Dengan segala keterbatasanku
Apapun yang tak kupunyai
Segala kerendahan dan hinaku
Hanya Allah yang Maha Memahamiku
Saat terkapar nan terabaikan
Ketika semua sembunyi merapat
Ternyata itupun tak mudah
Akulah begini adanya
Sadarlah, keabadian bukan di sini
Bangunlah, cercaan adalah keindahan
Teguhkan, aku menjadi biang kesabaran
Tatkala semua sadar
Waktupun berdetak cepat
Ketika
itu terperangahlah para babi
Mulutpun membisu terheran
Namun, tidak untuk mulut setan
Hati terkagum tapi mulut mencela
Menyebarkan kehinaan
Suatu saat bayarlah itu
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Puisi: Dendam Terpendam"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*