional.
Baca tulisan menarik lainnya:
Senin, 02 Juli 2018
B. Komponen Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Untuk penelahaan sistem pembelajaran secara mendalam sesungguhnya pada sistem
pembelajaran terdapat beberapa komponen penyusun yang berperan dalam pelancaran
mekanisme organisasi pembelajaran. Di antara beberapa komponen tersebut sangat
berperan penting bagi terwujudnya tujuan pembelajaran, bahkan diantaranya
merupakan komponen utama dan yang paling vital. Diantara beberapa komponen
dalam sistem pembelajaran menurut Wina Sanjaya adalah:
Baca tulisan menarik lainnya:
Minggu, 01 Juli 2018
BAB II A. Pengertian Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
SISTEM
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
A. Pengertian Sistem Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Sistem pembelajaran PAI merupakan sebuah rangkaian dari beberapa kata
yang digabungkan menjadi satu. Setiap kata dari rangkaian tersebut secara bahasa
dan istilah punya arti tersendiri dan secara independen bisa dibentuk makna
yang utuh. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pembahasan tentang arti sistem
pembelajaran PAI secara utuh maka dipandang perlu ditelusuri terlebih dahulu makna
perkata dari rangkaian tersebut. Diantaranya adalah kata sistem, pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, sistem pembelajaran, pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan
secara utuh terbentuk rangkaian kata sistem
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.