Sahabat Banjir Embun (Sabem) yang ingin melihat koleksi kami lainnya yang tidak terindeks di menu navigasi blog kami silakan lihat di bawah ini:
Beranda » Arsip untuk Oktober 2013
Rabu, 02 Oktober 2013
Kumpulan Video Banbun
Untuk melihat video Bikin Adem Panas pemainnya Anak-anak, Anak-Dewasa, Pelajar, Mahasiswa, dan koleksi terbaik kami lainnya silakan klik di sini
Jangan lupa kunjungi postingan "Daftar Isi (Menu Lengkap) Konten Blog *Banjir Embun*" untuk menemukan apapun yang dicari di situs ini. Baik itu cerita, foto, gambar, hingga video yang mantap-mantap atau asyik sekalipun.
Terima Kasih :) :)
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Foto Koleksi *BANJIR EMBUN*
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Motivasi Banbun
Mohon
maaf halaman ini masih dalam masa percobaan, silakan kunjungi halaman
ini kemudian hari. Kami masih memperbaiki sistem penataan blog ini agar
lebih baik dan lebih memanjakan para pengunjung setia BANJIR EMBUN
Terima Kasih :) :)
Untuk melihat Koleksi Motivasi Banjir Embun silakan klik di sini
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Satir dan Kritik Banbun
Mohon
maaf halaman ini masih dalam masa percobaan, silakan kunjungi halaman
ini kemudian hari. Kami masih memperbaiki sistem penataan blog ini agar
lebih baik dan lebih memanjakan para pengunjung setia BANJIR EMBUN
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Cerita Pendek Banbun
Mohon
maaf halaman ini masih dalam masa percobaan, silakan kunjungi halaman
ini kemudian hari. Kami masih memperbaiki sistem penataan blog ini agar
lebih baik dan lebih memanjakan para pengunjung setia BANJIR EMBUN
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Puisi Banbun
Mohon
maaf halaman ini masih dalam masa percobaan, silakan kunjungi halaman
ini kemudian hari. Kami masih memperbaiki sistem penataan blog ini agar
lebih baik dan lebih memanjakan para pengunjung setia BANJIR EMBUN
Terima Kasih :) :)
untuk melihat koleksi Puisi Banjir Embun silakan klik di sini
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Jurnal Ilmiah Banbun
Untuk membaca (membuka halaman website) atau mendownload tulisan di bawah ini silakan anda klik judul tulisannya.
Jurnal: TITIK SINGGUNG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PARADIGMA PENDIDIKAN INKLUSI (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS)
Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbudaya Nirkekerasan: Perspektif Interdisipliner
SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PERGURUAN TINGGI UMUM (Studi Kasus Di Universitas Nusantara PGRI Kediri)
Contoh Review Jurnal
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Artikel Ilmiah *Banjir Embun*
Untuk melihat koleksi artikel milik BANJIR EMBUN kalian bisa klik di sini.
Ada beberapa judul artikel yang bisa kalian nikmati.
Ada beberapa judul artikel yang bisa kalian nikmati.
Terima Kasih :) :)
Baca tulisan menarik lainnya:
Daftar Lengkap Skripsi Koleksi *Banjir Embun*
Untuk membuka, membaca, mendownload skrikpsi di bawah ini silakan anda klik judul tulisannya.
Baca tulisan menarik lainnya:
Kumpulan Tesis Koleksi *Banjir Embun*
Untuk membaca (membuka halaman website) atau mendownload tulisan di
bawah ini silakan anda klik judul tulisannya.
Baca tulisan menarik lainnya:
Kontak Kami *Banjir Embun*
Blog
Banjir Embun hadir membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Masyarakat. Sebagai wujud Pengabdian kami pada masyarakat. Kami Mengucapkan
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda. Bila butuh bantuan atau ada pertanyaan
silakan hubungi ke nomor 08563350350 atau kirim email ke: banjirembun@banjirembun.com subjek: BanjirEmbun Menjawab
Baca tulisan menarik lainnya:
Selasa, 01 Oktober 2013
MODERNISASI DAN PEMBARUAN DI DUNIA ISLAM (UPAYA PEMBARUAN DI DALAM BIDANG KEAGAMAAN)
MODERNISASI DAN PEMBARUAN DI DUNIA ISLAM
(UPAYA PEMBARUAN DI DALAM BIDANG KEAGAMAAN)
Baca tulisan menarik lainnya:
Syi'ah dan Sunni: Konflik Antara Buwaihi dan Saljuq
SYI’AH DAN SUNNI; KONFLIK ANTARA BUWAIHI DAN SALJUQ
Baca tulisan menarik lainnya:
Karakteristik Pendidikan yang Berkembang di Lingkungan Persaudaraan Sufi
Baca tulisan menarik lainnya:
JAWABAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012 MATA KULIAH “FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”
ihat
juga profil lengkap buku ke-2 A. Rifqi Amin berjudul "Pengembangan Pendidikan
Agama Islam: Reinterpretasi Berbasis Interdisipliner"
Link
Terkait buku A. Rifqi Amin:
Buku pertama A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun)
berjudul:
Rincian buku Sistem Pembelajaran PAI pada PTU:
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
BUKU-BUKU
KARYA A. RIFQI AMIN TERBEBAS DARI KEJAHATAN ILMIAH (UTAMANYA PLAGIASI)!!!
JAWABAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012
MATA KULIAH
“FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”
Oleh: Ainul Mahbubah
1.
Pendidikan Islam sebagai suatu system
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah dan Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi. Pendidikan Islam bila ditinjau dari segi kehidupan cultural umat
manusia merupakan salah satu alat pemberdayaan masyarakat yang dapat
difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia
(sebagai makhluk pribadi dan social) kepada titik optimal kemampuannya untuk
memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya
yang digali dari dalam Al-Qur’an dan Hadis meliputi empat pengembangan fungsi
manusia yaitu :
(1) menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya di tengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya, (2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakat, (3) menyadarkan manusia terhadap penciptaan alam dan mendorongnya untuk beribadah kepadaNya dan menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain serta memberi kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya. Dengan demikian fungsi dan peran pendidikan Islam tidaklah mudah untuk dilaksanakan.
Seringkali dalam pelaksanaannya menjumpai berbagai permasalahan, baik mulai dari permasalahan yang sangat sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, maupun masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan Islam juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin untuk dijawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam yaitu analisa filsafat. Maka dari itu Pendidikan Islam membutuhkan analisa filsafat Islam sebagai upaya berfikir secara sistematis, radikal dan universal tentang hakikat pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis untuk dapat memahami dan memecahkannya. Di antara persoalan yang muncul dalam pendidikan Islam yang membutuhkan analisa filsafat adalah hal-hal yang terkait dengan apakah hakikat, nilai guna, dan tujuan pendidikan Islam, siapa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, bagaimana kurikulum, metode dan asas penyelenggaraan pendidikan Islam.
(1) menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya di tengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya, (2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakat, (3) menyadarkan manusia terhadap penciptaan alam dan mendorongnya untuk beribadah kepadaNya dan menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain serta memberi kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya. Dengan demikian fungsi dan peran pendidikan Islam tidaklah mudah untuk dilaksanakan.
Seringkali dalam pelaksanaannya menjumpai berbagai permasalahan, baik mulai dari permasalahan yang sangat sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, maupun masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan Islam juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin untuk dijawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam yaitu analisa filsafat. Maka dari itu Pendidikan Islam membutuhkan analisa filsafat Islam sebagai upaya berfikir secara sistematis, radikal dan universal tentang hakikat pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis untuk dapat memahami dan memecahkannya. Di antara persoalan yang muncul dalam pendidikan Islam yang membutuhkan analisa filsafat adalah hal-hal yang terkait dengan apakah hakikat, nilai guna, dan tujuan pendidikan Islam, siapa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, bagaimana kurikulum, metode dan asas penyelenggaraan pendidikan Islam.
Dengan
demikian Hubungan antara filsafat Islam dengan Pendidikan Islam adalah sangat
erat tidak terpisahkan karena keduanya saling melengkapi ibarat satu keping
mata uang yang terdiri atas dua sisi.
Hubungan keduanya disamping mempunyai hubungan fungsional di mana filsafat Islam memberikan petunjuk dan arah bagi
pengembangan pendidikan Islam dengan mengacu pada teori-teori sebelumnya agar
bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan
kebutuhan hidup yang berkembang dalam
masyarakat., juga mempunyai hubungan yang bersifat suplementer
yang mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi
dua tugas normative ilmiah yaitu
kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan Islam, konsep tentang sifat
hakikat manusia serta konsep hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi
moral pendidikan, dan kegiatan
merumuskan system atau teori pendidikan .
2.
Perbedaan yang esensial antara teori-teori
pendidikan essensialisme, perenialisme, progressivisme, rekonstruksi social dan
eksistensialisme adalah sebagai berikut
No
|
Teori
|
Tujuan Pendidikan
|
Kurikulum
|
Peranan Guru
|
1
|
Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak
pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama (teruji oleh waktu),
sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
|
Menyampaikan warisan
budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dapat
bertahan sepanjang waktu. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur inti (essensi) sebuah
pendidikan.
|
Bercorak Vokasional
yang menekankan pada pembinaan kemampuan berpikir dan kecakapan dalam
berbahasa, membaca, menulis, sastra, berhitung, sejarah, sains, seni dan
musik
|
Guru sebagai
narasumber, coach (pelatih) dan fasilitator dalam pembelajaran.
Guru sangat kuat dalam
mempengaruhi dan menguasai kegiatan di kelas serta sebagai contoh/panutan
dalam pengawasan nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan/gagasasan. Disamping
itu guru berperan untuk mengembangkan potensi “Self Discovery” siswa.
|
2
|
Perenialisme
berpandangan bahwa program pendidikan berorientasi pada potensi dasar agar
kebutuhan yang ada pada setiap manusia dapat terpenuhi
|
Tujuan pendidikan
untuk mereal isasikan kapasitas dalam tiap individu manusia sehingga menjadi
aktualitas. Orientasi pendidikan ditujukan kepada kebahagiaan melalui pe ngem
bangan kemampuan-kemampuan kerohanian seperti emosi, kognisi serta jasmani
manusia.
|
Kurikulum cenderung
“Subject Centered Curriculum”, materi yang diajarkan mengarah pada
kepentingan dan kebutuhan subjek didik dalam menumbuhkembangkan potensi
berpikir kreatif yang dimiliki siswa. Mata pelajaran yang dikembangkan adalah
ilmu pasti, ilmu alam (sains), tata bahasa dan seni yang dapat mengajarkan anak berpikir ilmiah/
logis dan abstrak.
|
Guru sebagai motivator
dan fasilitator dalam pembelajaran. Di samping itu
Guru harus mempersiapkan
peserta didik ke arah kematangan intelektualnya karena dengan intelektualnya
peserta didik dapat hidup bahagia.
|
3
|
Progressivisme
berpandangan bahwa pendidikan harus berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah
pada pelatihan ketrampilan motorik dan kemampuan berpikir secara sistematis
melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisa, pertimbangan dan
pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternative yang paling memungkinkan
untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
|
Pendidikan bertujuan untuk melatih anak
supaya nantinya dapat bekerja secara sistematis, mencintai kerjaan, dan
bekerja dengan otak dan hati
|
Kurikulum yang
bersifat terbuka dan luwes (fleksibel) yaitu kurikulum Eksperimental atau
bertipe Broad Field Curiculum yaitu penyajian
kurikulum dengan mengkorelasikan antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lain dan biasanya terjadi secara insidentil, dapat disesuaikan dengan
kebutuhan atau problema yang bermakna bagi anak. Mata pelajaran terintegrasi
dalam bentuk unit/mata pelajaran terpadu (IPS Terpadu, IPA Terpadu), kertakes.
|
Guru menjadi
motivator, dan inspirator dalam pembelajaran.
Guru selalu siap untuk
memodifikasi berbagai metode dan strategi pembelajran dalam pengupayaan
ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan yang menjadi kecenderungan
dalam suatu masyarakat.
|
4
|
Rekonstruksi Sosial
berpandangan bahwa pendidikan harus dapat memberikan perubahan pada siswa
juga masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman
|
Membangkitkan
kesadaran para peserta didik tentang masalah social ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global dan mengajarkan kepada mereka
ketrampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
|
Kurikulum bertipe
“Core Curriculum” memberikan pendidikan umum yang berisi pengalaman yang
diperlukan anak dalam mengatasi kesulitan pribadi dan soal masa depannya,
serta materi yang berorientasi pada bidang-bidang kebutuhan hidup manusia /
masyarakat di masa depan di antaranya kebutuhan social ekonomi dan politik
serta materi yang berkaitan dengan minat dan pengalaman anak misalnya
berkaitan dengan kesehatan dan pertumbuhan jasmani, kegiatan social dan
rekreasi dan sebagainya
|
Guru sebagai conselor dan motivator .Dalam hal ini guru membuat para peserta didik
menyadari masalah yang dihadapi umat manusia, membantu mereka mengenali
masalah-masalah tersebut
|
5
|
Eksistensialisme mengutamakan
perorangan / individu. Aliran ini menekankan agar masing-masing individu
diberi kebebasan mengembangkan potensinya secara maksimal dan menuntut adanya
system pendidikan yang beraneka warna dan berbeda-beda, baik metode
pengajarannya maupun penyusunan keahlian-keahlian.
|
Mengembangkan semua
potensi setiap peserta didik sehingga bisa eksis
|
Kurikulum bertipe
“Integrated Curriculum” yang didasarkan pada pengalaman dan minat anak,
memadukan antara semua mata pelajaran dengan mementingkan pengetahuan social
dan ketrampilan social seperti music, seni, syair, menulis dan berpidato,
cerita, drama dan filsafat.
|
Guru sebagai
fasilitator dan motivator yang melindungi dan memelihara kebebasan akademik.
|
3.
Wilayah kajian Filsafat Pendidikan Islam dan hal
yang membedakannya dengan filsafat pendidikan pada umumnya.
Wilayah
Kajian Filsafat Pendidikan Islam dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:
a.
Secara Makro wilayah kajian filsafat Pendidikan
Islam sama dengan wilayah kajian filsafat umum meliputi :
§
Kosmologi merupakan pemikiran yang berhubungan
dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan
Tuhan, proses kejadian dan perkembangan
hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
§
Ontologi merupakan pemikiran tentang masalah
asal kejadian alam semesta dari mana asalnya, bagaimana proses penciptaannya
dan kemana akhirnya. Pemikiran ontology pada akhirnya akan menentukan bahwa ada
sesuatu yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu bersifat
kebendaan (materi) atau bersifat kerohanian (immateri), apaka ai
banyak/berbilang atau tunggal/esa.
§
Epistimologi merupakan pemikiran tentang apa dan
bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh, apakah dari akal pikiran,
apakah dari pengalaman inderawi, apakah dari perasaan/illustrasi, apakah dari
Tuhan.
§
Aksiologi merupakan pemikiran tentang masalah
nilia-nilai, misalnya nilai moral, etika, estetika, nilai religious dan
sebagainya.
b.
Secara Mikro wilayah kajian Filsafat Pendidikan
Islam adalah factor-faktor atau komponen yang ada dalam proses pelaksanaan
pendidikan Islam yang didasarkan pada ajaran Islam antara lain :
§
Tujuan Pendidikan merupakan masalah sentral
dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan,
penyelenggaraan pendidikan menjadi acak-acakan, tanpa arah, bahkan bisa sesat
atau salah langkah. Oleh karena itu perumusan tujuan dengan tegas dan jelas, menjadi inti dari seluruh pemikiran
pedagogis dan perenungan filosofi
§
Pendidik. Keberadaan pendidik dalam dunia
pendidikan sngat krusial karena kewajibannya yang tidak hanya
mentransformasikan pengetahuan (knowledge) belaka, namun juga dituntut
menginternalisasikan nila-nilai (value)
Islam pada peserta didik. Dalam konteks pendidikan Islam pendidik
disebut murabbi, muallim, muaddaib, mudarris, muzakki dan ustadz.
§
Peserta Didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi
pendidikan yang memiliki potensi, kebutuhan dan sifat-sifat yang perlu
diperhatikan serta beberapa dimensi yang perlu dikembangkan. Sistem Pendidikan
Islam berupaya membentuk peserta didik yang beriman, memiliki pribadi utama dan
seimbang dalam keseluruhan dimensi kehidupan peserta didik.
§
Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan
yang sangat berperan dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan. Selain
memuat tujuan pendidikan yang ingin
dicapai dan sejumlah pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik, di dalam kurikulum juga harus dimuat metode dan
cara-cara mengajar serta metode dan cara
penilaian yang digunakan untuk mengukur dan menilai hasil proses pendidikan.
Kurikulum pendidikan Islam seharusnya disusun dengan berdasarkan pada agama, dasar falsafah,
dasar psikologis dan dasar social.
§
Lingkungan Pendidikan merupakan suatu institusi
atau kelembagaan di mana pendidikan berlangsung. Lingkungan tersebut akan
sangat mempengaruhi terhadap kelangsungan proses pendidikan. Dalam system
pendidikan Islam lingkungan yang baik adalah suatu lingkungan yang di dalamnya
terdapat ciri-ciri ke-islaman sehingga memungkinkan bagi terselenggaranya
pendidikan Islam dengan baik.
Berdasarkan uraian di muka dapat diketahui bahwa beberapa hal yang
membedakan antara Filsafat Pendidikan Islam dengan Filsafat pendidikan umum
adalah:
Filsafat pendidikan umum tergantung pada teori
dan system pemikiran semata. Sedangkan filsafat pendidikan Islam didasarkan
kepada pemikiran yang bersumber dari wahyu Ilahi.
Prinsip berpikir radikal dalam filsafat
pendidikan umum member makna pada pemikiran tanpa adanya batas. Sementara dalam
filsafat pendidikan Islam, berpikir secara radikal memberikan makna kebebasan
manusia untuk berpikir yang dibatasi oleh kebenaran wahyu.
Para filosof pendidikan umum dalam berpikir
cenderung menimbulkan keraguan yang sulit untuk dikompromikan. Masing-masing
teori berupaya untuk mempertahankan pendapatnya sebagai kebenaran. Pengaruh ini
melahirkan sejumlah aliran dalam filsafat umum seperti empirisme, nativisme,
pragmatism dan sebagainya. Sebaliknya filosof pendidikan Islam, berupaya
menghindarkan diri dari keraguan yang bersifat mendasar, karena dalam berpikir
para filosof mendasarkan diri kepada kebenaran wahyu. Dengan pendekatan ini
menjadikan teori kebenaran yang dikemukakan mengandung kebenaran yang hakiki
dan universal, bukan kebenaran yang bersifat relative dan spekulatif yang
tergantung kepada ruang dan waktu.
4.
Seorang guru/pendidik dan tenaga kependidikan
Islam (seperti Kepala Sekolah/Kepala Madrasah) harus memahami filsafat
pendidikan Islam. Setidaknya ada tiga alasan umum yang dapat dikemukakan di
sini yaitu:
·
Berbagai masalah pendidikan khususnya dalam
pendidikan Islam selalu timbul dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian ahlinya
masing-masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
suatu bangsa dan masyarakat secara lahir
& batin. Banyak tulisan yang dilahirkan oleh para pemikir dan tak
jarang satu pemikiran mempengaruhi pemikiran yang lain. Gagasan dan solusi yang
berlandaskan filsafat sering timbul dari
para pemikir ini. Oleh karena itu, filsafat pendidikan perlu dipelajari.
·
Orang yang mempelajari filsafat pendidikan Islam
akan memiliki pandangan-pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang
ditemukan secara empiris atau eksperimental oleh ilmu pengetahuan. Dari sini,
ia diharapkan memiliki bekal untuk meninjau masalah-masalah pendidikan Islam secara kritis.
·
Dengan berlandaskan pada asas bahwa berfilsafat
adalah berpikir logis, runtut, teratur, dan kritis, maka berfilsafat pendidikan
berarti memiliki kemampuan intelektual dan akademik. Dengan demikian
mempelajari filsafat berarti mengandung optimism dalam membentuk pribadi pendidik
yang baik
Adapun contoh penerapan pentingnya
memahami filsafat pendidikan Islam bagi pendidik
dan kepala madrasah adalah:
v
Bagi Pendidik dengan memahami filsafat
pendidikan Islam dapat membantunya dalam
pengambilan kebijakan dalam rangka membentuk tradisi intelektual yang Islami (membaca, menulis, meneliti dan berdiskusi
serta berkarya), dapat membuat
program-program kegiatan yang sesuai dengan pengembangan diri peserta didik bersendikan
nilai-nilai ajaran Islam.
v
Memahami tentang metafisika berarti para
pendidik mengetahui hakekat dunia dan manusia termasuk di dalamnya hakekat anak
sehingga para pendidik dapat memperlakukan peserta didiknya sesuai dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, dapat memberikan motivasi kepada peserta
didik dengan tepat.
v
Memahami tentang Epistimologi, membantu para
pendidik dalam memahami kurikulum Pendidikan Islam dan aspek-aspek yang di
dalamnya. Para pendidik dapat mengetahui mana materi yang perlu untuk diberikan kepada peserta didiknya, pendekatan atau metode dan media apa yang
tepat untuk digunakan, agar dapat
mengembangkan daya pikir dan daya
kreativitas peserta didiksecara optimal.
v
Memahami tentang Aksiologi membantu para
pendidik dalam mengenalkan nilai-nilai pendidikan yang Islami. Pendidik dapat
mengintegrasikan seluruh mata pelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai
Islam ke dalam rancangan pembelajaran (Silabus dan RPP) sehingga nilai-nilai
Islam tidak hanya sekedar terintegrasikan secara indirect integration melainkan
secara tersurat (direct integration) dan terencanakan dalam seluruh komponen
pembelajaran
Sedangkan bagi Kepala
Sekolah/Madrasah pemahaman tentang filsafat pendidikan dapat membantu dalam merumuskan visi &
misi madrasah yang diterapkankan dalam penyusunan rancangan program kegiatan di
sekolah/madrasah sebagai berikut:
v
Peningkatan profesionalitas pendidik dan tenaga
kependidikan dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan
tugas-tugas mereka. Dalam hal ini Kapala Madrasah dapat menjalin kerjasama dengan
MGMP dan Dinas terkait
v
Pendekatan penataan suasana madrasah dengan
menciptakan suasana madrasah yang agamis, religious, nasionalis, demokratis,
adil dan gotong royong serta suasana yang sarat pesan-pesan Illahiyah dan penuh
kebersamaan. Implikasi susana madrasah dapat diwujudkan melalui penataan unsur
fisik dan non fisik yang ada di lingkungan madrasah.
v
Pendekatan penataan suasana sekitar madrasah
agar menjadi lingkungan yang kondusif bagi proses interaksi yang positif antara
siswa dengan lingkungan di luar sekolah, baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat. Dalam hal ini Kepala Madrasah perlu menjalin kerjasa
sama dengan Komite Madrasah, Tokoh Masyarakat (TOMAT), Tokoh Agama (TOGA),
DUDI, Orang tua dan dinas terkait.
v
Pengembangan Program Ekstrakurikuler berbasis
nilai-nilai Islam. Agar pembudayaan nilai-nilai Islam melalui pengembangan
program ekstrakurikuler dapat berjalan sesuai dengan visi, misi dan program
madrasah, maka kepala madrasah perlu merumuskan kerangka acuan kerja pembinaan
bagi masing-masing ekskul yang dikembangkan. Adapun kerangka acuan kerja
pembinaan tersebut minimal berisikan tentang Standar Operasional Prosedur (SOP)
pembinaan, nilai dasar Islam yang wajib dikembangkan dan kurikulum pembinaan
yang berbasis kepada nilai-nilai Islam, sehingga arah pembinaan dan
pengembangan setiap ekskul mengarah kepada visi, misi, program dan core value
yang menjadi way of life dan budaya madrasah melalui pengadaan
kegiatan-kegiatan seperti ROHIS, OSIS, Pramuka, Bela Diri, seni dan musik.
5.
a. Penjelasan pandangan-pandangan dasar dari
tipologi pemikiran (filsafat) Pendidikan Islam adalah :
1.
Tipologi Perenial-Esensialis Salafi
Dengan menonjolkan wawasan kependidikan Islam era Salaf, tipologi ini
berpandangan bahwa pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya melestarikan dan
mempertahankan nilai-nilai (Illahiyah dan Insaniyah), kebiasaan dan tradisi
masyarakat salaf (era kenabian dan sahabat) karena masyarakat salaf dipandang
sebagai masyarakat yang ideal.
2.
Tipologi Perenial-Esensialis Mazhabi
Dengan menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan
berkecenderungan untuk mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin, serta
pola-pola pemikiran sebelumnya yang dianggap sudah relative mapan, tipologi ini
berpandangan bahwa pendidikan Islam berfugsi sebagai upaya mempertahankan dan
mewariskan nilai, tradisi dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya
tanpa mempertimbangkan relevansinya dengan konteks perkembangan zaman dan era
kontemporer yang dihadapinya.
3.
Tipologi Modernis
Dengan menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang bebas dan modifikatif,
progresif dan dinamis dalam menghadapi dan merespons tuntutan dan kebutuhan
dari lingkungannya, tipologi ini berpandangan bahwa pendidikan Islam berfungsi
sebagai upaya melakukan rekonstruksi pengalaman yang terus menerus, agar dapat
berbuat sesuatu yang intelligent dan mampu mengadakan penyesuaian kembali
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dari lingkungan pada masa sekarang.
4.
Tipologi
Perenial-Esensialis Kontekstual Falsifikatif
Dengan melakukan kontekstualisasi serta uji falsifikasi wawasan
kependidikan masa lalu dan mengembangkannya pada masa sekarang sehingga selaras
dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan
social yang ada, tipologi ini berpandangan bahwa pendidikan Islam
berfungsi sebagai upaya mempertahankan
nilai-nilai (Illahiyah dan Insaniyah) dan sekaligus menumbuhkembangkannya dalam
konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan social yang
ada.
5.
Tipologi Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Dengan menonjolkan sikap pro-aktif dan antisipatif terhadap tugas-tugas pendidikan, tipologi ini
berpandangan bahwa pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya menumbuhkan
kreativitas peserta didik, memperkaya khazanah budaya manusia, memperkaya isi
nilai-nilai insane dan Illahi, serta menyiapkan tenaga kerja produktif.
b.
Contoh-contoh Fenomena Empirik pelaksanaan
pendidikan Islam yang terkait beberapa tipologi di atas sebagai berikut :
1.
Tipologi Perenial-Esensialis Salafi dicontohkan
dengan :
Ø
Pengembangan kurikulum PAI yang menekankan pada
materi yang bersumber dari doktrin-doktrin agama, kitab-kitab klasik, serta
materi pelajaran yang mengutamakan aspek kognitif
Ø
penerapan beberapa metode pembelajaran yang
masih bersifat tradisional seperti
ceramah, dialog (tanya jawab), diskusi, dan pemberian tugas
Ø
Managemen kelasnya lebih diarahkan pada
pembentukan karakter, keseragaman dan bersifat kaku.
2.
Tipologi Perenial-Esensialis Mazhabi dicontohkan
dengan :
Ø
Membangun konsep pendidikan Islam melalui kajian
terhadap khazanah pemikiran pendidikan
Islam karya para Ulama periode terdahulu meliputi tujuan pendidikan, kurikulum
atau program pendidikan, hubungan pendidik dengan peserta didik, metode
pendidikan maupun lingkungan pendidikan (konteks belajar) yang dirumuskan.
Ø
Bahkan merujuk atau megadopsi produk-produk
pemikiran pendidikan dari cendekiawan non-Muslim terdahulu tanpa dibarengi
dengan daya kritis yang memadai
3.
Tipologi Modernis dicontohkan dengan :
Ø
Diterapkannya dikotomi ilmu dalam system
pendidikan kita. Adanya pembedaan antara pendidikan agama yang diorientasikan
pada pemahaman dan pengalaman ajaran agama yang bermuara pada persoalan akidah,
syariah, dan akhlaq. Sedangkan pendikan umum diorientasikan pada penguasaan
ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi, budaya dan seni modern.
Ø
Pendidikan agama disampaikan sekedar transfer
pengetahuan (aspek kognitif) semata, kurang ditekankan pada aspek afektifnya.
Ø
Pengembangan model kurikulum madrasah melalui
integrasi mata pelajaran agama dengan mata pelajaran, pengintegrasian imtaq
dalam proses pembelajaran, dalam memilih bahan ajar dan integrasi dalam memilih
media pembelajaran.
4.
Tipologi Perenial-Esensialis Kontekstual
Falsifikatif dicontohkan dengan :
Ø
Sikap mengkaji
kembali pemikiran ulama terdahulu, bilamana masih ada yang relevan dengan
kondisi kekinian dan masa mendatang akan
tetap dilestarikan, sebaliknya bagi yang kurang relevan akan ducarikan
alternative lainnya atau dilakukan
rekonstruksi tertentu dalam pendidikan masyarakat Muslim kontemporer.
Ø
Masih diterapkannya konsep-konsep pendidikan Islam
yang lama dalam system pendidikan, selain penerapan konsep-konsep pendidikan Islam terbaru.
5.
Tipologi Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
dicontohkan dengan :
Mewujudkan
lembaga madrasah sebagai change agency untuk melakukan perubahan dalam social
budaya masyarakat melalui pengembangan budaya agama dalam komunitas madrasah
dengan lingkungan sekitarnya mencakup tiga tataran yaitu tataran nilai yang
dianut, tataran praktik keseharian, dan tataran symbol-simbol budaya.
Ø
Pada tataran nilai yang dianut perlu dirumuskan
secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu dikembangkan di
madrasah, untuk selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas bersama di antara
semua warga madrasah dan masyarakat sekitar terhadap nilai-nilai yang
disepakati.
Ø
Dalam tataran praktik keseharian, nilai-nilai
keagamaan yang telah disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan
perilaku keseharian oleh semua warga madrasah dan masyarakat sekitar.
Ø
Dalam tataran simbol-simbol budaya, dengan
mengganti symbol-simbol budaya yang kurang sejalan dengan ajaran dan
nilai-nilai agama dengan symbol budaya yang agamis
c.
Perbandingan pemikiran tipologi di atas dengan pemikiran (filsafat) pendidikan pada
umumnya adalah
·
Dalam konteks pemikiran (filsafat) pendidikan
umum yang lebih dekat dengan tipologi Perenial-Esensialis Salafi adalah
perenialisme dan essensialisme, terutama dilihat dari wataknya yang regresif
dan konservatif keduanya sama-sama
hendak mempertahankan nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat terdahulu. Hanya
saja Perenialisme menghendaki agar kembali kepada jiwa yang menguasai abad
pertengahan, sedangkan model pemikiran tekstualis salafi menghendaki agar
kembali ke masyarakat salaf (era kenabian dan sahabat). Adapun Essensialisme menghendaki pendidikan
yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam
kebudayaan, dan nilai-nilai hendaklah sampai kepada manusia melalui sivilisasi
dan yang telah teruji oleh waktu.
·
Dalam konteks pemikiran (filsafat) pendidikan
umum yang lebih dekat dengan tipologi Perenial-Esensialis Madzhabi adalah
perennialisme dan essensialisme juga karena wataknya sama-sama tradisional yang
regresif dan konservatif. Keduanya berusaha mempertahankan dan mewariskan
nilai, tradisi dan budaya serta praktik pendidikan terdahulu dari generasi ke
generasi berikutnya tanpa mempertimbangkan relevansinya dengan konteks
perkembangan zaman dan era kontemporer. Hanya saja pada tipologi tradisional
madzhabi ini cenderung untuk mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin tertentu
yang dianggap sudah relative mapan.
·
Dalam konteks pemikiran (filsafat) pendidikan
umum yang lebih dekat dengan tipologi Modernis adalah progressivisme terutama
dalam hal wataknya yang menginginkan sifat bebas dan modifikatif. Aliran ini beranggapan bahwa praktek system pendidikan
terdahulu hanya sesuai pada zamannya, dan sudah tidak relevan untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan dan perubahan-perubahan social pada zaman sekarang.
Sedangkan pemikiran pendidikan Islam yang modernis memiliki sikap yang
progresif, dinamis dan sikap bebas modifikatif dalam pengembangan pendidikan
Islam menuju kea rah kemajuan pendidikan
Islam yang diridhai olehNya.
·
Dalam konteks
pemikiran (filsafat) pendidikan Islam dengan tipologi Neo Modernis yang mengumandangkan jargon
“al-Muhafazah ‘ala al-Qadim al-Salih wa
al-Akhzu bi al-Jadid al-Aslah”, yakni memelihara hal-hal yang baik yang telah
ada sambil mengembangkan nilai-nilai baru yang lebih baik, tersirat adanya
unsure perennialisme dan essensialisme yakni sikap regresif dan konservatif
terhadap nilai-nilai yang telah dibangun dan dikembangkan oleh pemikir dan
masyarakat terdahulu. Selain itu juga tersirat adanya sikap dinamis dan
progresif serta rekronstruktif walaupun tidak bersifat radikal. Dengan demikian
tipologi neo modernis sejalan dengan pemikiran filsafat umum perennialisme,
essensialisme dan rekonstruktifisme.
·
Dalam konteks pemikiran (filsafat) pendidikan
pada umumnya tipologi Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid mempunyai
kecenderungan progresivisme dan pragmatism yang beranggapan baik dan benar
terhadap semua cara yang dapat mengantarkan pada kemanfaatan, sementara menurut
Islam, tidak semua yang bermanfaat tersebut baik dan sesuai dengan nilai-nilai
agama yang dapat mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan tertinggi dari
kehidupan materi (lahiriyah) maupun immateri (bathiniyah). . Pragmatisme terpusat pada kekinian meskipun
tidak berarti menafikan masa mendatang, bahkan menganggapnya tidak penting.
Sementara dalam filsafat pendidikan Islam terpusat pada manusia dalam
keberadaannya dan dalam semua masanya (masa lalu, sekarang dan masa depan). Dengan
demikian perubahan sosial itu mutlak diperlukan seiring perkembangan zaman,
selama perubahan itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang relative yaitu
nilai baik dan buruk, benar dan salah, bermanfaat atau tidak bermanfaat menurut
pertimbangan cultural masyarakat. Sedangkan dalam Islam mengacu pada
nilai-nilai muthlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis.