BAB IV
PAPARAN DATA DAN
TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
Dari penggalian data yang telah
dilakukan dapat dipaparkan sebuah data (informasi) di antaranya pertama gambaran umum seputar
pembelajaran PAI di UNP Kediri, pemaparan tentang ini perlu disajikan sebagai
data utama untuk pemerkuat agrumentasi pembahasan pada bab V dan pemberian
simpulan, implikasi, serta rekomendasi pada bab VI. Keduasistem pembelajaran PAI di UNP Kediri yang dijabarkan dalam
pemaparan tentang materi PAI yang digunakan di UNP Kediri, kompetesi mahasiswa
yang diharapkan setelah ikut mata kuliah PAI di UNP Kediri, strategi
pembelajaran PAI di UNP Kediri, dan evaluasi pembelajaran PAI di UNP Kediri. Data-data
tersebut diperoleh dengan cara wawancara mendalam yang kemudian diferifikasikan
dengan metode dokumentasi dan observasi partisipan. Secara detail beberapa data
yang didapat tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1.
Gambaran Umum Seputar Pembelajaran PAI
di UNP Kediri
a.
Tentang Dosen PAI di UNP Kediri
Berdasarkan
wawancara bahwa dosen-dosen PAI di UNP Kediri sebagian besar adalah Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan pegawai suasta sebagai pengajar di berbagai Sekolah
Menengah Umum Negeri dan lembaga-lembaga pendidikan suasta. Semua dosen PAI adalah
lulusan Pascasarjana (S2) bahkan terdapat lulusan Doktoral (S3), walaupun ada
beberapa jurusan yang diambil tidak linier dengan jurusan pendidikan Islam. Dipandang
dari sudut jangkuan geografis tempat tinggal sebagian besar para dosen tidak
jauh dari UNP Kediri. Karena terkendala kesulitan penggalian data dengan
dokumentasi untuk diketahui data yang terperinci tentang Dosen PAI di UNP
Kediri maka dilakukan wawancara untuk penggalian data lebih dalam. Secara rinci
berikut ini adalah nama-nama dosen PAI yang ada di UNP Kediri:
Tabel 4.1 Nama-nama Dosen PAI di UNP Kediri
No.
|
Nama Dosen
|
|
|
1.
|
|
|
Pendidikan
Biologi, Penjaskesrek, dan PKn
|
2.
|
Drs.
H. Masroni Natsir, M.Pd.I
|
Jalan Sunan Ampel Ngronggo
Kota Kediri (utara MTsN Kediri 2)
|
|
3.
|
Suud
|
Bandar Kidul Gang 7 Kota
Kediri
|
Fakultas
Kesehatan
|
4.
|
Dr.
Umi Hanik, M.Ag
|
Jl. Bandar Ngalim
I/12 Kota Kediri
|
|
5.
|
Drs.
Suyadi, M.Pd.I
|
Jl. Mauni 21 B Kota Kediri
|
Penjaskesrek,
fakultas teknik, dan Fakultas Peternakan
|
6.
|
Drs.
H. Khozin SM, M.Pd.I, M.M
|
Desa Pagu, Kec. Wates,
Kab. Kediri
|
Sistem
Informasi dan Teknik Informatika
|
7.
|
|
Perum Wilis 2 Blok I 4 No.
4 Kec. Mojoroto Kota Kediri
|
Pendidikan
Ekonomi, Fakutlas Ekonomi, PGSD, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Sejarah
|
8.
|
Lilik
Maryuningsih, S.Ag, M.M
|
Banjaran Gang Carik 87
Kota Kediri
|
Matematika,
Ekonomi
|
9.
|
M.
Taufiqurrohman
|
|
Fakultas
Manajemen
|
10.
|
Abulloh
Muttaqin, S.Sos, M.Pd.I
|
Lingkungan Betik RT 25, Kelurahan
Ngampel Kec. Mojoroto Kota Kediri
|
Fakultas
Manajemen dan Prodi Pendidikan Matematika
|
11.
|
Hadi
Muthohir, M.Pd.I
|
Kota
Kediri
|
|
12.
|
Drs.
M. Aziz, M.Pd.I
|
Kota
Kediri
|
|
b. Tentang
Latar Belakang Mahasiswa Islam di UNP Kediri
Menurut
Khozin,
Sokhib,
Ridwan,
Samari,
Suyadi,
dan Abdullohsebagian
besar mahasiswa di UNP Kediri adalah berlatar belakang dari Sekolah Umum. Pernyataan
ini didukung oleh Sri Suwarni “kebanyakan dari SMK,... Kebanyakan mahasiswanya
dari Nganjuk.”
Sedang menurut staff Fakultas Ekonomi sebagian besar mahasiswa berasal dari
luar Kota Kediri.
Konsekuensinya berdasarkan pengamatan
yang dilakukan banyak sekali kost-kostan yang berada di sekitar kampus UNP.
Serta banyak sekali ditemui aktivitas mahasiswa di berbagai kantor Unit
Kegiatan Mahasiswa beserta sarana dan prasarananya salah satu contohnya adalah
mading, panggung hiburan yang sangat besar (permanen), dan tempat duduk
(Gazebo) di halaman kampus yang mampu menampung minat, bakat, dan waktu luang
mahasiswa selain mengikuti pembelajaran formal mata kuliah di kampus.
Sedang dari
segi latar belakang minat serta aktivitas mahasiswadalam bidang seni ditemui
dalam beberapa acara tv lokal acara Karawitan dan Campursari serta pertunjukan
seni tradisional lain yang dilakukan oleh mahasiswa UNP Kediri.
Kegiatan lain yang pernah dilakukan oleh organisasi mahasiswa intra kampus adalah
sering diadakan kegiatan konser musik Pop dari artis-artis band Ibu Kota.Dengan
demikian maka dapat disimpulkan mahasiwa UNP Kediri terdiri dari berbagai latar
belakang profesi, asal sekolah, minat, bakat, dan lain sebagainya.
c. Pengelolaan Dosen PAI
dan Aturan Pelaksanaan
Pembelajaran PAI di UNP
Dalam perekrutan Dosen PAI di UNP
Kediri sistem akademiknya diserahkan pada prodi masing-masing, hal ini berlaku
pula pada pengaturan pelaksanaan pembelajaran PAI sehingga penerapannya pada
setiap prodi ada yang menetapkan 3 sks dan ada yang 2 sks. Seperti yang dikatakan
Ichsanudin, “[untuk mengetahui dosen dan jadwalnya] silakan anda temui dekan
dan kaprodi dengan menggunakan surat ini [surat disposisi], soalnya untuk mata
kuliah agama kebijakannya diserahkan pada prodi masing-masing.”
Pernyataan tersebut didukung oleh Ridwan “[mengenai pengaturan kelas Dosen PAI]
diatur oleh prodi masing-masing.”
Sedang dari segi pembagian alokasi waktunya lebih sepesifik Khozin menyampaikan
“... Saya secara administratif mengajar 3 sks namun pada kenyataannya hanya 2
sks saja yaitu selama 100 menit [1 sks= 50 menit], namun untuk beberapa dosen
lain ada yang secara tertulis 2 sks dan kenyataannya juga 2 sks. Hal ini
menurut saya berkaitan dengan honorariumnya”Selain
itu menurut Endang menyatakan “yang
saya ketahui kuliah agama itu setiap prodi berbeda penempatannya, ada yang di
semester genap dan ada yang di semester gasal”. Pernyataan tersebut didukung
oleh pernyataan Ichsanudin, Nur Sokhib, Abdulloh, Taufiqurrahman, dan Maesyaroh.Sedang menurut Ari
Permata Deny telah disampiakan “perekrutan dosen agama itu yang ngambil prodi masing-masing mas, jadi untuk masalah dosennya jenengan bisa mendatangi kantor prodi
masing-masing.”
Sedangkan hasil dari
wawancara kepada Khozin,
Mafudoh,
Suyadi,
Sokhib,
Abdulloh, dan
beberapa mahasiswa
untuk pengelolaan kelasnya rata-rata setiap kelas di UNP Kediri yang merupakan
kelas ‘gemuk’ jumlah mahasiswanya antara 40-50 orang. Sedang kelas biasa
jumlahnya 30-40 orang dan Kelas kecil jumlah kelasnya hanya belasan orang saja.
Sedang komposisi jenis kelaminnya setiap prodi berbeda, prodi tertentu kelasnya
bermayoritas laki-laki (jumlah perempuan antara 4-10 orang) seperti prodi
Penjaskerek dan Peternakan. Tapi pada prodi tertentu malah sebaliknya seperti
di fakultas Ekonomi, dan pada prodi-prodi lain komposisi jenis kelaminnya
hampir berimbang.
Dari segi manajemen
organisasi kelas agar dihasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
maka dibentuklah PJM (Penanggung Jawab Mata Kuliah) oleh pengelola kampus. Menurut
Khozin PJM adalah seorang mahasiswa yang diberi wewenang dan tanggung jawab
“... Untuk ngoyak-ngoyak dosen yang
terlambat.” Hal yang
sama juga disampaikan oleh Amin Istriananik tugas PJM adalah “mengingatkan
dosen untuk masuk ngajar kuliah.”Sedang
pembagian kelasnya secara umum di UNP Kediri berlaku satu paket yang telah
ditentukan dari pihak kampus, artinya mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk
memilih kelas atau berpindah-pindah kelas yang sesuai dengan keinginannya
sampai akhir semester (lulus).
d.
Kepedulian Pengelola terhadap Kegiatan
Agama Islam di UNP
Berkenaan tentang sistem
pembelajaran PAI secara umum di UNP, setelah dilakukan penelaahan pada
pembahasan sebelumnya di kajian pustaka bahwa sebuah sistem pembelajaran PAI
bisa berjalan baik apabila didukung oleh beberapa komponen di luar sistem
tersebut. Serta sebuah pembelajaran bisa dilaksanakan di mana saja termasuk di
Masjid, tidak hanya di dalam kelas dengan catatan kegiatan pembelajaran
tersebut masih dalam naungan tanggung jawab lembaga. Begitu pula pada sistem
pembelajaran PAI di UNP Kediri bisa berjalan lancar dan tercapai tujuannya
secara cepat (efektif) dan tepat guna (efisien) apabila ada dukungan dari
komponen luar misalnya dari pengelola kampus dan adanya kegiatan-kegiatan
kampus yang bermuatan nilai-nilai agama Islam.
Kepedulian Rektor UNP nampak
dalam bentuk perilaku dan perkataan saat setelah pelaksanaan sholat Jum’at dia
melakukan pengamatan terhadap atap Masjid yang rusak. Kemudian pengurus Masjid
datang padanya untuk berjabat tangan, lantas Rektor tersebut bertanya “bocornya
parah tidak ini?” merekapun berbincang-bincang lama. Beberapa saat kemudian
rektor diarahkan oleh pengurus Masjid yang bernama Nur Kholis tersebut ke kamar
mandi untuk melihat-lihat kondisi kamar mandi. Apa yang dibincangkan tidak
begitu jelas, namun terlihat mimik muka rektor sangat serius saat berbicara
dengan Nur Kholis.Setelah
ditanya Nur Kholis menuturkan “iya mas, pak Samari itu sering Jum’atan di
sini.”Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Ahmad Hasan tentang Rektor UNP Kediri sebagai pengelola kampus
sangat apresiatif terhadap kegiatan UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam), “beliau
memfasilitasi kebutuhan kita [UKKI], seperti membelikan alat rebana, selain itu
anggaran untuk kita juga lebih longgar dan besar sehingga kita bisa leluasa
untuk mengatur dan merencanakan kegiatan-kegiatan.”
Pernyataan tersebut setelah dikonfirmasikan kepada Rektor UNP Kediri maka
dihasilkan data sebagai berikut:
Saya ingin menghapus stigma perguruan tinggi umum yang tidak peduli
dengan pendidikan agama, memang di kulikuler pendidikan agama sedikit [hanya
dialokasikan 2 sks] tetapi di ekstrakurikuler lebih ditekankan dilakukan syiar
Islam, dengan adanya rebana, lomba-lomba qiroat [oleh UKKI]... Kita juga
mengundang Gus Mus [KH. Mustofa Bisri] yang disiarkan oleh Dhoho TV... Jika ada
usul kegiatan keagamaan yang berdampak positif bagi kampus pasti saya dukung.
Selama ini yang menjadi perhatian saya adalah agama itu tidak hanya menghafal
al Quran dan hadits saja tapi juga mengimplementasikannya.
e.
Kegiatan Keagamaan Islam di UNP
Kegiatan-kegiatan
keagamaan yang dilakukan di UNP terutama oleh UKKI terdapat pelibatan salah
satudari dosen PAI. Kegiatan UKKI terdiri dari kegiatan eksidental (kondisional) dan kegiatan
rutin yang meliputi kegiatan harian, bulanan, dan tahunan. “...Setiap malam
Jum’at pada akhir tanggal setiap bulan diadakan Yasinan dan Tahlilan bekerja
sama dengan pak Gito [Kaprodi Penjaskesrek].” Dan setiap hari Rabu pagi jam 9
ada kegiatan kajian ilmiah keislaman, yaitupengkajian tentang ilmu pengetahuan
umum yang dikaitkan dengan Islam dan dikaji juga permasalahan-permasalahan yang
sedang hangat terjadi di masyarakat. “Sebenarnya peserta kajian ini terbuka
untuk semua kalangan mahasiswa namun kenyataannya yang ikut [masih] hanya anggota
kita [UKKI].”
Suasana kegiatan keagamaan pada salah satu
kegiatan tersebut adalah ketika pengisi atau pemateri kajian tersebut adalah
Ustad Jazuli berasal dari salah satu pondok di Ploso Kecamatan Mojo. Di mana pada
saat pemateri masuk ke dalam ruang Masjid suasana menjadi tenang. Kemudian
dipersilakan untuk duduk lesehan di meja bertaplak yang di atasnya terdapat
piring berisi makanan ringan dan air mineral botol yang bersegel. Berikut
catatan yang digambarkan dari susasana tersebut:
Kajian dimulai ketika
seoarang perempuan [anggota UKKI] yang menjadi pembawa acara langsung
mengucapkan salam dengan menggunakan alat pengeras suara (mike). Kemudian dia
memberikan sambutan-sambutan, penegasan tema kajian, prolog tema kajian,
kemudian pembacaan ayat suci al-quran, dan langsung menyerahkan acara kepada
Ustad Jazuli. Tema pada hari itu adalah “Islam Pribumi” yang diikuti oleh 9
orang peserta perempuan dan 12 orang
peserta laki-laki. Nampak pak Abdulloh sebagai dosen PAI ikut
mendampingi pemateri yang duduk di sampingnya. Setelah mukadimah (pembukaan)
dan beberapa prolog disampaikan oleh pemateri kemudian dilanjutkan dengan
kalimat tanya “Islam kita ini memang benar-benar Islam atau hanya karena
dipengaruhi ibu bapak kita?... Kita berislam karena keturunan atau memang Islam
sungguh-sungguh kita jadikan pilihan?” Dia juga menjelaskan bahwa perkembangan
Islam yang sangat pesat di Indonesia tidak lepas dari sejarah perjuangan para
Wali, terutama Wali Songo. Menurutnya perjuangan para wali untuk mensyiarkan
Islam tidak hanya dari sudut pandang budaya saja, namun juga politik, ekonomi,
dan pernikahan. Dia membedakan perkembangan Islam di Indonesia dengan di Arab,
“di Arab lebih dulu Masjidnya dari pada Islamnya, tapi di Indonesia lebih dulu
Islamnya dari pada masjidnya... berarti benar pernyataan tadi bahwa kebanyakan
orang Islam di Indonseia itu adalah elok-elok
wong tuane? Bagaimana menurut kalian?” Disela-sela penyampaian materi pokok
juga diselingi dengan gurauan sehingga bisa mencairkan suasana dan diselingi
dengan kisah-kisah perjuangan para ulama teradahulu yang materi ceritanya
secara tersurat lepas atau keluar dari materi pokok kajian. Pemateri juga
memberi penegasan “Sudah saatnya kita menghargai perbedaan karena Islam adalah ramhatalilalamin... Oleh karena itu
Islam pribumi adalah Islam di Indonesia yang berkarakter.” Beberapa saat
kemudian materi diakhiri dengan salam dan kemudian dilanjutkan oleh pak
Abdulloh yang memberikan penegasan-penegasan serta pengembangan dari
penyampaian materi yang telah diutarakan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan
dengan tanya jawab, di mana terdapat tiga penanya yang materi pertanyaannya
adalah sebagai berikut: 1. Kenapa Wahabi yang bapak ceritakan tadi yang berada di Arab Saudi tapi tidak bisa
diterima di Indonesia?, 2. Kenapa di Indonesia dibentuk Organisasi keagamaan
seperti NU dan Muhammadiyah? Padahal tujuan para wali adalah untuk menyebarkan
agama Islam bukan organisasi. Kenapa pecah kok tidak jadi satu?, 3. Orang tua
dan leluhur masyarakat Jawa sangat erat dengan tradisi weton dan bersih desa.
Apakah hal tersebut ada hubungannya dengan Islam?
Sedang dari hasil observasi kajian sebelumnya,
kajiannya bertema “filsafat dalam Islam” yang dipaparkan oleh Ustad Sahlan
Aidi. Susunan acara dan pengorganisasian kegiatannya sama seperti penjelasan di
atas. perbedaannya adalah pemateri, jumlah peserta, dan temanya saja. Pemateri
memberikan wawasan ilmu pengetahuan umum yang dikaitkan dengan ajaran-ajaran
Islam. Secara terperinci isinya adalah pemberian penjelasan manfaat filsafat
dalam Islam, membedah beberapa peristiwa Isra Miraj, kisah-kisah nabi
terdahulu, dan penemuan-penemuan ilmuan muslim pada jaman klasik dikaitkan
dengan ilmu pengetahuan umum modern. Kesimpulan dari kajian itu adalah “kita
tidak dapat menolak filsafat karena itu untuk menjelaskan wahyu. Namun filsafat
saja tanpa wahyu akan kering bahkan bisa tersesat.” Jumlah peserta laki-laki
adalah 10 orang dan jumlah peserta perempuan adalah 17 orang. Walaupun ada yang
datang terlambat.Berikut
ini adalah 2 buah foto tentang aktivitas kegiatan Kajian UKKI setiap hari Rabu
pagi:
Gambar 4.1 Dosen PAI UNP Kediri (kiri) dan Sahlan Aidi (kanan)
Gambar: 4.2Kegiatan
Mahasiswa Putri Saat Ikut Serta
Kajian UKKI
Berikut
ini adalah gambar Poster kegiatan Keagamaan yang diadakan oleh UKKI:
Gambar 4.3 Poster Kegiatan Kajian Rutin
oleh UKKI UNP Kediri
Untuk penyelenggaraan sholat Jumat di Masjid UNP
dilaksanakan secara rutin dan teratur (terjadwal). Khotibnya adalah Dosen PAI
dan sebagian Dosen umum UNP Kediri, serta Muazinnya adalah pengurus masjid
(karyawan), mahasiswa, dan alumni UNP Kediri. Berikut ini adalah jadwal petugas
Khotib serta Muazin pada setiap Sholat Jumat didasarkan pada kalender Jawa:
Tabel 4.2 Jadual Khatib/Imam dan
Muazin Masjid an-Nur UNP Kediri
Jum’at
|
Khatib/Imam
|
Muazin/Bilal
|
Legi
|
Miftahul Huda, S.Pd
|
Musyafirul Fiddin
|
Pahing
|
Nur Shokib, M.Ag
|
Khoirun Nasichin
|
Pon
|
Drs. H. Khozin SM, M.Pd.I
|
Khoirun Nasichin
|
Wage
|
KH. Jamzuri
|
M. Taufik Isma’il
|
Kliwon
|
Sugito, M.Pd
|
M. Nur Kholis, S.Pd
|
Sholat
Jumat yang dilaksanakan di UNP Kediri berjalan dengan lancar dan tenang. Hal
tersebut nampak saat setelah lantai dibersihkan dan karpet dihamparkan
satu-persatu sebagian dari mahasiswa, dosen, dan karyawan kampus masuk ke dalam
Masjid. Setelah beberapa saat pak Khozin (dosen PAI) datang lalu sholat Sunah
maka Nur Kholis yang bertindak sebagai muazin langsung mengumandangkan azan.
Beberapa menit kemudian Masjidpun penuh dan kantin yang berada di sebelah
timurnya menjadi sepi.
Berikut ini adalah gambar dari aktivitas sholat Jumat di masjid UNP Kediri:
Gambar 4.4
Aktivitas Sholat Jum’at di Masjid an-Nur UNP Kediri
Sedang paparan data tentang foto kegiatan Peringatan Hari Besar
Islam dilaksanakan oleh UNP Kediri bekerja sama dengan UKKI UNP Kediri yang
telah ditemukan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.5 Kegiatan Pengajian Akbar & Istighosah oleh UNP Kediri
f.
UpayaPembentukan Forum Dosen PAI di UNP
Kediri
Umi Hanik menuturkan “dulu
Pernah ada satu dua kali pertemuan antar dosen PAI, namun setelah itu tidak ada
tindak lanjutnya sampai sekarang... [ketidak kompakan] dimungkinkan karena ada
sekat-sekat [beda organisasi] antara dosen,... lebih detailnya [tentang
perbedaan organisasi tersebut] saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut, karena
itu hanya analisa saya saja, perlu pembuktian-pembuktiana lebih lanjut.”
Berdasarkan wawancara
kepada Umi Hanik,
Abdulloh,
Khozin,
Suyadi,
dan Nur Sokhib perlu
dibentuknya sebuah forum bagi dosen agama karena untuk menyamakan presepsi dan
target yang ingin dicapai. Lebih detail Nur Sokhib menuturkan“namun masih ada
kendala masalah pengaturan waktu karena kesibukan masing-masing dosen [PAI].”Sedang
penambahan dari Abdulloh adalah forum atau organisasi dosen PAI sangat
bermanfaat untuk membuat soal ujian, persiapan materi yang akan diajarkan,
untuk menyamakan visi dan misi, untuk menyamakan silabus dan target yang akan
disampaikan pada mahasiswa.
Ridwan dan Sokhib
menjelaskan pada kenyataannya sudah ada forum-fourm kecil antar dosen PAI di
UNP, namun forum itu hanya terjalin pada dosen yang memiliki kesamaan fakultas
saja dan berdasarkan pada faktor saling kenalnya dosen yang terjalin sejak lama.
Dan Ridwan lebih menekankan “forum atau semacam wadah koordinasi [dosen PAI]
sangat penting, untuk menjalin silaturahim,... Menyangga keterlibatan dosen PAI
dalam kegiatan keagamaan Mahasiswa di dalam kampus. Dan sebagai wadah yang
formal untuk memberikan masukan pada [pengelola] kampus sehingga hubungan
kampus dengan dosen PAI tidak terjalin secara individual namun terjalin
berdasarkan wadah tadi.”
2. Sistem Pembelajaran PAI di UNP Kediri
Berdasarkan pada metodologi penelitian yang telah ditetapkan dalam Bab
III maka penyajian paparan data ini didasarkan pada data-data diperoleh dari
hasil pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi dari lokasi
penelitian. Selain itu paparan data disajikan sesuai dengan fokus penelitian.
Secara detail paparan data tentang sistem pembelajaran PAI di UNP Kediri yang
dibatasi sesuai dengan fokus peneletian adalah sebagai berikut:
a. Materi Kurikulum PAI di UNP Kediri
Materi PAI yang
digunakan olehSuyadi adalah“karena saya mengajar di 3 fakultas yang berbeda
maka secara otomatis Materi yang saya sampaikan sedikit banyak terdapat perbedaan,
menyesuaikan dengan jurusan masing-masing... Contohnya pemberian dalil-dalil yang
berbeda, misal yang paling mencolok adalah [prodi] penjaskesrek materinya
berkaitan dengan khamr [minuman
keras] yang sangat cocok dengan kesehatan jasmani, terus [fakultas] peternakan
dikaitkan dengan penyembelihan hewan termasuk menyembelih dengan mesin... Cara
menyembelih hewan yang halal dan menyehatkan, lalu untuk [prodi] sistem
informasi menyangkut tentang jual beli elektronik, dan semuanya itu masih
banyak lagi contoh-contohnya”Lebih
lanjut dia menerangkan sebagai berikut:
Karena beberapa di
antara kelas yang saya ajar itu sangat beragam latar belakang organisasi
agamanya [NU, LDII, Muhammadiyah], maka saya menggunakan buku khusus untuk
menanganinya,... Saya ambilkan dulu bukunya, kebetulan tadi saya bawa,... Bukunya
berjudul Fiqh Lima Mazhab... Saya anjurkan mereka baca untuk mendalaminya agar
bisa membuka pemahaman tentang perbedaan untuk disikapi dengan bijaksana.
Tentang buku yang ia
pergunakan Nur Sokhib menuturkan “materiyang saya gunakan mengacu pada materi-materi
[buku PAI] perguruan tinggi umum di Malang dan Surabaya dan sebagai tambahan
mencari di kampus berbasis Islam seperti STAIN Kediri.”Pernyataan
yang maksudnya sama juga disampaikan oleh Suyadi “untuk materi PAI yang pokok
saya minta tolong pada Doktor Agus Maimun, dia dulu murid saya di MTs Sunan
Gunung Jati. Saya minta tolong untuk mencarikan materi PAI di Malang...
Akhirnya yang ada adalah [materi/buku PAI] dari Universitas Udayana [perguruan
tinggi umum].”
Sedangkan Khozin
menerangkan “saya menggunakan buku buatan sendiri dengan pak Suyadi, sebenarnya
bukan murni karya sendiri, namun hasil dari kutipan-kutipan dari berbagai buku
yang saya ketik ulang, termasuk buku-buku [PAI] dari perguruan tinggi lain”
Secara rinci, buku yang diajarkan adalah bermuatan materi kurikulum sebagai
berikut:
1)
Tatap Muka I : Perkenalan/Manusia dan Agama
2)
Tatap Muka II : Manusia dan Agama
3)
Tatap Muka III : Sumber-sumber
Agama Islam
4)
Tatap Muka IV :
Sumber-sumber Agama Islam
5)
Tatap Muka V : Kerangka Dasar Agama Islam
6)
Tatap Muka VI : Aqidah
7)
Tatap Muka VII : Aqidah
8)
Tatap Muka VIII : Presentasi
9)
Tatap Muka IX : UTS
10) Tatap Muka X :
Ibadah
11) Tatap Muka XI : Ibadah
12) Tatap Muka XII : Akhlak
13) Tatap Muka XIII : Ilmu Pengetahuan dan Islam
14) Tatap Muka XIV : Muamalah
15) Tatap Muka XV : Kondisional; Praktek Baca al-Quran
Sedang M. Taufiqurrohman
secara nyata dalam pembelajaran PAI materi yang disampaikannya adalah berisi
sebagai berikut:
1) Tatap Muka I : Perkenalan dan Kontrak Belajar
2) Tatap Muka II : Sejarah, Makna, Fungsi &Peran Agama Islam
3) Tatap Muka III : Konsep Tuhan dalam Islam
4) Tatap Muka IV : Keimanan dan Ketaqwaan
5) Tatap Muka V : Konsep Manusia dalam Islam
6) Tatap Muka VI : Sumber Hukum Islam
7) Tatap Muka VII : Hukum, HAM dan Demokrasi dalam Islam
8) Tatap Muka VIII: Hakikat
dan Filosofi Ibadah
9) Tatap Muka IX : UTS
10) Tatap Muka X : Al-Quran dan Sains Modern
Tidak jauh berbeda dari
pemaparan di atas, Lilik Maryuningsih selama pengajaran materinya bermuatan
sebagai berikut:
1) Tatap Muka I :
Orientasi Materi
2) Tatap Muka II :
Konsep Manusia dalam Islam
3) Tatap Muka III :
Konsep Alam Semesta dalam Islam
4) Tatap Muka IV :
Al-Quran (Sumbe Ajaran Islam)
5) Tatap Muka V :
Al-Hadith (Sumber Ajaran Islam)
6) Tatap Muka VI :
Jual Beli dalam Islam
7) Tatap Muka VII :
Syirkah/Kerjasama dalam Islam
8) Tatap Muka VIII : Mudharabah (Kerjasama perniagaan)
9) Tatap Muka IX :
UTS
10) Tatap Muka X :
Musaqoh (Kerjasama dalam Pertanian)
11) Tatap Muka XI : Bank Syari’ah
12) Tatap Muka XII : - Hutang Piutang dalam Islam
-Pasar Uang
Syariah
13) Tatap Muka XIII : - Obligasi Syariah
- Produk - produk Syariah
Untuk materi pokok yang
diajarkan Ridwan lebih menekankan setidak-tidaknya bermuatan Aqidah, Akhlak
dari segi etika muamalah, dan syariah yang lebih cenderung pada ibadah dari
aspek hikmah dan urgensinya bukan dari tinjauan fiqh. Karena menurut dia “...materi
fiqh sudah dijelaskan di tingkat menengah [SMA sederajat].”
Pernyataan tesebut didukung oleh Amin Istriananik mengatakan “...misalnya
penjelasan fiqh tentang sholat, tidak dijelaskan tentang hukum fiqhnya tapi
tentang pengertiannya, hikmahnya, dan tujuannya.”
Menurut Suyadi materi
yang paling disukai adalah yang berkaitan dengan jurusan masing-masing dan
tentunya materi yang praktis, artinya kasus-kasus yang terjadi pada masa kini. “khusus
untuk materi pernikahan atau poligami itu semua kelas yang saya ajar sangat
menyukainya.” Secara umum untuk materi
pernikahan sangat disukai oleh mahasiswa pernyataan ini menurut Nur Sokhib “bahasan yang diminati adalah materi fiqh terutama
pernikahan.”
Sebagaimana menurut Abdulloh “bab tentang Muammalah terutama pernikahan sangat
disukai mahasiswa.”
Dan menurut Khozin, “kelas bisa heboh mas kalau membahas pernikahan, apalagi
[pembahasan] poligami [malah lebih] bisa semarak.”
Sedang Elvira berkata “yang saya suka adalah karena [Materi PAI] dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari,...Misalnya bagaimana cara kita menata hati,
menghadapi hidup ketika semua permasalahan di hidup memuncak akhirnya kitapun
harus berusaha mensyukuri nikmat Allah”
Sedang materi yang dipandang paling sulit menurut
Gatot Priambodo adalah tentang syariat dan aqidah Islam, materi tersebut
dinilai perlu tambahan jam dan penjelasan yang lebih sistematis.
Berbeda dengan Elvira ia mengatakan “muatan al Quran terlalu banyak, sehingga
saya lebih fokus untuk memahami al Quran terlebih dahulu dari pada materi yang
diajarkan.
Sedang Sri Suwarni lebih menekankan pada “materinya itu buanyak, tapi karena kendala waktunya sangat minim,... Materinya
belum tersampaikan semua.”
b. Kompetensi Mahasiswa yang Diharapkan dalam
Kurikulum PAI di UNP Kediri
Nur Sokhib menuturkan tentang kompetensi yang
diharapkan setelah mengikuti kuliah PAI adalah sebagai berikut:
Membentuk mahasiswa yang berintelektual tapi berakhlak mulia dan bermoral...Iman
dan taqwanya bisa meningkat, berakhlak mulia, dan mampu mengkorelasikan antara
disiplin ilmu [ilmu pengetahuan umum] sesuai prodinya dengan ajaran yang ada
pada Islam. Yang kemudian diharapkan mahasiswa mampu memenfaatkan ilmu atau
intelektualnya untuk syiar Islam.
Hal yang hampir sama juga diutarakan oleh Ridwan “[harapan kepada
mahasiswa setelah mengikuti kuliah adalah] ada perubahan, bukan sekedar
mendapatkan nilai secara formal di kampus tapi juga ada peningkatan nilai
kualitas iman, taqwa, dan kehidupan.”Sedang Abdulloh memaparkan lebih detail dan aplikatif
menyampaikan “[harapan setelah mengikuti mata kuliah PAI adalah] menjadi
mahasiswa yang senantiasa menjaga etika keislaman dalam berbisnis dan menutup aurot meskipun di mata kuliah lain
dibolehkan tidak berjilbab. Tujuan jangka pendek memang sulit untuk berhasil
namun untuk jangka panjang Insyaallah berhasil,... Pasti kecipratan barokah.
Berbeda
dengan Suyadi, ia harapannya lebih ditekankan pada tingkat pemahaman agama
secara menyeluruh yang kontektual (membumi) dan tekstual, yaitu agar para
mahasiswa bisa berubah mineside dalam
memahami agama agar tidak sepotong-sepotong dan tidak boleh tertutup [ekslusif].
Sedang pemaparan khozin adalah “setiap pertemuan saya sering ngelekne pentingnya sholat dan akhlak
[mulia],... Semoga [setelah mengikuti mata kuliah PAI] ada bekas agama di hati
mahasiswa, mereka mau melaksankan sholat dan melaksanakan nilai-nilai akhlak.”
Kendala-kendala
yang dihadapi dalam mewujudukan harapan tersebut terjadi pada “perilaku mahasiswa yang
sulit dirubah terutama ini di penjaskesrek adalah kurang disiplinnya mahasiswa,
hampir separo mahasiswa datangnya terlambat,... Saya belum bisa menerapkan
teguran yang keras dengan cara mengusir atau tidak boleh masuk kelas jika
mereka terlambat.
Hal yang hampir sama maksudnya juga disampikan oleh Nur Sokhib sebagai berikut:
Khusus untuk
penjaskesrek penangannya berbeda dengan prodi lain,... Gak tau ya mas mungkin karena di sana lebih
banyak laki-lakinya dan penjaskesrek itu lebih banyak praktek di lapangan dari
pada di kelas sehingga mungkin bisa berpengaruh pada kepribadian dan
kebiasaannya saat mengikuti pelajaran di kelas.
Menyikapi permasalah tersebut Khozin menerangkan
sebagai berikut:
Dosen [PAI] tidak
bisa menegur begitu saja pada mahasiwa yang pergaulannya seperti orang pacaran
di halaman atau depan kelas,... Itu tidak bisa disamakan dengan STAIN atau
perguruan tinggi Islam lain... Karena ditakutkan mereka bukan mahasiswa yang
saya ajar. Namun sebisanya saat dikelas tetap disinggung tentang kejadian yang
pernah saya lihat itu.
Sedang penuturuan Abdulloh adalah
sebagai berikut:
Muatannya membentuk pribadi yang bertaqwa pada Allah diharapkan ke
depannya mampu mengusai dalam bidang manajemen dengan handal namun tetap
memegang teguh ajaran Islam dalam melaksanannya, misalnya tidak terjadi
penyelewengan. Untuk Matematika diharapkan nanti mahasiswa mampu menjadi guru
yang mengajar dengan menyelipkan nilai-nilai Islam terutama jika dia nanti
mengajar di Madrasah... Misalnya, memberikan contoh soal tentang pengukuran
luas maka hendaknya adalah mengukur [yang diukur] luas masjid bukan mengukur
lapangan sepak bola.
Menurut penuturan dari Khozin tentang perilaku
ibadah sholat wajib yang dilakukan mahasiswa menurutnya masih tergolong rendah.
Hasil temuan itu didasarkan pada jumlah jam’ah sholat dhuhur, ashar, magrib,
dan Isya’ di masjid UNP masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan
keberadaan mahasiswa di lokasi kampus. “...yang ikut jama’ah tidak lebih dari
50 orang, padahal jumlah mahasiswa ratusan orang pada waktu [magrib] itu, ...pada
waktu antara jam 5 sampai jam 8 malam ada 20 Kelas yang masuk, coba sampean kalikan 50 mahasiswa, bukankah
itu tidak sebanding? ...walaupun di selatan kampus juga ada masjid tapi itu
juga tak terlalu besar.”
Secara tertulis tujuan yang hendak dicapi dalam
mata kuliah PAI adalah sebagai berikut:
1)
Terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi
pekerti luhur, berfikir filosofis, bersikap rasional yang dinamis, berpandangan
luas, ikut kerjasama antar umat beragama dalam rangka pengembangan serta
pemanfaatan ilmu, teknologi, dan seni untuk kepentingan manusia dan Nasional.
Tujuan ini sesuai dengan konsorsium ilmu agama pada tahun 1988 di Jakarta.
2)
Mahasiswa mampu memahami agama Islam secara total, memahami konsep
kepercayaan yang sesuai dengan syariat Islam, memahami filsfat Islam, memahami
peraturan (hukum) Islam sesuai dengan kaidah, dan memahami kebebasan berfikir
dalam Islam.
3)
Mahasiswa mampu menjelaskan unsur-unsur dalam agama Islam, mampu
menjelaskan sistem kepercayaan dalam Islam, mampu menjelaskan maksud serta
tujuan filsafat Islam, dan mampu menjelaskan konsep kebebasan berfikir dalam
Islam.
c. Strategi Pembelajaran PAI di UNP Kediri
Hasil observasi di dalam kelas saat proses
pembelajaran Suyadi datang terlambat. Kemudian ia menjelaskan alasan kedatangan
yang terlambat tersebut pada mahasiswa yaitu ada tanggung jawab lain yang
mendadak dan tidak bisa ditunda yaitu ada acara di Pemerintahan Kota Kediri
tentang peraturan wali kota atau Perda penanganan dan perlindungan para korban
teridentifikasi HIV. Secara lebih detail dari kegiatan mata kuliah tersebut
adalah sebagai berikut:
Kuliah dimulai pada
pukul 08.55 WIB [seharusnya dimulai pukul 08.40 WIB] nampak layar LCD sudah
menyala di papan tulis dengan tampilan putih [kosong] tanpa tampilan gambar
apapun. Setelah dosen memaparkan alasan keterlambatan datang ke kampus kemudian
dilanjutkan dengan sedikit flash back
pada materi sebelumnya lalu dosen lanjutkan dengan prolog atau pengatar tentang
bahasan yang akan dikaji bersama. Dia memberikan sedikit bahasan-bahasan pokok
yang akan dikaji. Beberapa menit kemudian sambil menunggu suasanan kelas
terkondisikan dosen memerintahkan para mahasiswa yang bertanggung jawab dalam
presentasi untuk mempersiapkan diri. Dilanjutkan dengan salah satuh mahasiwa
yang bertugas sebagai operator laptop menampilkan judul tema presentasi dan
nama-nama anggota kelompok yang ditugaskan pada layar LCD. Tak lama setelah itu
salah satu mahasiswa [presenter I] langsung ke depan kelas dengan posisi
berdiri arah hadap wajahnya hampir membelakangi layar LCD. Ia pun mengucapkan
salam,kelaspun serentak menjawab salam tersebut. Selang beberapa saat dia pun
menjelaskan tema pada kajian hari ini adalah tentang Zakat secara umum, setelah
prolog disampaikan lalu kepada topik inti yang menjelaskan tentang pengertian
zakat, asal katanya, dan hakikat zakat sambil jarinya menunjuk arah layar LCD
berselingan dengan ucapan dialogis dengan mahasiswa lain yang duduk di bangku.
Beberapa menit kemudian setelan penjelasan selesai diapun duduk kembali lantas
dilanjutkan oleh mahasiswa [presenter II] lain yang maju ke depan lalu berdiri
tanpa mengucapkan salam langsung menyambung materi berikutnya tentang
macam-macam zakat beserta syarat wajibanya zakat setelah beberapa menit
dilanjutkan oleh mahasiwa [presenter III] yang memberikan penjelasan tentang
orang-orang yang dibebani zakat fitrah, julah zakat fitrah yang harus
dikeluarkan, dan waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah. Setelah presenter III
duduk kelaspun Kelaspun sontak ramai karena menyambut maju ke depannya salah
satu mahasiswa [presenter IV] diapun menjelaskan tentang harta benda yang wajib dizakati .
karena prentasinya tidak lama jika dibandingkan dengan yang sebelumnya kelaspun
ramai kembali. Kemudia mahasiswa [presenter V] yang terkhir maju ke depan dia
menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq),
presenter terakhir ini adalah satu-satunya yang membaca ayat al Quran surat at
Taubah: 60 diantara yang lain sebelumnya. Nampak ia menjelaskan dengan tenang,
pelan, dan tertata susunan katanya walau tanpa melihat tampilan LCD. Setelah ia
mengakhiri maka dibukalah beberapa pertanyaan terbuka bagi seluruh mahasiswa.
Di antara pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: 1.Orang yang dibebankan
berzakat menurut anda tadi salah satunya adalah orang gila. Apakah orang gila
juga wajib berzakat?, 2. Bedanya antara orang fakir dengan orang miskin apa?
Lalu apa bedanya zakat, infaq, dan shodaqoh?, 3. Bagaimana hukumya orang yang
sudah berkeluarga tapi masih ikut orang tuanya dan zakatnya juga ikut orang
tuanya?, 4.apakah ada denda dalam Islam bagi umat islam yang tidak atau
terlambat dalam melaksanakan zakat fitrah? Setelah terjadi diskusi antara
mahasiswa yang bertanggun jawab dalam penyajian makalah dengan mahasiswa lain
kemudian dosen memberikan penegasan, pemantapan, pelurusan, umpan balik, dan
pemberian kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
dipandang belum jelas dalam diskusi yang telah dilaksanakan.
Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tempat duduk
antara laki-laki dan perempuan tidak terpisah, artinya tempat duduk mereka
berdekatan satu sama lain serta beberapa perempuan tidak memakai jilbab. Dan
foto aktivitas mahasiswa yang sedang presentasi di depan kelas. Berikut
tampilan foto dari aktivitas kegiatan pembelajaran dari hasil observasi yang
telah dilakukan seperti yang dijelaskan di atas:
Gambar
4.6 Aktivitas presentasi Mahasiswa di Depan Kelas
Dari gambar tersebut tampak posisi pemakalah
(presenter) sedang mempresentasikan makalahnya sambil berdiri sambil melihat
tampilan LCD. Sedang untuk posisi tempat duduk saat pembelajaran adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.7 Posisi Tempat
Duduk saat Pembelajaran PAI
Hasil observasi tersebut selaras dengan hasil
wawancara kepada Suyadi tentang pelaksanaan strategi pembelajaran PAI disampaikan
“menggunakan dialog interaktif antara mahasiswa dengan dosen,... Saya melatih
mahasiswa untuk menyampaikan pendapat.”Sedang
menurut Kholifatul Mafudoh “bu Lilik memberikan tema yang akan dibahas, kemudian
disuruh buat makalah gitu pak, setelah itu baru dipresentasikan.”
Sedang Abdulloh dalam setiap pertemuan, pada
perkuliahan selalu diawali dengan pembacaan surat al Fatihah bersama-sama agar
mahasiswa mampu menerimah materi pelajaran dengan tenang dan hati jernih.
Strategi yang digunakan adalah seperti di pondok pesantren yaitu memperbanyak
membaca al-Quran dan mencari ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan
manajemen dan diwujudkan dengan bentuk tulisan yang berupa makalah. “saya akan
mengembalikan makalah yang tidak sesui dengan target.”
Hasan
memaparkan “dosen dalam mengajar menekankan pada kerjasama kelompok pada
mahasiswa, dengan cara persentasi kemudian didiskusikan. Setalah itu dosen
memberikan pendalaman materi [pelurusan dan penegasan] setelah diskusi makalah
dari mahasiswa.” Elvarida menuturkan “yang paling saya senange
adalah tidak membuat tegang, kelasnya santai.”Data lain adalah saat
mengajar “pak Khozin gaweSound mas,
dadi jelas sak kelas krungu kabeh... Kan mahasiswane
empat puluh lebih, pak Khozin gowodeweko
omah... Kampus gak nyediakne [sound]”
Hal sama disampaikan oleh Disa Haikal “LCD dan mic itu ciri khasnya mas.”Hal yang sama juga disampaikan oleh Amanu.
Sedang strategi pengelolaan kelas saat pembelajaran
berlangsungmenurut Ridwan, Sokhib, dan Umi Hanik tempat duduk para mahasiswa
bercampur baur antaraperempuan dengan laki-laki (tidak dipisah).Kebijakan ini
diambil “karena hampir semuanya adalah lulusan SMA [sekolah umum],... Jumlah
perempuan paling sedikit, rata-rata perkelas hanya 4-7 orang saja dari 40
sampai 50 orang per kelas karena rata-rata anak teknik itu diminati oleh
laki-laki.”Sedang menurut Kholifatul
Mafudoh disampaikan bahwa dalam kelas Lilik Maryuningsih tempat duduknya campur
(berbaur) antara laki-laki dengan perempuan.Begitu
pula sebagaiman menurut Hasannudin “campur
mas [tidak terpisah antara perempuan dan laki-laki], ...cara berpaikannya tetap
seperti pada mata kuliah lain, ...kadang menggunakan LCD,...sebagian LCD sudah
disediakan secara permanen di setiap kelas.” Hal yang hampir sama
subtansinya juga dikatakan oleh Maesyaroh,Robiatul
Maldiah, dan Disa Haikal.
Berbeda
dengan Abdulloh, dikatakan olehnya bahwa
antara mahasiswa putra dengan putri tempat duduknya dipisah, pakaian
perempuannya menyesesuaikan dengan memakai jilbab, “namun yang lucu adalah
setelah mata kuliah saya selesai mereka menyopot jilbabnya.”Sedang
penekanan Sokhib adalah“pakaian yang terpenting adalah sopan, tidak harus
berjilbab, misalnya harus bersepatu.”Lebih spesifik dituturkan
oleh Suyadi “perilaku dan cara berpakaian mahasiswa khususnya di [fakultas]
peternakan saat saya ajar itu bisa beradaptasi, ...mereka memakai baju sopan,
tidak memakai kaos, tidak memakai jeans, dan perilakunya pun bisa menghargai
dosen. Namun pada mata kuliah lain saya lihat mereka tampil lagi seperti biasa,...
Mereka memakai kaos lagi, seperti apa adanya. Namun mereka tidak terpaksa
[berpakaian tidak berkaos dan tidak berjeans] pada mata kuliah saya, karena
saya selain memperingatkan mereka, saya juga memberikan teladan cara berpakaian
yang bisa diterima olah masyarakat, khususnya masyarakat santri.”
Penjelasan Sokhib
tentang praktek pembelajaran PAI yang telah ia lakukan adalah “silabus secara
umum sama [antara prodi biologi, penjaskesrek, dan PKn], tapi terdapat
spesifikasi dan penekanan yang disesuaikan dengan jurusan [prodi]
masing-masing.” Antara prodi cara mengajar sudah beda, cara pemberlakuannya
sudah beda karena antusiasmenya juga berbeda. Misalnya di prodi penjaskerek
lebih menekankan pendidikan moralitasnya, “Gak tau ya mas mungkin karena di Penjas hampir seluruhnya adalah
laki-laki.”Problematika lain saat
pelaksanaan strategi pembelajaran adalah dosen dalam pengajaran agama terutama
dalam pengantar sejarahnya tidak terlalu terperinci.
Sedang Khozin menuturkan saat mengajar hampir di setiap kelas yang ia ajar
adalah “saat [saya] mengajar mahasiswa sering main laptop sendiri.”
Menghadapi
ikhtilaf atau keberagaman mazhab Fiqih di kelas dosen tetap punya otoritas dalam
pengarahan dan pemberian penjelasan pada
mahasiswa, namun pada akhirnya dosen permasalahan perbedaan tersebut
dikembalikan pada mahasiswa dalam menyikapinya.Hal
tersebut diperkuat oleh Abdulloh “jelas ada perbedaan yaitu NU, LDII, dan MU
[Muhammadiyah], yang mayoritas tetap NU” Cara mengahadapinya adalah “memberikan
penegasan pada mahasiswa tentang agama Islam adalah rahamtalillaamin, mengedepankan orang-orang yang berakal sehingga tidak
ada yang namanya permusuhan.
Sedang strategi dalam penyampaian materi PAI menurut
penjelasan Suyadi adalah “titik tekan yang diajarkan pada mahasiswa adalah
masalah aqidah yang pada pertemuan pertama dulu sudah ditekankan dengan cara
dikembangkan dari sejarah agama Islam secara umum yang tidak mendetail seperti
di IAIN, sehingga pembelajaran tidak cenderung dogmatis. [pemahaman secara umum
terlebih dahul terhadap agama Islam sebelum membahas Islam secara detail sesui
dengan bidang-bidang atau bab-bab yang akan dikaji]”
Masih menurut Suyadi dikatakan “khusus di fakultas
peternakan diskusi mahasiswa sangat hidup, karena saya memberikan pandangan
positif pada mahasiswa” Lebih spesifik pengarahan tersebut dilakukan dengan
cara “...memberikan statemen bahwa saya tidak akan mengarahkan kalian pada
golongan Islam tertentu, saya silahkan
kalian menyampaikan pendapat, tapi jangan memaksakan pendapat. saya akan
menyampikan perbedaan-perbedaan pendapat pada [golongan] Islam dengan
argumen-argumen secara umum, agar mahasiswa bisa mengetahui dan menghargai
perbedaan dan pilihan dalam beragama.” Dengan penggunaan strategi itu menurut
Suyadi diharapkan “...mahasiswa cenderung berani untuk bertanya pada dosen,
berani menyampaikan pendapat, dan suasan kelas jadi hidup. Perlu jenengan
ketahui bahwa di dalam kelas saya itu terdapat tiga komunita [golongan] yaitu
LDII, Muhammadiyah, dan NU”
d. Evaluasi Pembelajaran PAI di UNP Kediri
Berdasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan suasanapada saat
pelaksanaan UTS yang dimulai pada pukul 13.55 WIB tampak tenang (hening).
Ridwan selaku dosen PAI menunggu sebentar beberapa mahasiswa yang masih
terlambat sehingga jadwal diundur beberapa menit yang seharusnya dimulai pada
pukul 13.40 WIB. Lebih rinci data yang
diperoleh tentang kegiatan evaluasi tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
Dosen memberikan prolog
dan penjelasan tentang maksud atau tujuan dari kegiatan UTS dan pemberian
alasan metode atau cara pelaksanaan UTS yang lebih menekankan aspek kemampuan
analisis. Lalu dijelaskan tata tertib atau aturan pelaksanaan UTS diantaranya open book, mahasiswa harus membaca koran
[Jawa Pos 26 Mei 2013] bertopik “Ketika Duni Kian ‘Ramah’ terhadap Pernikahan
Gay” yang telah difotokopi sejumlah mahasiswa, dan mahasiswa harus menjawab
pertanyaan di dosen yang ditulis di papan tulis. Pertanyaan atau soal pokok
tersebut adalah perintah untuk memberikan pendapat, tanggapan, penilaian
tentang koran yang telah dibaca, dilihat dari sudut pandang Ajaran Islam:
aqidah, syariah, dan Akhlak. Kemudian bagaimana usaha yang seharusnya dilakukan
untuk mencegahnya dari hasil analisismahasiswa secara pribadi dan dari tinjauan
pemerintah (negara). Setelah memaparkan dan menjelaskan tentang pertanyaan
tersebut semua mahasiswa yang ada di dalam kelas langsung membaca koran. Kelas
dalam keadaan tenang, hening, dan siswa tampa fokus pada bacaan. Tak lama
setelah itu beberapa mahasiswa satu bersatu dan ada yang dua serta tiga orang
bersamaan dalam jarak waktu tertentu masuk kelas dengan terlambat, tampak ketika
di awal masuk pintu kelas mereka satu persatu dan ada yang berkelompok langsung
mengucapkan salam dan dibalas oleh seluruh siswa di dalam kelas beserta dosen.
Setelah kondisi benar-benar tenang dan fokus dosen menghampiri peneliti yang
sedang membaca koran [sebagai bahan soal UTS] di tempat duduk ruang kelas
paling belakang kemudian berjabat tangan lalu dosen memerintahkan peneliti ikut
duduk di depan kelas di samping tempat duduk dosen. Beberapa menit kemudian
tampak dari depan kelas para mahasiswa benar-benar fokus dan serius dalam
mengerjakan soal UTS. Terlihat lembar jawaban ujian berupa kertas folio hampir
terisi satu halaman penuh dan rapi oleh beberapa mahasiwa. Sedang yang lain
masih asik membuka buku referensi tentang ayat-ayat al Quran. Tempat duduk
antara mahasiwa laki-laki dan perempuan campur tanpa pemisahan, artinya
mahasiswa laki-laki dengan perempuan duduk berdekatan satu sama lain secara
acak. Setelah itu secara reflek dosen memberikan pemaparan kepada peneliti
tentang pelaksanaan UTS dan sehingga ditindaklanjuti dengan wawancara lebih
mendalam tentang pelaksaan evaluasi.
Tujuan
penilain yang dilakukan di UNP Kediri adalah untuk penetapan hasil belajar
mahasiswa dalam mencapai tingkat penguasaan sesuai dengan tujuan pembelajaran
pada setiap mata kuliah. penilaian bisa berbetuk ujian dan non ujian. Penilaian
di UNP Kediri dilakukan dengan cara pemberian skor, yaitu proses penetapan
taraf penguasaan atau kemampuan mahasiswa oleh dosen. Nilai akhir semester
setiap mata kuliah adalah gabungan dari Partisipasi Kelas atau P (bobot= 2),
Tugas atau T (bobot=3), Ujian Tengah Semester atau UTS (Bobot= 2), dan Ujian
Ajian Akhir Semester atau UAS (bobot= 3). Khusus untuk mata kuliah yang ada
kegiatan praktikumnya nilai praktikum digabung dengan nilai tugas (T). Nilai Akhir
(NA) atau nilai total setiap mata kuliah dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Melanjutkan pemaparan di atas pada Nilai Akhirsetiap mata kuliah
dinyatakan dengan Huruf A, B+, B, C+, C, D, dan E yang berturut-turu ekuivalen
dengan nilai angka sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Taraf
Penguasaan/Kemampuan Mahasiswa
Taraf
Penguasaan/Kemampuan
|
Nilai Huruf
|
Nilai Angka
|
91-100
|
A
|
4,00
|
81-90
|
B+
|
3,50
|
71-90
|
B
|
3,00
|
61-70
|
C+
|
2,50
|
56-60
|
C
|
2,00
|
40-55
|
D+
|
1,00
|
0-39
|
E
|
0,00
|
Lebih spesifik pelaksanaan penilaian (evaluasi) Khozin memaparkan “saya
lebih killer dalam melaksanakan
[memberikan] tugas, ...karena para mahasiswa kebanyakan lebih mengutamakan
tugas-tugas dari mata kuliah umum dari pada Agama sehingga perlu adanya
intervensi nilai.”Kriteria kelulusan mahasiswa harus mengikuti UTS dan UAS,
namun ada syaratnya bagi mahasiswa untuk bisa UTS, yaitu kehadiran mahasiswa
sebelum UTS minimal harus hadir 5-6 kali pertemuan dan syarat lainnya adalah
harus mengikuti presentasi di depan kelas.Untuk Psikomotoriknya biasanya di
pertemuan sebelum UAS diadakan ujian praktek pembacaan al Quran. Sedang untuk
afektifnya “dari segi sikap atau akhlak, terutama saat mengahadapi dosen itu
juga sangat mempengaruhi nilai.”
Ridwan memaparkan tentang evaluasi yang ia laksankan adalah menggunakan
sistem penilaian dari UNP Kediri dan unsur-unsur yang dinilai adalah kogintif
yaitu UTS, UAS, serta pembahasan diskusi. Sedang afektifnya adalah dari segi
presensi kehadiran termasuk telat atau tidak, keseriusan atau minat terhadap
mata kuliah, perilaku sekaligus ucapan, dan sikap waktu perkuliahan apakah ia
memiliki peran atau empati dalam membantu teman-temannya dalam melaksanakan
kuliah PAI. Ia menekankan “walaupun ada rumus atau sistem penilaian dari UNP namun
saya tetap punya standar penilaian sendiri, yaitu lebih menekankan aspek
afektifnya.” Untuk Psikomotoriknya tidak terlalu banyak karena menurutnya “sudah
bukan waktunya lagi praktek, itu seharusnya sudah tuntas di waktu tingkat
sebelumnya [jenjang sekolah menengah], ...seharusnya mahasiswa diajak berfikir
rasional, berdasarkan filsafat, dan diajakan berifikir.”
Evaluasi lebih ditekankan pada aspek afektif dengan cara tetap mengacu
pada aturan dan pedoman UNP “namun saya tetap menekankan afektifnya, ...saya
mengambil afektif tersebut dari pendalaman dan pemahaman terhadap tugas-tugas
yang telah mereka lakukan, salah satunya dalam mengerjakan tugas, perilaku,
bergaul, dan pada ujian [UTS dan UAS] bisa terlihat.”
Sedang Sokhib memaparkan “saya tetap menggunakan 3 aspek tersebut secara
berimbang [Afektif, Psikomotorik, dan Kognitif], karena ketiga-tiganya
sama-sama penting.”
B. Temuan Penelitian
Setelah di adakan penelahaan dari paparan data di atasmaka ditemukan
beberapa pola, tipologi, pengkatagorian, dan kecenderungan yang dapat diarahkan
ke dalam beberapa klasifikasi berikut ini:
1. Gambaran
Umum Seputar Pembelajaran PAI di UNP Kediri
a. Dosen PAI di UNP Kediri
Terdapat perbedaan latar belakang pendidikan,
pengalaman, organisasi keagamaan, usia, dan pekerjaan (profesi) masing-masing
dosen selain menjadi dosen PAI sangat beragam. Dosen PAI lebih sering datang ke
kampus jika ada waktu mengajar saja karena disibukkan dengan aktivitas lain. Namun secara umum Dosen PAI di UNP Kediri
punya kemampuan (kapabilitas) di bidang ilmu agama Islam, ilmu pendidikan, dan
ilmu sosial kemasyarakatan secara teoritis maupun praktis. Hal ini nampak dari
pengalaman-pengalaman mereka (track
record) sebagai praktisi yang cukup lama.
b. Latar Belakang Mahasiswa Islam di UNP Kediri
Mahasiswa UNP berlatar belakang beragam yang mana
keberagaman tersebut ditinjau dari segi profesinya, tempat tinggalnya, dan
minat serta bakat keterampilan maupuan
akademis yang dimilikinya. Sedang latar belakang mahasiswa dari segi asal usul
sekolah menengahnya secara umum (hampir merata) adalah lulusan dari sekolah
umum. Oleh karena itu dapat dikatakan mahasiswa Islam UNP Kediri dari segi
sosio-kultur dan keilmuan agama serta umum yang dimiliki sangat beragam.
c. Pengelolaan Dosen PAI dan Aturan Pelaksanaan
Pembelajaran PAI di UNP Kediri
Pengelolaan dosen PAI dilaksanakan berdasarkan
otoritas prodi masing-masing. Sedang untuk tata cara atau aturan pelaksanaan
pembelajaran PAI di UNP Kediri Belum ada manajemen dari pengelola terhadap
kinerja dosen PAI yang dilakukan secara integral dan sistematis dalam konteks
seluruh dosen pada satu lembaga atau kampus. Hal ini berakibat dokumen-dokumen
hasil dari pelaksanaan pembelajaran PAI secara umum belum tertata, terstruktur,
dan terpusat walaupun ada beberapa prodi untuk dokumen mata kuliah PAI sudah
termanajemen dengan baik. Perekrutan dosen lebih cenderung dilakukan oleh
masing-masing prodi, sehingga tiap semesester sering kali terjadi pergeseran
atau penggantian posisi atau tempat mengajar oleh dosen dari prodi satu ke
prodi yang lain.
d. Kepedulian Pengelola Kampus Terhadap Pembelajaran
PAI di UNP Kediri
Secara umum pengelola kampus terutama Rektor UNP
Kediri sangat peduli terhadap pendidikan untuk mencetak mahasiswa yang berbudi
luhur salah satunya melalui mata kuliah PAI dan diadakan kegiatan-kegiatan
keagamaan di UNP Kediri. Selain itu Rektor juga punya konsep atau gagasan dan
rencana tentang bagaimana cara penanaman nilai-nilai religius di dalam kampus.
Di mana konsep itu sebagain sudah dilaksankaan melakui pelaksanaan pembelajaran
Islam yang lebih membumi sehingga bisa diterima di kalangan akademis perguruan
tinggi umum. Konsep lain yang ditawarkan oleh rektor untuk perkembangan PAI di
UNP Kediri adalah bahwa salah satu fungsi Agama Islam sebagai penyemangat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan umum bukan hanya penghakim bagi mahasiswa saja. Oleh karena itu
pembelajaran PAI tidak hanya berhenti di dalam ruangan kelas saja namun juga
harus diaktualisasikan dalam bentuk kesenian seperti rebana, diskusi ilmiah,
dan penelitian yang bisa bermanfaat bagi kampus UNP Kediri.
e. Kegiatan Keagamaan Islam di UNP Kediri
Kegiatan-kegiatan keislaman secara formal berada di
bawah naungan UKKI dan untuk kegiatan khusus atau agenda besar langsung
ditangani oleh pengelola Kampus. Kegiatan keislaman secara umum cenderung
terlepas dari kegiatan pembelajaran PAI sebagai mata kuliah yang dilakukan oleh
dosen. Sedang untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kecil
mahasiswa secara non formal belum nampak di kampus UNP Kediri.
f. Upaya Pembentukan Forum Dosen PAI UNP Kediri
Melihat kondisi dari berbagai sudut pandang maka forum
Dosen PAI merupakan kebutuhan yang mendesak, manfaatnya adalah untuk ditemukan
kesatuan kuat antara beberapa dosen PAI yang memiliki latar belakang berbeda.Lebih jauh lagi supaya
bisa terjalin kekeluargaan yang utuh dalam upaya pengembangan pembelajaran PAI
di UNP. Selain itu forum tersebut diharapkan terdapat saling peberian masukan (sharing) dan bisa dihasilkan beberapa
produk intelektual. Misalnya buku Pedoman Pelaksanaan PAI di UNP, buku Materi
PAI di UNP, dan hasil penelitian ilmiah tentang Pembelajaran PAI.
Dari paparan data di atas tersebut maka dapat disimpulkan sistem
pembelajaran PAI di UNP Kediri berjalan cukup kokoh, artinya terdapat beberapa
komponen penyokong untuk tercapainya tujuan pembelajaran PAI di UNP secara
umum. Komponen tersebut meliputi komponen fisik meliputi manusia, sarana
prasarana, media pembelajaran, serta komponen non fisik meliputi kepedulian
pengelola, semangat kegiatan keagamaan, dan keaktifan sebagian mahasiswa islam
dalampemakaian simbol-simbol agama Islam misalnya dengan digunakannya jilbab.
Walaupun masih ada beberapa komponen yang belum berjalan secara optimal atau
bahkan belum terpenuhi dalam upaya pelaksanaan pembentukan masyarakat kampus
yang religius. Sebagaimana pada penjelasan sebelumnya pada bab II bahwa dalam
sebuah tatanan sistem terdapat komponen yang saling berhubungan (iteraksi)
bahkan saling mempengaruhi satu sama lain secara terikat. Dengan kata lain
sebuah sistemjuga tidak bisa berdiri sendiri atau berjalan dengan baik jika
tidak ada komponen lain atau bahkan sistem lain yang mendukung sitem
Pembelajaran PAI. Oleh karena itu dapat
digambarkan pola interaksi sistem pembelajaran PAI di UNP Kediri sebagai
berikut:
Pengelola
Kampus: Kaprodi, Dekan, Rektorat.
|
Kegiatan Ekstrakurikuler
Keagamaan
|
Buku Pedoman PAI, Buku Materi PAI, dan Hasil
Penelitian PAI
|
Dosen PAI dan
Mahasiswa Islam
|
Sarana Prasarana dan Media Pembelajaran PAI
|
Materi Kurikulum PAI di UNP Kediri
Kompetensi Mahasiswa yang diharapkan setelah mengikuti mata kuliah PAI di UNP Kediri
Strategi Pembelajaran PAI di UNP Kediri
Evaluasi Pembelajaran PAI di UNP Kediri
Keterangan Garis:
(satu arah anak panah) : Terjadinya interaksi
komando (penggunaan)
(dua
arah anak panah) : Terjadinya interaksi kerjasama (penguatan)
: Sudah Terlaksana
: Belum Terlaksana
: Terlaksana belum Optimal
Gambar 4.8. Pola Interaksi Sistem Pembelajaran PAI dengan
komponen lain di UNP Kediri
2.
Sistem Pembelajaran PAI di UNP Kediri
a. Materi Kurikulum PAI di UNP Kediri
Secara umum materi pokok Pembelajaran PAI oleh Dosen
PAI UNP Kediri masih digunakan materi-materi yang diambil dari perguruan tinggi
umum lain dan ada penggunaan materi berasal dari pondok yang cenderung bermuatan
materi Fiqih. Sedangpengembangan materinya (materi tambahan) yang diberikan
oleh dosen pada setiap prodi berbeda satu sama lain. Materi pokok dikembangkan
berdasarkan pada penglihatan karakter seluruh mahasiswa pada setiap
masing-masing kelas, organisasi keagamaan yang dipilih oleh mahasiswa, dan didasarkan
pada bidang ilmu yang didalami oleh mahasiswa (pada setiap prodi). Walaupun ada
juga dosen yang konsisten dalam pemberian materi sama persis dari prodi satu ke
prodi lain walaupun bidang keilmuaan umum yang ditekuni mahasiswa berbeda.
Namun secara umum materi yang ditekankan oleh seluruh dosen PAI adalah
berkenanan dengantauhid, akhlak, dan cara-cara pengimplementasian ibadah.
Berdasarkan data dokumentasi ditemukan ada beberapa
dosen yang secara terperinci atau detail ada pembahasan materi PAI di dasarkan
pada prodi yang bersangkutan. Contohnya adalah prodi ekonomi yang secara detail
berkutat pada pembahasan berbagai bentuk kerja sama bidang ekonomi dalam Islam,
jual beli dalam Islam, perbankan syariah, hutang piutang dalam Islam, pasar
uang dan obligasi syariah, dan produk-produk syariah. Selain itu juga didapati
dosen yang melakukan pengintegrasian ilmu antara ilmu agama dengan ilmu
pengetahuan umum. Pengintegrasian difokuskan pada adanya keterkaitan dan
kesinambungan antara agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi.
Pada setiap pertemuan awal atau yang pertama pada
awal semester hampir semua dosen melakukan perkenalan, kontrak kuliah, dan
kemudian mendalami latar belakang mahasiswa. Kemudian dilanjutkan dengan
pemaparan-pemaparan dasar tentang ajaran Islam dan pentingnya mata kuliah PAI.
Sedangkan muatan materinya dikandung nilai-nilai sejarah,filsafat,
sumber-sumber Agama Islam, Aqidah, akhlak, ilmu pengetahuan umum dan Islam,
Muamalah, dan sebagianya. Dapat disimpulkan materi yang digunakan oleh Dosen
PAI di UNP Kediri pada dasarnya secara umum sudah terncana sebelumnya, dan secara
pribadi ada upaya dilakukan perkembangan materi dari tahun ketahun disesuaikan
dengan perubahan Undang-undang, perubahan peraturan pemerintah, tujuan
institusional (tujuan kurikulum UNP Kediri), kondisi mahasiswa, dan kondisi
perkembangan zaman. Secara umum materi PAI di UNP dapat dipetakan seperti di
bawah ini:
Gambar 4.9
Klasifikasi Materi PAI di UNP Kediri
b. Kompetensi Mahasiswa yang Diharapkan dalam
Kurikulum PAI di UNP Kediri
Temuan tentang kompetensi yang diinginkan oleh Dosen
setelah mahasiswa mengikuti mata kuliah PAI secara garis besarnya adalah
menjadi mahasiswa yang memiliki kecapakan ilmu pengetahuan umum
(berintelektual) yang berakhlak mulia dilandasi pada iman dan taqwa
(ajaran-ajaran Islam). Kompetensi tersebut tercapai apabila terdapat perubahan
perilaku (rajin beribadah serta punya kecakapan emosional-sosial), perubahan
cara pandang terhadap Islam sehingga tetap memegang ajaran Islam dimanapun
berada, dan kemampuan dalam pemahaman terhadap ajaran agama secara utuh
(menyeluruh)agar diminimalisirnya terjadinya konflik pengatasnamaan agama
(intoleransi).
Problematika yang dihadapi untuk pewujudan harapan
tersebut adalah ada sebagian dari perilaku mahasiswa terutama pada kelas atau
prodi tertentu yang apatis terhadap mata kuliah agama Islam. Misalnyaada
anggapan bahwa mata kuliah PAI yang tidak lebih dari mata kuliah yang wajib
ditempuh oleh mahasiswa, tanpa ada tindak lanjut. Padahal seharusnya mata
kuliah agama Islam dijadikan sebagai instrumen untuk pengembangan ilmu
pengetahuan agar tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Permasalahan
lain adalah perilaku sebagian mahasiswa
yang cenderung kurang disiplin hal ini lebih sering dilakukan pada mahasiswa
prodi penjaskesrek.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk penanggulangan
dan penyelesaian kendala-kendala tersebut telah diupayakan oleh dosen, namun dosen
tidak berani bertindak lebih lanjut. Karena minimnya wewenang (kekuatan
interfensi) dosen PAI dalam pemberian sebuah teguran lebih keras. Selain itu
ada anggapan bahwa mahasiswa merupakan manusia dewasa, sehingga tidak perlu lagi
sebuah interfensi atau teguran secara lisan melainkan dilakukan tindakan yang
berdasarkan aturan. Dengan kata lain sebagai manusia yang rasional, mahasiswa
akan lebih menerima teguran secara hukum formal (tertulis) dari pada teguran
lisan yang tidak memiliki kekuatan.
Perubahan perilaku (Akhlak mulia dan cara pandang
terhadap Islam)
|
Secara
yuridis formal tujuan yang hendak ingin dicapai setelah mahasiswa mengikuti
mata kuliah PAI hampir sama dengan pernyataan di atas. Walaupun ada penguatan
dan penambahan di bidang lain yaitu terciptanya mahasiswa yang peduli dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan seni untuk kepentingan manusia dan nasional. Secara umum runtutan
mekanisme dosen PAI agar kompetensi mahasiswa yang hendak ingin dicapai setelah
ikut serta mata kuliah PAI adalah sebagai berikut:
Perubahan perilaku (Akhlak
mulia dan cara pandang terhadap Islam)
|
Gambar 4.10 Alur Proses
Pencapaian Kompetensi Mahasiswa
3. Strategi Pembelajaran PAI di UNP Kediri
Cara
atau siasat yang digunakan dosen PAI untuk penyuksesan tujuan pembelajaran PAI
di UNP Kediri adalah berdasarkan pada prinsip keluwesan, artinya dosen melihat
kondisi dan situasi mahasiswanya yang didasarkan pada perbedaan prodi,
perbedaan cara beragama (perbedaan organisasi keagamaan), dan perbedaan
karakteristik kelas. Ada kalanya pada kelas tertentu strategi yang cenderung
lunak digunakan seperti di prodi penjaskesrek namun pada kelas tertentu
strategi yang digunakan sangat ketat dan mengikat. Sedangkan metode yang digunakandalam
upaya penyuksesan strategi tersebut adalah penggunaan dialog interaktif antar
dosen dengan mahasiswa sehinggi tidak ada celah atau adanya titik ketidak
nyamanan antara dosen dengan mahasiswa. Dengan kata lain ada pemberian
kesempatan pada mahasiswa dalam penemuan kasus atau teori (pembahasan) untuk
dipresentasikan di dalam kelas.
Presentasi
kelompok lebih ditekankan pada penambahan jaringan kerjasama positif antar
mahasiswa. Pembagian kelompok dilakukan secara merata yang didasarkan pada
kemampuan mahasiswa dalam pemahaman ajaran Islamyang ia peroleh ketika di masa
sebelum perkuliahan dan mahasiswa yang sedang belajar di Pondok pesantren.
Bentuk strategi lain adalah dengan cara khas pondok pesantren juga diterapkan
oleh sebagian dosen yaitu pembiasaan dalam pembacaan do’a sebelum perkuliahan dimulai
yaitu pembacaan surat al-Fatihah. Hal ini digunakan untuk melatih mahasiswa
agar terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu dan terbiasa bahwa segala sesuatu
perbuatan diniatkan untuk Allah SWT.
Metode
lain yang digunakan untuk penyuksesan strategi adalah dengan digunakansound pada saat pembelajaran, alasan
penggunakan alat tersebut adalah agar seluruh kelas terdengar karena jumlah
mahasiswanya cukup besar yaitu antara 40-50 orang. Selain itu penggunaan LCD
dan media pembelajaran lain digunakan agar mahasiswa tidak merasa bosan dan
untuk menghapus kesan bahwa mata kuliah PAI monoton. Karena LCD sudah
disediakan di hampir setiap kelas dan kantor prodi.
Strategi
yang luwes juga diterapkan oleh sebagian besar dosen yaitu pembiaran tempat
duduk yang bercampur tanpa dipisah antara laki-laki dan perempuan. Namun
ditekankan mahasiswa tetap sopan dalam berinteraksi terhadap lawan jenis di
dalam kelas. Dan dalam berpakaianpun diupayakan ada penyesuaian diri yang lebih
diutamakan adalah penggunaan simbol-simbol Islam. Dapat disimpulkan bahwa
secara praktik keagamaan (syariat) dosen PAI lebih luwes tergantung pada
pandangan mahasiswa terhadap agama Islam, namun secara konsep terutama pada ranah
tauhid dan keimanan dosen cenderung mendominasi.
Sedang problematika yang dihadapi dalam
kesuksesan strategi pembelajaran adalah adanya perbedaan organisasi keagamaan
yang diikuti mahasiswa hampir disetiap kelas. Dengan demikian perlu digunakan
strategi baru untuk menghadapi kenyataan itu yaitu pemberian penegasan dan
penyadaran dari dosen kepada mahasiswa bahwa perbedaan itu adalah anugerah,
oleh karena itu cara pandang mahasiswa tidak boleh eksklusif tapi
inklusif.Strategi lain adalah saat di awal perkuliahaan diberikan penegasan oleh
dosen tentang pemikiran dan materi yang diajarakan nanti tidak akan diarahkan
pada golongan atau organisasi keagamaan tertentu. Namun tetap ada pemaparan dan
penjelasan tentang sebab-sebat terjadinya perbedaan dari para ulama. Secara
umum strategi yang digunakan oleh dosen PAI di UNP Kediri dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 4.11Struktur
Strategi Pembelajaran PAI di UNP Kediri
4. Evaluasi Pembelajaran PAIdi UNP Kediri
Penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh Dosen PAI di UNP Kediri adalah
didasarkan pada aturan dan pedoman perkuliahan (akademik) dari UNP Kediri.
Namun dosen tetap punya inisiatif dalam pengembangan berkenaan tentang titik
tekan utama yang dinilai atau aspek yang dijadikan sebagai tolak ukur utama
dalam penilaian yaitu aspek afektif. Dengan kata lain aspek penilaian tersebut
ikut andil dalam penentuan apakah mahasiswa tersebut dinyatakan lulus atau
tidak lulus. Hal ini sesuai dengan tata
aturan atau pedoman penyelenggaraan pendidikan di UNP kediri tentang bentuk
penilain bisa berbentu ujian dan non ujian. Pedoman tersebut menjadi peluang
bagi dosen PAI dalam pemberian nilai pada mahasiswa tidak hanya dari pengacuan
hasil ujian namun dari perilaku mahasiswa sehari-hari. Standar penilaian di UNP
adalah meliputi gabungan dari skor partisipasi mahasiswa di kelas, skor tugas,
skor ujian tengah semester, dan skor ujian akhir semester. Yang mana apabila
ada kegiatan praktik (psimotorik) maka penilaiannya digabungkan dengan nilai
tugas.
Berkenaan dengan penilaian dari aspek afektif lebih ditekankan pada
perubahan sikap serta cara pandang mahasiswa terhadap mata kuliah PAI, dari
segi presensi kehadiran termasuk telat atau tidak, keseriusan atau minat
terhadap mata kuliah, perilaku sekaligus ucapan, dan sikap waktu perkuliahan
apakah mahasiswa punya peran atau empati dalam pembantuan teman-temannya dalam
pelaksanaan kuliah PAI, pendalaman dan pemahaman terhadap tugas-tugas yang
telah dilakukan, perilaku sehari-hari dalam pergaulan, dan saat ujian tulis.
Dapat disimpulkan bahwa penilaian yang dilakukan tidak hanya pada tataran ujian
saja namun juga pada non ujian atau tanpa pengetasan.
Sedang untuk aspek psikomotoriknya lebih sedikit dan jarang dilakukan,
salah satu aspek psikomotorik yaitu praktek pembacaan al-quran dan kegiatan
sholat jama’ah di masjid kampus atau masjid sekitar kampus. Alasan tidak
terlalu seringnya diterapkan penilaian aspek psikomotorik karena mahasiswa
berlatar belakang dari sekolah umum, serta minimnya sarana prasarana dan media
pembelajaran untuk menunjang penggunaan aspek penilaian tersebut.Sedang aspek
kognitifnya adalah dinilai dari kualitas makalah, kualitas penjelasan saat
presentasi, kualitas dalam penjawaban dan pengajuan pertanyaan saat diskusi,
UTS, dan UAS. Secara spesifik berikut ini aspek penilaian yang diterapkan oleh
Dosen PAI di UNP Kediri:
Gambar
4.12 Aspek penilaian mata kuliah PAI di UNP
Dari data
yang diperoleh di lapangan tersebut maka secara umum pelaksanaan kegiatan keagamaan
Islamdi UNP Kediri berjalan dengan frekuensi yang cukup tinggi (rutin). Dalam
artian kegiatan keagamaan di sini bisa menjadi pendukung suksesnya tujuan
pembelajaran PAI di UNP secara umum karena kegiatan keagamaan tersebut diikuti
dan dikelola oleh sivitas kampus UNP Kediri. secara umum gambaran umum tentang
kegiatan keagamaan yang telah dilaksanakan di UNP Kediri adalah sebagai berikut:
Kegiatan
Keagamaan Islam di UNP Kediri
|
Intrakurikuler: Kegiatan perkuliahan oleh Dosen (Sistem Pembelajaran PAI)
|
Sarana
Prasarana: Masjid, Kitab al
Quran, LCD, dan buku-buku Agama di perpustakaan.
|
Ekstrakurikuler:Kegiatan kajian iptek berbasis agama, rebana,
dan Yasinta oleh UKKI berkerjasama
dengan sebagian dosen
|
Metode
dan Strategi: Ceramah
(cerita), presentasi, penugasan, keteladanan, nasihat, pembiasaan, diskusi,
kesesuain materi dengan prodi, dan rasionalisasi materi.
|
Agenda Besar di Bawah Kendali Pengelola: Pengajian Akbar dan PHBI
|
Gambar 4.13 Pelaksanaan
Kegiatan Keagamaan Islam di UNP Kediri