Beranda » Arsip untuk Agustus 2017
Rabu, 16 Agustus 2017
Selasa, 08 Agustus 2017
D. Penutup BAB IV Buku Pengembangan Pendidikan Islam
Manusia dan kekerasan
telah memiliki sejarah panjang yang kenyataannya tak terelakkan. Pada zaman
dahulu kekerasan (penyiksaan dan pembunuhan) ditempuh manusia untuk memenuhi
hasrat biologisnya. Mereka rela melakukan kekerasan demi mendapatkan kepuasan.
Salah satunya untuk memenuhi hasrat seks dan demi memperoleh makanan atau
minuman layak. Paling tidak, kekerasan yang dilakukan demi mendominasai manusia
lainnya yang lebih lemah. Namun, sekarang ini kekerasan yang dilakukan telah
berevolusi. Mereka yang melakukan kekerasan tidak lagi untuk urusan ragawi
semata. Pun juga tidak untuk merebut maupun mempertahankan kekuasaan atau
kemenangan terhadap pihak lain. Lebih dari itu, ternyata kekerasan yang
dilakukan sekarang ini berkembang menjadi sebuah aksi terorisme. Di mana, teror
itu dilakukan tidak lain demi memperoleh kepuasan batin, hingga sebagai bentuk
penyucian diri di hadapan Tuhan. Dapat dikatakan, kekerasan di era mondial ini
tidak akan bisa berhenti hanya dengan memberikan solusi pemenuhan kebutuhan
fisik. Pendekatan mental, spiritualitas, dan batin diperlukan untuk mencegah
dan menghentikan aksi kekerasan.
Baca tulisan menarik lainnya:
D. Penutup BAB III Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Kecerdasan Beragam (Multiple Intelligences)
Pada prinsipnya, Islam mengakui terdapatnya
kecerdasan beragam pada setiap peserta didik (manusia). Dalam sejarahnya pun,
turunnya wahyu tentang larangan minum khamr
(minuman memabukan) tidak serta merta langsung secara “mendadak.” Namun,
dilakukan secara berangsur-angsur. Ini artinya, Islam menghendaki perubahan
manusia orientasinya bukan pada hasilnya saja, tetapi juga proses yang
berkualitas. Di mana kondisi psikologis serta fisik para peminum khamr sangat diperhatikan. Inilah bukti
bahwa dalam “mendidik” umat, agama Islam sangat memperhatikan unsur-unsur
kemanusiaan.
Baca tulisan menarik lainnya:
D. Penutup BAB II buku Pengembangan pendidikan agama islam
Dari semua pembahasan sebelumnya dapat simpulkan
bahwa gagasan “paradigma” juga “revolusi” ilmu pengetahuannya telah membuka
jalan lebar bagi segala macam ilmu untuk ikut serta dalam pengembangan diri.
Bagaimanapun, Allah SWT telah memberi dan menunjukkan berbagai “fenomena”
kehidupan, sehingga tugas ilmuwan adalah “membuat” teorinya. Termasuk di
dalamnya “ilmu” Pendidikan Agama Islam yang selama ini dianggap sebagai ilmu
dogmatis yang tidak dapat
dianggap (tidak memenuhi syarat) sebagai ilmu pengetahuan.
Baca tulisan menarik lainnya:
Kamis, 03 Agustus 2017
D. Penutup BAB VI Pemikiran Tentang Pengembangan Program Studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam
Dari semua pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kurikulum pada setiap masing-masing prodi di PTAI bisa dilakukan
dengan cara integrasi ilmu. Yakni, penambahan mata kuliah umum dilakukan tidak
semata-mata “menjiplak” dari perguruan tinggi lain (Perguruan Tinggi Umum) akan
tetapi didasarkan pada epistemologi Islam. Dengan demikian, diharapkan bisa
melahirkan ilmu baru, yaitu ilmu umum yang tidak “berseberangan” dengan ilmu
agama. Implikasinya, pengembangan dan penambahan mata kuliah tidak serta merta
hanya memberikan label “Islam” pada mata kuliah atau prodi tersebut, akan
tetapi melakukan integrasi ilmu agama dengan ilmu umum yang saling mengokohkan
satu sama lain. Pada tahap selanjutnya, inilah yang akan menjadi pembeda
wawasan keilmuan antara lulusan PTAI dengan lulusan PTU. Di mana lulusan PTAI
tidak hanya mampu menciptakan atau mengembangan ilmu serta produknya, tetapi
juga mampu memanfaatkannya secara tepat untuk kemaslahatan manusia secara benar
sehingga bisa mendapat ridho dari Allah SWT.
Baca tulisan menarik lainnya:
Rabu, 02 Agustus 2017
Kumpulan Tulisan OPINI Jawa Pos
Bagi Sahabat Banjir Embun yang ingin menjadi penulis opini di jawa pos lebih baik anda baca dulu tulisan opini yang telah berhasil cetak. Berikut ini beberapa contoh tulisan opini yang pernah tampil di halaman jawa pos.