Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Contoh Prosedur Pengumpulan Data pada Tesis

Tulisan di Halaman ini tentang Pengecekan Keabsahan Temuan merupakan bagian dari Tesis Karya A. Rifqi Amin
Link terkait tulisan atau kajian tentang sistem pembelajarandi sini


untuk download tesisnya klik di bawah ini
 

   
Prosedur Pengumpulan Data



Beberapa prinsip pengumpulan data studi kasus adalah yang mencakup penggunaan: 1. Berbagai sumber bukti (multi sumber): adanya kesatuan rangkaian fakta (beberapa temuan yang sama atau saling menguatkan), 2. Data dasar: data-data bukti formal yang berlainan dari laporan akhir studi kasus, 3. Serangkaian bukti: keterkaitan yang eksplisit antara pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, data yang terkumpul, dan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik. Prinsip-prinsip tersebut sangat penting untuk pengerjaan studi kasus yang berkualitas tinggi dan berguna dalam penanggulangan persoalan validitas konstruk dan reliabilitas atau dapat diandalkan (pemeriksaan keabsahan data).[1] Dengan demikian dapat disimpulkan penggunaan multi sumber sangat penting untuk penciptaan kesatuan, suatu proses triangulasi, dan pembukaan terhadap cakrawala  fenomena, historis, dan fakta yang lebih luas.

Karena penggunaan wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis maupun kondisional (luwes) maka jenis penyimpanan (rekaman) yang dilakukan adalah catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan hasil dokumentasi. Jenis rekaman ini digunakan agar informan merasa nyaman, terbuka, dan tidak merasa tertekan (terbebani) dibandingkan apabila digunakan rekaman elektronik. Lebih spesifik dikhawatirkan jika digunakan jenis rekaman audio atau video terlalu berlebihan menjadi penyebab data yang dihasilkan tidak outentik dan penggalian data emik kurang mendekati sempurna. Data outentik misalnya berasal dari endapan perasaan dan gejolak jiwanya dalam peresponan terhadap fenomana yang dihadapi oleh informan. Oleh karena itu dalam kondisi tertentu sesuai dengan permintaan informan penggalian data dilakukan di lokasi-lokasi yang dikehendaki oleh informan walaupun di luar lingkungan kampus dan di waktu pagi ataupun malam hari.




Bisa dikatakan kedudukan informan tidak dijadikan sebagai benda yang bisa diatur dan dibentuk sesuai dengan apa yang dikehendaki peneliti. Namun informan diberi penghargaan serta kedudukan sebagai manusia yang punya perasaan, kehendak, dan ungkapan-ungkapan emosi (jiwa) yang sulit di peroleh nilai data emiknya apabila kondisi informan dalam keadaan tertekan ataupun informan tidak diberi jaminan dari peneliti untuk membedakan mana informasi yang boleh diterbitkan serta mana informasi yang tidak boleh diterbitkan. Dengan kata lain keluhan atau curahan hati yang masih relevan dengan tujuan penelitian dari informan adalah sangat penting bagi peneliti karena untuk diketahui sebab atau alasan mengapa informan bertindak seperti itu (saat diamati) dan mengapa informan memberikan statemen seperti itu (saat diwawancarai). Oleh karena itu dengan cara tersebut diharapkan diperoleh berbagai jenis data yang kredibel (terpercaya) sehingga untuk pengujian dan pembuktiaan validitas (kebenaran) data yang diperoleh dari informan salah satu caranya adalah pengkonfrontiran antara peneliti dengan informan serta kenyataan di lapangan pada waktu yang tidak lama dari dilaporkannya hasil penelitian ini pada akademik Pascasarjana STAIN Kediri.
Pengembangan daftar pertanyaan dan wawancara dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan subjek-subjek kemanusiaan dalam upaya pemertahanan hak-hak individual.[2] Dengan kata lain pertanyaan yang diajukan tidak harus disesuaikan apa adanya dengan pedoman wawancara namun disesuaikan dengan kondisi psikologis informan dan tentu dikembangan berdasar informasi-informasi penting yang dianggap baru serta berbeda dibandingkan informasi sebelumnya. Lebih spesifik pengumpulan data dilakukan dengan cara pendekatan emosional terutama pada mahasiswa, hal ini karena supaya informan bisa memberikan informasi dengan tegas (tanpa beban) dan apa adanya tanpa ada interfensi, pengaruh dari lingkungan, pengaruh dari alat rekam audio/video, dan pemersempitan kesenjangan antara peneliti dengan informan. Sedangkan untuk dosen dan pengelola UNP Kediri dilakukan dengan pendekatan personal, yaitu saling pengertian, pemahaman, dan pengenalan. Untuk metode yang digunakan dalam pemerolehan data yang lebih lengkap serta terpercaya dari pengelola UNP, Dosen, dan mahasiswa yang menjadi informan maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data di antaranya adalah sebagai berikut:


1.    Metode Observasi Partisipan
                        Observasi partisipan dilakukan guna diperoleh informasi (eksplorasi) tentang tingkah laku manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi tersebut diperolah gambaran yang lebih jelas (sesungguhnya) tentang kejadian sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain. Dalam proses observasi partisipan diusahakan secara wajar dan yang sebenaranya, tidak dengan sengaja dilakukan pemengaruhan, pengaturan, dan pemanipulasiaan tingkah laku informan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa ilmu pengetahuan pada awalnya dimulai dengan observasi dan harus selalu kembali pada observasi untuk diketahui kebenaran ilmu.[3] Dapat disimpulkan observasi dilakukan untuk penggalian gejala sosial (perilaku) melihat manusia sebagai makhluk yang bertingkah laku dan berperasaan. Tidak hanya pengamatan terhadap benda-benda saja, namun pengamatan terhadap bagaimana manusia dalam penggunaan benda-benda tersebut.
                        Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dengan ikut berpartisipasi secara langsung dan peneliti bersifat pasif (hanya sebagai pengamat murni) dalam penggalian data di lapangan terhadap apa yang telah dilakukan informan atas sebagai aktivitas (perilaku) pembelajaran yang berkaitan dengan sistem Pembelajaran PAI di UNP Kediri. Dengan kata lain walaupun peneliti ikut masuk di dalam kelas untuk pengamatan pembelajaran namun peneliti tidak berpartisipasi secara aktif (ikut serta dalam memengaruhi upaya mewujudkan tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional) di dalamnya. Dalam konteks ini maka dilakukan penerjunan langsung ke dalam masyarakat lokasi penelitian dengan sebisa mungkin tidak mempengaruhi kondisi sosial, mental, dan ruang fisik lokasi penelitian. Oleh karena itu untuk ketelitian data hasil observasi maka peneliti bergabung bersama mahasiswa UNP duduk di dalam kelas ikut serta pada proses pembelajaran yang telah disampaikan oleh Dosen.

2.    Metode Wawancara Mendalam
                        Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak (dua orang), dikerjakan secara sistematik, dan pelandasan pada tujuan penyelidikan. Tujuan dilakukan wawancara mendalam adalah pengumpulan data atau informasi yang berupa keadaan, gagasan, sikap atau tanggapan, dan keterangan penting lainnya dari satu pihak tertentu yang berhubungan dengan tujuan penelitian.[4] Dalam wawancara selalu ada dua pihak, yang masing-masing punya kedudukan yang berbeda. Pihak yang satu berkedudukan sebagi pengejar informasi (information hunter) sedang pihak lain sebagai pemberi informasi (Information Supplyer) yang disebut informan.[5] Oleh karena itu wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur, artinya pertanyaan dari wawancara ini tidak disusun secara baku sesuai dengan standar proses dengan disertakan pilihan-pilihan yang telah disediakan oleh pihak yang bertanya. Namun wawancara ini dilakukan berdasarkan prinsip fleksibilitas, dengan percakapan secara informal, dan  dilalui pemahaman secara mendalam terhadap mengapa seseorang memilih ‘cara’ atau memilih ‘suatu hal’.[6]
                        Dalam wawancara mendalam untuk penggalian data tentang objek penelitian digunakan teknik wawancara mendalam yang dilakukan di tempat terbuka (umum), dilakukan di ruangan pribadi, dilakukan secara luwes atau apa adanya secara reflek serta spontan, dan kedudukan peneliti tidak hanya sebagai pendengar aktif saja namun terjadi dialog interktif sehingga diharapkan mendapatkan informasi secara mendalam serta tingkat kevalidannya sangat tinggi. Sedangkan alat yang diperlukan dalam wawancara digunakan alat tulis berupa bulpen, kertas, laptop untuk pengetikan, dan dalam kondisi yang dimungkian penggunaan alat perekam untuk mempermudah penyimpanan data sekaligus sebagai bukti empiris. Dan ketika kondisi psikologis informan tidak dimungkinkan untuk wawancara di lokasi penelitian maka dilakukan  wawancara di luar lokasi penelitian yang dipandang sesuai untuk kegiatan wawancara (ditentukan oleh informan). Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa metode wawancara mendalam sangat efektif untuk membantu peneliti dalam penganalisaan hasil data yang diperoleh dengan metode observasi mendalam dan dokumentasi.
3.    Metode Dokumentasi
                        Dalam dokumen studi kasus seperti disinggung dalam protokol studi kasus oleh beberapa peneliti di dunia telah disarankan cara-cara untuk penggunaan metode dokumentasi secara efektif yaitu pemberian penjelasan atau deksripsi tambahan mengenai waktu pengambilan, kepada siapa diambilnya dokumen, dan apa nama spesifik dokumennya sebagai keterangan dokumen yang digunakan dalam penelitian. Tujuannya adalah sebagai pemermudah dalam penyimpanan dan penemuan kembali, agar dapat diperiksa dan dibagikan pengalaman tentang data dasarnya kepada peneliti lain di kemudian hari. Selain itu dokumen seperti ini bila relevan dengan wawancara tertentu, maka bisa dibuat sebagai tambahan dalam catatan hasil wawancara untuk dikombinasikan antara keduanya.[7]
                        Subjek penelitian dari dokumentasi adalah buku, majalah, pertaruan, notulen, catatan harian, dokumen resmi, bahkan benda-benda yang bernilai sejarah.[8] Selain itu dalam penelitian ini dokumen bisa berupa surat-surat, pengumuman, peraturan, hasil evaluasi, dan dokumen pribadi lain yang relevan dengan tujuan penelitian dari pihak berwenang UNP Kota Kediri. Dokumentasi juga dilakukan dengan cara pengambilan foto-foto yang dinilai relevan dengan topik penelitian. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penggalian data dengan metode dokumentasi bisa dilakukan dari berbagai sumber termasuk sumber nonformal sebagai data utama dan bukti empiris dari data lain yang diperoleh dengan metode lain.
4.    Metode penelusuran Online
                        Dikemukakan oleh Burhan Bungin tentang keabsahan dan validitas data (informasi) yang didapat secara online seharusnya tidak diragukan lagi, namun dengan syarat peneliti tetap mampu memilih sumber-sumber data online mana yang kredibel dan dikenal oleh kalangan banyak. Secara teknis penggunaan metode ini mensyaratkan peneliti memiliki pemahaman teknis terhadap teknologi informasi (komputer). Namun demikian yang menjadi catatan adalah metode penelusuran ini adalah metode sekunder yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode ini hanya berperan dalam pembantuan kepada peneliti untuk penyediaan bahan-bahan sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk sekunder. [9]

5.    Instumen Pengumpulan Data
                        Karena pendekatan penelitian ini adalah kualitatif maka data yang diunggah adalah berkenaan dengan kualitas seperti baik, sedang, kurang, dan lain-lain. Maka instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat dengan sungguh-sungguh supaya dihasilkan data empiris sebagaimana fakta atau keadaan nyata lapangan. Karena data yang salah atau tidak menggambarkan data secara empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga dapat mempengaruhi dalam pengambilan kesimpulan penelitian.[10] Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara yang dikembangkan secara mendalam sesuai dengan pernyataan-pernyataan informan yang dipandang masih relevan dengan topik penelitian, pedoman dokumentasi yang fleksibel, dan pedoman observasi partisipan yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dengan kata lain walaupun ada pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, dan pedoman observasi namun informan diberi kebebasan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu dengan bebas senyampang tersebut bisa menjadi data pendukung atau bahkan data utama dalam penelitian. Selain itu insturmen penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa alat tulis, kamera, dan laptop untuk mencatat data (dalam kondisi tertentu).

Karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang salah satunya dicirikan dengan adanya penggalian emik, yaitu pandangan, prespektif, penghayatan terhadap subjek yang diteliti terhadap realitas (kenyataan). Maka peneliti tidak cukup sekedar pada tindakan pengamatan ‘semata’, tetapi juga dilakukan pengamatan terlibat atau peran serta serta tinggal pada beberapa waktu yang memadai dalam latar penelitian. Selain itu untuk penggalian emik peneliti juga harus dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam.[11] Hal ini agar peneliti bisa menemukan makna, alasan, dan pandangan secara personal (intim) dari informan tentang mengapa ia melakukan tingkah laku seperti itu. Sebagaimana menurut penjelasan Noeng Mohadjir tentang moral valaue dalam fenomenologi disebut dengan emik, sehingga dalam logika interpretatif diperlukan alur pikir rasional empirik dan penggunaan interpretasi atas fakta yang ada yaitu dengan penggunaan etik, emik, dan noetik. Kriteria kebenaran yang dimiliki emik berada dalam wilayah pribadi masing-masing, bersifat intrinsik, dan pengalaman personal. Sedang teori kebenaran noetik adalah didasarkan pada kebenaran moral graas root, teori sadar kolektif, bawah sadar kolektif, dan tak sadar kolektif.[12]




Secara umum penggalian data ini dilakukan dengan cara formal maupun luwes senyampang hal tersebut bisa menimbulkan kenyamanan bagi informan dengan tidak mengganggu kesibukan informan. Cara ini dilakukan agar bisa ditemukan data emik secara mendalam, sehingga informan mengungkapakan segala endapan psikologis yang dimungkinkan tersimpan. Dengankata lain penggalian emik sangat penting sebagai penguat atau pemerkokoh data yang didapat dari informan sekaligus untuk dasar dilakukan triangulasi. Informasi sekecil apapun baik dari hasil observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi dari lokasi penelitian sangat berarti bagi penelitian sebagai bahan dalam memperkaya data-data yang dimiliki oleh peneliti. Hal ini karena diharapkan dalam pelaksanaan anilisis data tidak mengalami hambatan keterbatasan data. Selain itu dengan data yang kaya juga bisa sebagai pembantu peneliti dalam pencarian keabsahan data sebagai salah satu teknik triangulasi sehingga konsekuensinya waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data cukup lama.
Dalam penggalian data di penelitian ini terdapat bebarapa kendala dan hambatan-hambatan di antaranya susahnya informan untuk diajak ketemu ada yang memberikan alasan dan ada yang tanpa alasan jelas. Misalnya Taufiqurroham sebagai Dosen PAI memberikan tanggapan telepon dari peneliti berupa SMS kepada peneliti yang isinya ““Utk konsultasi skripsi smpean,bisa brkomunikasi dg p.abdullah/bu lilik.utk saat ni sy blm bsa memastikn kpn plag k kdr,soaly anak sy msih drawat di RS Sby.mksih.”[13] dan Lilik sebagai Dosen PAI saat ditelpon memberi jawaban salam kemudian berkata “Lewat sms saja tidak terdengar,” kemudian di mengirim sms yang berisi “Ya sy masih rapat di kemenag.”[14] Namun setelah itu tidak ada tindak lanjut di mana sms dan telepon dari peneliti tidak dijawab olehnya. Kendala lain adalah ketidak tertariknya dosen PAI ketika peneliti meminta ikut serta dalam jam kuliah sebagai metode observasi dalam penggalian data.


[1]Yin, “Studi Kasus,” 101-103.
[2]Strauss&JCorbin, “Dasar-dasar Penelitian,” 201.
[3]Nasution, Metode Research, 106.
[4]Arief Subiyantoro& FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial (Yogyakarta: Andi, 2007), 97.
[5]Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2 (Yogyakarta: Andi, 2004), 218.
[6]Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdarya, 2010), 180-181.
[7]Yin, “Studi Kasus,” 125-126.
[8]Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan, 268-269.
[9]Bungin, Penelitian Kualitatif, 124-127.
[10]Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian, 97-98.
[11]Putra & Lisnawati, Penelitian Kualitatif, 22.
[12]Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian: Paradigma Positivisme Objektif, Phenomenologi Interpretatif, Logika Bahasa Platonis-Chomskyist-Hegelian&Hermeneutik, Paradigma Studi Islam, Matematik Recursion-, Set-Theory&Structural Equation Modelling, dan Mixed (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2011), 167-168.
[13]SMS Pak Taufiqurrohman,  Dosen PAI Prodi Manajemen UNP Kediri, tanggal 5 mei 2013, pukul 14:44:31.

[14]SMS Lilik Maryuningsih, Dosen PAI UNP Kediri, 10 Mei 2013 Pukul 10:09:22 WIB.
Data Collection (sumber gambar transiskom)




Baca tulisan menarik lainnya: