Tulisan di Halaman ini tentang Pengecekan Keabsahan Temuan merupakan bagian dari Tesis Karya A. Rifqi Amin
Link terkait tulisan atau kajian tentang sistem pembelajaran: di sini
untuk download tesisnya klik di bawah ini
Prosedur Pengumpulan Data
Beberapa prinsip pengumpulan
data studi kasus adalah yang mencakup penggunaan: 1. Berbagai sumber bukti
(multi sumber): adanya kesatuan rangkaian fakta (beberapa temuan yang sama atau
saling menguatkan), 2. Data dasar: data-data bukti formal yang berlainan dari
laporan akhir studi kasus, 3. Serangkaian bukti: keterkaitan yang eksplisit
antara pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, data yang terkumpul, dan
kesimpulan-kesimpulan yang ditarik. Prinsip-prinsip tersebut sangat penting
untuk pengerjaan studi kasus yang berkualitas tinggi dan berguna dalam
penanggulangan persoalan validitas konstruk dan reliabilitas atau dapat
diandalkan (pemeriksaan keabsahan data).
Dengan demikian dapat disimpulkan penggunaan multi sumber sangat penting untuk
penciptaan kesatuan, suatu proses triangulasi, dan pembukaan terhadap
cakrawala fenomena, historis, dan fakta
yang lebih luas.
Karena penggunaan
wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis maupun kondisional (luwes) maka jenis penyimpanan (rekaman) yang
dilakukan adalah catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan hasil
dokumentasi. Jenis rekaman ini digunakan agar informan merasa nyaman, terbuka,
dan tidak merasa tertekan (terbebani) dibandingkan apabila digunakan rekaman
elektronik. Lebih spesifik dikhawatirkan jika digunakan jenis rekaman audio
atau video terlalu berlebihan menjadi penyebab data yang dihasilkan tidak
outentik dan penggalian data emik kurang mendekati sempurna. Data outentik
misalnya berasal dari endapan perasaan dan gejolak jiwanya dalam peresponan
terhadap fenomana yang dihadapi oleh informan. Oleh karena itu dalam kondisi
tertentu sesuai dengan permintaan informan penggalian data dilakukan di lokasi-lokasi
yang dikehendaki oleh informan walaupun di luar lingkungan kampus dan di waktu
pagi ataupun malam hari.
Bisa dikatakan kedudukan
informan tidak dijadikan sebagai benda yang bisa diatur dan dibentuk sesuai
dengan apa yang dikehendaki peneliti. Namun informan diberi penghargaan serta
kedudukan sebagai manusia yang punya perasaan, kehendak, dan ungkapan-ungkapan
emosi (jiwa) yang sulit di peroleh nilai data emiknya apabila kondisi informan
dalam keadaan tertekan ataupun informan tidak diberi jaminan dari peneliti
untuk membedakan mana informasi yang boleh diterbitkan serta mana informasi
yang tidak boleh diterbitkan. Dengan kata lain keluhan atau curahan hati yang
masih relevan dengan tujuan penelitian dari informan adalah sangat penting bagi
peneliti karena untuk diketahui sebab atau alasan mengapa informan bertindak
seperti itu (saat diamati) dan mengapa informan memberikan statemen seperti itu
(saat diwawancarai). Oleh karena itu dengan cara tersebut diharapkan diperoleh
berbagai jenis data yang kredibel (terpercaya) sehingga untuk pengujian dan
pembuktiaan validitas (kebenaran) data yang diperoleh dari informan salah satu
caranya adalah pengkonfrontiran antara peneliti dengan informan serta kenyataan
di lapangan pada waktu yang tidak lama dari dilaporkannya hasil penelitian ini
pada akademik Pascasarjana STAIN Kediri.
Pengembangan daftar pertanyaan
dan wawancara dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan subjek-subjek kemanusiaan
dalam upaya pemertahanan hak-hak individual.
Dengan kata lain pertanyaan yang diajukan tidak harus disesuaikan apa adanya
dengan pedoman wawancara namun disesuaikan dengan kondisi psikologis informan
dan tentu dikembangan berdasar informasi-informasi penting yang dianggap baru
serta berbeda dibandingkan informasi sebelumnya. Lebih spesifik pengumpulan
data dilakukan dengan cara pendekatan emosional terutama pada mahasiswa, hal
ini karena supaya informan bisa memberikan informasi dengan tegas (tanpa beban)
dan apa adanya tanpa ada interfensi, pengaruh dari lingkungan, pengaruh dari
alat rekam audio/video, dan pemersempitan kesenjangan antara peneliti dengan
informan. Sedangkan untuk dosen dan pengelola UNP Kediri dilakukan dengan
pendekatan personal, yaitu saling pengertian, pemahaman, dan pengenalan. Untuk metode
yang digunakan dalam pemerolehan data yang lebih lengkap serta terpercaya dari
pengelola UNP, Dosen, dan mahasiswa yang menjadi informan maka digunakan
beberapa teknik pengumpulan data di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Metode Observasi Partisipan
Observasi
partisipan dilakukan guna diperoleh informasi (eksplorasi) tentang tingkah laku
manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi tersebut
diperolah gambaran yang lebih jelas (sesungguhnya) tentang kejadian sosial yang
sukar diperoleh dengan metode lain. Dalam proses observasi partisipan
diusahakan secara wajar dan yang sebenaranya, tidak dengan sengaja dilakukan
pemengaruhan, pengaturan, dan pemanipulasiaan tingkah laku informan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa ilmu pengetahuan pada awalnya dimulai dengan
observasi dan harus selalu kembali pada observasi untuk diketahui kebenaran
ilmu.
Dapat disimpulkan observasi dilakukan untuk penggalian gejala sosial (perilaku)
melihat manusia sebagai makhluk yang bertingkah laku dan berperasaan. Tidak
hanya pengamatan terhadap benda-benda saja, namun pengamatan terhadap bagaimana
manusia dalam penggunaan benda-benda tersebut.
Metode
ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dengan ikut berpartisipasi secara
langsung dan peneliti bersifat pasif (hanya sebagai pengamat murni) dalam
penggalian data di lapangan terhadap apa yang telah dilakukan informan atas sebagai
aktivitas (perilaku) pembelajaran yang berkaitan dengan sistem Pembelajaran PAI
di UNP Kediri. Dengan kata lain walaupun peneliti ikut masuk di dalam kelas
untuk pengamatan pembelajaran namun peneliti tidak berpartisipasi secara aktif (ikut
serta dalam memengaruhi upaya mewujudkan tujuan pembelajaran atau tujuan
intruksional) di dalamnya. Dalam konteks ini maka dilakukan penerjunan langsung
ke dalam masyarakat lokasi penelitian dengan sebisa mungkin tidak mempengaruhi
kondisi sosial, mental, dan ruang fisik lokasi penelitian. Oleh
karena itu untuk ketelitian data hasil observasi maka peneliti bergabung
bersama mahasiswa UNP duduk di dalam kelas ikut serta pada proses pembelajaran
yang telah disampaikan oleh Dosen.
2.
Metode Wawancara Mendalam
Wawancara
adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak (dua orang),
dikerjakan secara sistematik, dan pelandasan pada tujuan penyelidikan. Tujuan
dilakukan wawancara mendalam adalah pengumpulan data atau informasi yang berupa
keadaan, gagasan, sikap atau tanggapan, dan keterangan penting lainnya dari
satu pihak tertentu yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Dalam wawancara selalu ada dua pihak, yang masing-masing punya kedudukan yang
berbeda. Pihak yang satu berkedudukan sebagi pengejar informasi (information hunter) sedang pihak lain
sebagai pemberi informasi (Information
Supplyer) yang disebut informan.
Oleh karena itu wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara tak terstruktur, artinya pertanyaan dari wawancara ini tidak disusun
secara baku sesuai dengan standar proses dengan disertakan pilihan-pilihan yang
telah disediakan oleh pihak yang bertanya. Namun wawancara ini dilakukan
berdasarkan prinsip fleksibilitas, dengan percakapan secara informal, dan dilalui pemahaman secara mendalam terhadap
mengapa seseorang memilih ‘cara’ atau memilih ‘suatu hal’.
Dalam
wawancara mendalam untuk penggalian data tentang objek penelitian digunakan
teknik wawancara mendalam yang dilakukan di tempat terbuka (umum), dilakukan di
ruangan pribadi, dilakukan secara luwes atau apa adanya secara reflek serta
spontan, dan kedudukan peneliti tidak hanya sebagai pendengar aktif saja namun
terjadi dialog interktif sehingga diharapkan mendapatkan informasi secara
mendalam serta tingkat kevalidannya sangat tinggi. Sedangkan alat yang
diperlukan dalam wawancara digunakan alat tulis berupa bulpen, kertas, laptop
untuk pengetikan, dan dalam kondisi yang dimungkian penggunaan alat perekam
untuk mempermudah penyimpanan data sekaligus sebagai bukti empiris. Dan ketika
kondisi psikologis informan tidak dimungkinkan untuk wawancara di lokasi
penelitian maka dilakukan wawancara di
luar lokasi penelitian yang dipandang sesuai untuk kegiatan wawancara
(ditentukan oleh informan). Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa metode
wawancara mendalam sangat efektif untuk membantu peneliti dalam penganalisaan
hasil data yang diperoleh dengan metode observasi mendalam dan dokumentasi.
Dalam
dokumen studi kasus seperti disinggung dalam protokol studi kasus oleh beberapa
peneliti di dunia telah disarankan cara-cara untuk penggunaan metode
dokumentasi secara efektif yaitu pemberian penjelasan atau deksripsi tambahan mengenai
waktu pengambilan, kepada siapa diambilnya dokumen, dan apa nama spesifik
dokumennya sebagai keterangan dokumen yang digunakan dalam penelitian.
Tujuannya adalah sebagai pemermudah dalam penyimpanan dan penemuan kembali,
agar dapat diperiksa dan dibagikan pengalaman tentang data dasarnya kepada
peneliti lain di kemudian hari. Selain itu dokumen seperti ini bila relevan
dengan wawancara tertentu, maka bisa dibuat sebagai tambahan dalam catatan hasil
wawancara untuk dikombinasikan antara keduanya.
Subjek
penelitian dari dokumentasi adalah buku, majalah, pertaruan, notulen, catatan harian,
dokumen resmi, bahkan benda-benda yang bernilai sejarah.
Selain itu dalam penelitian ini dokumen bisa berupa surat-surat, pengumuman, peraturan, hasil evaluasi, dan dokumen pribadi lain yang relevan dengan
tujuan penelitian dari pihak berwenang UNP Kota Kediri. Dokumentasi juga
dilakukan dengan cara pengambilan foto-foto yang dinilai relevan dengan topik
penelitian. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penggalian data dengan metode
dokumentasi bisa dilakukan dari berbagai sumber termasuk sumber nonformal
sebagai data utama dan bukti empiris dari data lain yang diperoleh dengan
metode lain.
4.
Metode penelusuran Online
Dikemukakan
oleh Burhan Bungin tentang keabsahan dan validitas data (informasi) yang
didapat secara online seharusnya tidak diragukan lagi, namun dengan syarat
peneliti tetap mampu memilih sumber-sumber data online mana yang kredibel dan
dikenal oleh kalangan banyak. Secara teknis penggunaan metode ini mensyaratkan
peneliti memiliki pemahaman teknis terhadap teknologi informasi (komputer).
Namun demikian yang menjadi catatan adalah metode penelusuran ini adalah metode
sekunder yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa metode ini hanya berperan dalam pembantuan kepada
peneliti untuk penyediaan bahan-bahan sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam
bentuk sekunder.
5.
Instumen Pengumpulan Data
Karena pendekatan penelitian ini
adalah kualitatif maka data yang diunggah adalah berkenaan dengan kualitas
seperti baik, sedang, kurang, dan lain-lain. Maka instrumen penelitian sebagai
alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat dengan sungguh-sungguh
supaya dihasilkan data empiris sebagaimana fakta atau keadaan nyata lapangan.
Karena data yang salah atau tidak menggambarkan data secara empiris bisa
menyesatkan peneliti, sehingga dapat mempengaruhi dalam pengambilan kesimpulan
penelitian.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara yang
dikembangkan secara mendalam sesuai dengan pernyataan-pernyataan informan yang
dipandang masih relevan dengan topik penelitian, pedoman dokumentasi yang
fleksibel, dan pedoman observasi partisipan yang disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Dengan kata lain walaupun ada pedoman wawancara, pedoman dokumentasi,
dan pedoman observasi namun informan diberi kebebasan untuk melakukan atau
mengatakan sesuatu dengan bebas senyampang tersebut bisa menjadi data pendukung
atau bahkan data utama dalam penelitian. Selain itu insturmen penggalian data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa alat tulis, kamera, dan laptop
untuk mencatat data (dalam kondisi tertentu).
Karena penelitian
kualitatif adalah penelitian
yang salah satunya dicirikan dengan adanya penggalian emik, yaitu pandangan,
prespektif, penghayatan terhadap subjek yang diteliti terhadap realitas
(kenyataan). Maka peneliti tidak cukup sekedar pada tindakan pengamatan
‘semata’, tetapi juga dilakukan pengamatan terlibat atau peran serta serta
tinggal pada beberapa waktu yang memadai dalam latar penelitian. Selain itu
untuk penggalian emik peneliti juga harus dilakukan dengan cara wawancara yang
mendalam. Hal
ini agar peneliti bisa menemukan makna, alasan, dan pandangan secara personal
(intim) dari informan tentang mengapa ia melakukan tingkah laku seperti itu.
Sebagaimana menurut penjelasan Noeng Mohadjir tentang moral valaue dalam fenomenologi disebut dengan emik, sehingga dalam
logika interpretatif diperlukan alur pikir rasional empirik dan penggunaan
interpretasi atas fakta yang ada yaitu dengan penggunaan etik, emik, dan
noetik. Kriteria kebenaran yang dimiliki emik berada dalam wilayah pribadi
masing-masing, bersifat intrinsik, dan pengalaman personal. Sedang teori
kebenaran noetik adalah didasarkan pada kebenaran moral graas root, teori sadar kolektif, bawah sadar kolektif, dan tak
sadar kolektif.
Secara umum penggalian data ini dilakukan dengan cara
formal maupun luwes senyampang hal tersebut bisa menimbulkan kenyamanan bagi
informan dengan tidak mengganggu kesibukan informan. Cara ini dilakukan agar
bisa ditemukan data emik secara mendalam, sehingga informan mengungkapakan
segala endapan psikologis yang dimungkinkan tersimpan. Dengankata lain
penggalian emik sangat penting sebagai penguat atau pemerkokoh data yang
didapat dari informan sekaligus untuk dasar dilakukan triangulasi. Informasi
sekecil apapun baik dari hasil observasi partisipan, wawancara mendalam, dan
dokumentasi dari lokasi penelitian sangat berarti bagi penelitian sebagai bahan
dalam memperkaya data-data yang dimiliki oleh peneliti. Hal ini karena
diharapkan dalam pelaksanaan anilisis data tidak mengalami hambatan
keterbatasan data. Selain itu dengan data yang kaya juga bisa sebagai pembantu
peneliti dalam pencarian keabsahan data sebagai salah satu teknik triangulasi
sehingga konsekuensinya waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data cukup
lama.
Dalam penggalian data di penelitian ini terdapat bebarapa
kendala dan hambatan-hambatan di antaranya susahnya informan untuk diajak
ketemu ada yang memberikan alasan dan ada yang tanpa alasan jelas. Misalnya
Taufiqurroham sebagai Dosen PAI memberikan tanggapan telepon dari peneliti
berupa SMS kepada peneliti yang isinya ““Utk konsultasi skripsi smpean,bisa brkomunikasi
dg p.abdullah/bu lilik.utk saat ni sy blm bsa memastikn kpn plag k kdr,soaly
anak sy msih drawat di RS Sby.mksih.” dan
Lilik sebagai Dosen PAI saat ditelpon memberi jawaban salam kemudian berkata “Lewat
sms saja tidak terdengar,” kemudian di mengirim sms yang berisi “Ya sy masih
rapat di kemenag.”
Namun setelah itu tidak ada tindak lanjut di mana sms dan telepon dari peneliti
tidak dijawab olehnya. Kendala lain adalah ketidak tertariknya dosen PAI ketika
peneliti meminta ikut serta dalam jam kuliah sebagai metode observasi dalam
penggalian data.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya: