Lihat
juga profil lengkap buku ke-2 A. Rifqi Amin berjudul "Pengembangan Pendidikan
Agama Islam: Reinterpretasi Berbasis Interdisipliner"
Link
Terkait buku A. Rifqi Amin:
Buku pertama A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun)
berjudul:
Rincian buku Sistem Pembelajaran PAI pada PTU:
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
BUKU-BUKU
KARYA A. RIFQI AMIN TERBEBAS DARI KEJAHATAN ILMIAH (UTAMANYA PLAGIASI)!!!
Oleh:
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa
(Penulis adalah Alumni Mahasiswa Pascasarjana (S2) STAIN Kediri Tahun 2013)
Sumber foto: Koleksi Pribadi Agus Pugoh Santoso
Proses pembentukan
sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses belajar
ini dapat terjadi karena interaksi pengalaman-pengalaman pribadi seseorang
dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa, dengan cara
menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang
telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar
social; yaitu proses dimana individu memperoleh informasi, tingkah laku atau
sikap baru dari orang lain.[1]
Dengan pengertian lain sikap terbentuk karena adanya stimulus.
Terbentuknya sikap banyak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar individu.
Misalnya keluarga, norma yang berlaku, agama dan adat istiadat. Karena itu
sikap seseorang tidak selamanya menetap. Ia dapat berkembang manakala mendapat
pengaruh baik dari dalam dirinya maupun dari luar yang bersifat positif dan
mengesankan.
Berkaitan dengan proses pembentukan dan perubahan sikap, Linda mengatakan
bahwa sikap dapat dibentuk melalui proses pengamatan, kondisioning operant atau
kondisioning respondent dan jenis belajar kognitif.[2] Dari
ketiga cara tersebut, kondisioning operant merupakan cara yang efektif dalam
mebentuk dan merubah sikap. Hal ini didasarkan karena ketika
sikap dipaksa oleh sebuah pengalaman, bukan hanya oleh apa yang didengar, maka
akan lebih mudah diakses, lebih memiliki daya dorong dan lebih cenderung
memunculkan tindakan nyata. [3]
Adapun Sarlito menjelaskan bahwa sikap dapat dibentuk melalui empat macam
pembelajaran, yaitu;[4]
a.
Pengkondisian klasik; yaitu proses pembelajaran
dapat terjadi ketika suatu stimulus selalu diikuti oleh stimulus yang lain,
sehingga stimulus yang pertama menjadi suatu isyarat bagi adanya stimulus yang
kedua.
b.
Pengkondisian instrumen; proses pembelajaran terjadi
ketika suatu prilaku mendatangkan hasil yang menyenangkan, sehingga prilaku
tersebut akan cenderung untuk diulang-ulang dan begitu sebaliknya
c.
Belajar melalui pengamatan; proses pembelajaran
dengan cara mengamati perilaku seseorang, yang kemudia dijadikan contoh untuk
berperilaku serupa.
d.
Perbandingan sosial; proses pembelajaran dengan
membandingkan diri sendiri dengan orang lain, untuk mengecek apakah pandangan
kita mengenai suatu hal itu benar atau salah.
Secara lebih kompleks, Bimo Walgito menjelaskan bahwa pembentukan sikap
yang ada dalam diri seseorang akan dipengarui oleh faktor internal, berupa fisiologis
dan psikologis, serta faktor eksternal yang bisa berupa situasi yang dihadapi
individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, dan hambatan-hambatan atau
pendorong-pendorong yang ada dalam masyatakat.[5]
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Alex Sobur bahwa;
Pada dasarnya pembentukan sikap tidak
terjadi dengan sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam
interaksinya dengan manusia atau objek tertentu. Interaksi sosial di dalam
maupun di luar kelompok bisa mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru…
selain itu faktor intern di dalam diri manusia itu, yaitu selektivitasnya
sendiri, daya pilihannya sendiri atau minat perhatiannya untuk menerima atau
menolak berbagai pengaruh yang datang dari luar.[6]
Dari paparan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa sikap bukanlah
sesuatu yang dibawa sejak lahir. Sikap bisa dibentuk dan dirubah sesuai dengan
keadaan dan pengondisian tertentu, yaitu melalui proses belajar. Karena sikap
seseorang itu terbentuk dari hasil belajar, yaitu dengan mempelajari hasil dari
adanya interaksi dengan manusia atau dengan lingkungannya. Maka dengan adanya
interaksi ini menyebabkan munculnya reaksi dari dalam diri individu, yang
berfungsi menyeleksi rangsangan tersebut, antara menerima atau menolak, yang
pada akhirnya akan menimbulkan sikap baru.
Melihat adanya proses penyeleksian yang dilakukan oleh individu terhadap
pengalaman-pengalaman baru, ini menunjukkan meskipun sikap dipengaruhi oleh
banyak faktor dari luar, akan tetapi yang sangat berperan dalam pengambilan
keputusan yang menyebabkan terjadinya sebuah perilaku adalah faktor dari dalam
individu itu sendiri.
Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan David G
Myer bahwa sikap kita memperidiksi perilaku kita ketika kita meminimalisasi
pengaruh hal lain terhadap pernyataan sikap kita dan perilaku kita, ketika
sikap tersebut secara spesifik relevan dengan perilaku dan ketika sikap
tersebut cukup kuat atau teguh.[7]
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pembentukan dan Perubahan Sikap"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*