Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Tips Menentukan Judul Tesis: Modalitas Mahasiswa Semester Awal Program Pascasarjana (S2)



Oleh: A. Rifqi Amin



Bertesis, itu adalah kata yang tepat bagi anda yang masih eksis pada tahap penyelesaian tesis. Sebuah tanggung jawab akademik sekaligus tanggung jawab moral pada masyarakat. Tesis adalah karya seni yang dihasilkan dari proses penelitian, pengembangan gagasan, dan seni penulisan. Jika seorang mahasiswa Pascasarjana (S2) yang sudah di ujung semester akhir maka seakan-akan kata ‘tesis’ dijadikan sebagai pusat ketakukan, kecemasan, dan kejenuhan yang dicampur satukan. Hal ini terjadi salah satunya karena dari semester awal tidak dilakukan persiapan, minimal persiapan judul tesis. Padahal penentuan judul tesis dibuat tidak secara sembarangan atau asal-asalan, namun didasarkan pada alasan-alasan yang logis, praktis, dan akademis.



Topik lain:
Tulisan adalah Batu Nisan yang Tak Pernah Lapuk


Ada  dua jenis tesis yang selama ini masih umum digunakan yaitu tesis yang berdomain (wilayah) di lapangan atau lokasi penelitian yang meliputi penelitian kualitatif (derajat kualitas/sifat) serta kuantitatif (derajat kuantitas/jumlah) dan yang terfokus pada studi kepustakaan. Dari jenis tesis tersebut semuanya  memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu, diusahakan sebelum memilih judul dan membuat tesis alangkah lebih baik jika jauh hari (saat semester awal) sudah ada penetapan jenis penelitian apa yang akan digunakan. Hal ini sangat penting sebagai modalitas dalam memutuskan pemilihan judul atau topik penelitian apa yang akan diterapkan. 




Jika dijabarkan seperti jurusan yang masih ada pada masa SMA sekarang ini maka studi kepustakaan lebih cenderung pada jurusan Bahasa, penelitian kualitatif lebih cenderung pada IPS, dan kuantitatif lebih cenderung pada IPA. Pembedaan itu dilandaskan pada sebuah alasan yaitu karena studi kepustakaan memerlukan kemampuan mahasiswa dalam menguasai seni menganalisa bahasa (menulis, membaca, dan menerangkan kembali). Sedang penelitian kualitatif membutuhkan kemampuan dalam memahami fenomana sosial dengan cara-cara yang bisa diterima oleh ilmu sosial. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan bagian dari penelitian sosial. Dan penelitian kuantitatif memerlukan kecakapan dalam menghitung, meperkirakan kemungkinan-kemungkinan secara matematis (probabilitas), dan berkaitan dengan ilmu sains yang lebih cenderung bersifat kaku (tetap) atau sudah terumuskan sebelumnya.
Lebih lanjut, jika diketahui memiliki minat, bakat, dan keseriusan membaca buku (termasuk punya banyak buku, punya keahliaan dalam memahami buku, dan punya bakat dalam mengkritisi buku secara logis) sekaligus ahli menulis serta memiliki ruang khusus untuk menyelesaikan tesis maka disarankan agar memilih jenis tesis studi kepustakaan. Namun jika tidak, maka disarankan untuk memilih jenis penelitian lapangan yaitu memilih antara pendekatan kualitatif atau kuantitatif. Pemilihan antar ke dua hal tersebut juga memerlukan pertimbangan praktis dan akademis. Pertimbangan praktis adalah punya waktu luang, punya alat untuk mengumpulkan data, dan anggaran dana. Sedangkan pertimbangan akademis adalah pemilihan bakat atau kecenderungan pada ilmu sosial atau ilmu eksak (sains), pemahaman terhadap sebuah teori, dan pemahaman terhadap sebuah permasalahan. 


Jika tidak mempunyai waktu yang banyak dan tidak mengenal lokasi penelitian (lapangan) secara sosial fenomenologis maka disarankan untuk melakukan penelitian dengan pendekatan kuantiatif. Namun jika sebaliknya, bahkan juga memiliki kesanggupan untuk menggali data dengan cara-cara mendekati sumber data (informan) secara telaten dan rutin maka disarakan untuk memilih kualitatif. Sekali lagi ditekankan bahwa pemilihan antara studi kepustakaan, kuantitatif, dan kualitatif didasarkan pada dua faktor yaitu praktis (pragmatis-formalis) dan faktor akademis (idealis-fungsionalis). Jika penekanan pilihannya hanya didasarkan pada faktor akademis maka ditakutkan akan terjadi pembebanan ‘masalah’ besar pada peneliti pada sektor pembiayaan, waktu, dan pembanan fikirian (di luar kemampuan). Namun jika sebaliknya (hanya didasarkan pada faktor praktis) maka dikawatirkan hasil dari penelitian tersebut tidak memiliki kepantasan untuk dibaca secara akademis. Oleh karena itu, bagi peneliti pemula memilih jalan tengah yaitu dipengaruhi faktor praktis dan akadamis adalah keputusan yang bijak sebagai cara pembelajaran awal.




Alternatif lain selain peneleitian melalui pendekatan kuantitatif (murni) dan kualitatif (murni) juga bisa dilakukan peneletian campuran (mix method) yaitu pendekatan yang menggunakan kedua pendekatan tersebut. Sudah barang tentu, cara ini sangat sulit terutama bagi peneliti pemula yang belum tahu hakikat dari salah satu penelitian tersebut, atau bahkan belum tahu keduanya. Oleh karena itu, disarankan penggunaan metode ini digunakan oleh para peneliti yang sudah pernah melakukan peneletian kualaitatif sekaligus kuantitatif secara terpisah. Hal ini diharapkan agar metode campuran ini memang benar-benar dilakukan secarang seimbang dan proporsional atau tidak berat sebelah. 



Topik lain:
Motivasi Menulis



Setelah calon peneliti sudah mantap untuk menentukan pendekatan penelitian yang digunakan maka langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Dalam penentuan judul hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan petimbangan adalah meliputi:   


     1.    Topik atau tema yang menjadi objek penelitian; topik yang diangkat benar-benar masalah yang baru diangkat (walaupun pernah ada yang membahas tapi hendaknya secara fokus atau sudut pandang harus berbeda dengan penelitian sebelumnya), menguasi teori-teori mapan dari topik (punya banyak referensi dan menguasai secara praktek), tema yang diangkat benar-benar terjadi di lokasi penelitian secara nyata dan sangat mudah untuk dibuktikan dengan cara penggalian data (untuk kualitatif) dan kondisi responden beserta pejabat lembaga berwenang bersedia untuk mengisi angket (instrumen) dengan leluasa.


     2.    Lokasi penelitian; lokasi penelitian harus berada pada jangkauan peneliti baik terjangkau oleh kemampuan kuantitas maupun kualitas peneliti. Selain itu hendaknya peneliti harus mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan dalam melakukan penelitian di tempat tersebut.


     3.    Jenis penelitian; apakah jenis penelitian anda studi kasus, PTK, atau jenis penelitian yang lainnya?



Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan judul tesis khususnya untuk  penelitian lapangan adalah terdapat tiga unsur yang perlu dicermati yaitu tema (topik), ranah bidang keilmuan yang dikaji (misal dalam tesis bidang pendidikan adalah mengkaji manajemen, materi, kurikulum, atau pengambil kebijakannya), dan menemukan permasalah atau keunikan positif di lokasi penelitian. Sedang untuk penelitian kepustakan yang perlu diperhaitkan adalah apakah tema atau topik yang akan dikaji merupakan sesuatu yang belum pernah dilakukan pendalaman oleh siapapaun dan harus melihat ranah atau bidang keilmuan apa yang akan dikaji (misal dalam tesis pendidikan adalah tentang tokoh pendidikan, fenomena sejarah pendidikan, dan mengkritisi tentang teori atau gagasan dengan bentuk pembandingan).



Dengan demikian maka memilih judul Tesis bukanlah sebuah pekerjaan yang sulit.  Apakah tema atau topik penelitian yang akan dikaji adalah sesuatu yang benar-benar disukai, cocok dengan lokasi penelitian (jika penelitian lapangan), dan diyakini memiliki referensi banyak tentang hal itu. Semoga sedikit tips dari saya ini bisa membawa manfaat bagi para pembaca semua. Salam BANJIR EMBUN..

Tips (Sumber gambar indiatoday)





Baca tulisan menarik lainnya: