KORELASI
ANTARA SIKAP SISWA KEPADA GURU DENGAN AKTIVITAS BELAJAR
SISWA DI SMPN 1 PLOSOKLATEN TAHUN AJARAN 2012 / 2013
Oleh:
Agus Puguh Santosa
Sumber foto: Koleksi Pribadi Agus Pugoh Santoso
Link terkait halaman ini:
Contoh BAB I Tesis Kuantitatif
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan
diuraikan tentang; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesa penelitian, kajian penelitian terdahulu, asumsi penelitian, kegunaan
penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian serta penegasan istilah.
A.
Latar Belakang Masalah
Upaya pemerintah didalam memperhatikan
masalah pendidikan sangatlah besar. Tidak hanya kepada pendidik tetapi juga
kepada anak didik. Terhadap pendidik, pemerintah terus berupaya meningkatkan
kesejahteraannya. Pemerintah terus meningkatkan gaji tenaga pendidik, terlebih bagi mereka yang
sudah masuk dalam klasifikasi tenaga pendidik yang bersertifikasi. Bagi anak
didik, pemerintah telah mengadakan program sekolah dasar gratis. Dimana sekolah
dibiayai dan difasilitasi oleh negara. Belum lagi usaha pemerintah dalam
pembangunan dan peningkatan fasilitas pendidikan. Hal ini merupakan bukti
keseriusan pemerintah didalam memperhatikan masalah pendidikan. Karena
pemerintah sadar bahwa anak didik adalah generasi penerus bangsa. Generasi yang
akan berperan didalam membangun negara ini dimasa yang akan datang. Makanya
pendidikan terus diperhatikan dan difasilitasi guna lebih memudahkan didalam
mencapai tujuan.
Dalam pasal 3
undang-undang RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Pendidikan adalah salah satu upaya manusia
dalam membentuk pribadi seseorang agar lebih baik dari sebelumnya. Pribadi yang
dimaksud adalah pribadi yang selaras dengan konsep menurut Islam yaitu pribadi
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Sebagaimana yang terdapat dalam
surah Ali-Imran ayat 110.
Artinya : “Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
kepada yang munkar dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali-Imran : 110)[2]
Untuk mencapai
tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya banyak sekali faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilannya. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam (faktor
intern) dan berasal dari luar (faktor ekstern). Faktor ekstern meliputi faktor
lingkungan dan non lingkungan. Sedangkan faktor intern meliputi aspek
psikologis dan fisiologis. Aspek fisiologis mencakup
faktor jasmani sedangkan aspek psikologis meliputi kecerdasan, minat, motivasi
dan sikap siswa.[3]
Sikap merupakan proses evaluasi
yang sifatnya subjektif yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat
diamati secara langsung. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan,
perasaan dan kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap objek sikap. Jadi
kita dapat mengukur kedalaman sikap seseorang terhadap suatu objek melalui
pengetahuannya, perasaannya, dan bagaimana ia memperlakukan objek tersebut.[4]
Jadi sikap siswa merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan yang
sangat penting terhadap keberhasilan individu dibanding ketiga faktor lainnya. Karena sikap merupakan
suatu proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek. Sikap
merupakan titik awal individu dalam merespon suatu objek. Bagaimana tanggapanya
terhadap suatu objek, apakah ia benci atau senang atau apakah ia suka atau
tidak, ini adalah peranan dari sikap yang nantinya akan berakibat terhadap
perbuatan yang akan ditampilkannya.[5]
Sehingga bermula dari faktor sikap ini akan dapat terlihat bagaimana motivasi
dan minatnya terhadap sesuatu yang akan berakibat terhadap peningkatan
kecerdasannya.
Hal ini sejalan
dengan teori konsistensi kognitif afektif yang dikemukakan oleh Rosenberg
tentang perubahan sikap. Teori ini mengatakan bahwa hubungan antara komponen
kognitif dan afektif dalam pembentukan sikap akan selalu berjalan konsisten.
Sikap tidak hanya mencakup pengetahuan tentang objek saja, tetapi juga
kepercayaan antara objek dengan nilai yang ada dalam diri subjek. Penilaian yang
muncul dalam diri seseorang akan menimbulkan sikap positip atau negatif
terhadap objek sikap sehingga akan berpengaruh terhadap prilakunya dalam
menghadapi objek.[6] Dengan
demikian berdasarkan teori ini maka dapat diartikan bahwa sikap positif siswa
terhadap pendidik akan menjadikan anak didik lebih berperilaku aktif dalam mengikuti
proses pembelajarannya.
Jika dikaitkan
dengan prestasi, menurut David McClelland dalam teorinya needs for achievement (kebutuhan untuk berprestasi), dikemukakan
bahwa untuk membuat sebuah pekerjaan bisa berhasil, yang paling penting adalah
sikap terhadap pekerjaan tersebut.[7]
Hal ini menandakan bahwa sikap siswa terhadap penting tidaknya arti belajar bagi
dirinya akan berpengaruh terhadap proses belajarnya. Dengan kata lain, bagi
siswa yang memandang bahwa belajar itu adalah suatu yang penting, maka ia akan
lebih giat dan aktif dalam menjalaninya dan begitupun sebaliknya.
Begitupun dengan
keaktifannya, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga merupakan salah satu
faktor dari penentu keberhasilan proses belajarnya. Karena menurut Slameto, “pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi
melakukan kegiatan. Yang berarti melakukan aktifitas. Makanya keaktifan
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar.”[8]
Aktivitas siswa dapat dilihat dari dua
aspek, yaitu
aspek fisik dan psikis. Dari aspek fisik, keaktifan belajar siswa di sekolah
dapat dilihat dari keaktifannya hadir di sekolah, rajin mencatat, mendengarkan,
membaca, mengerjakan tugas dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Sedangkan ketika berada di rumah siswa dituntut untuk belajar dan mengerjakan
tugas-tugas rumahnya. Hal ini dilakukan agar nantinya siswa memiliki prestasi yang
baik. Apalagi jika dikaitkan dengan pembelajaran dengan kurikulum yang berbasis
CBSA (cara belajar siswa aktif), dimana bukan guru yang berperan aktif dalam
proses pembelajaran, tetapi siswalah yang dituntut untuk berperan aktif. Mengingat peranan pendidik hanyalah sebagai
pendorong, pembimbing dan pemberi fasilitas belajar siswa guna mencapai
tujuannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Slameto bahwa guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas
belajar siswa untuk mencapai tujuan.[9]
Dari aspek psikis, keaktifan siswa dapat
dilihat dari prilakunya, caranya berfikir, motifasinya, minatnya, sikapnya dan
lain sebagainya. Sehingga dengan keaktifannya di dalam proses belajar akan
membentuk kebiasaan-kebiasaan yang positif dan akan menghasilkan
prilaku-prilaku yang baik, sehinga terbentuklah anak-anak didik yang memiliki
ketrampilan dan kecerdasan serta akhlak dan budi peketi yang luhur sesuai
dengan tujuan dari pendidikan kita.
Dengan kata lain pendidikan diharapkan
mampu menciptakan anak didik yang berprestasi baik dibidang akademis atau non
akademis. Di bidang akademis anak diharapkan menjadi anak yang memiliki
kepandaian dan kecerdasan serta ketrampilan, dan dari segi non akademis anak
diharapkan memiliki kepribadian dan budi pekerti yang luhur serta akhlakul
karimah.
Saat ini pendidikan dinilai belum begitu berhasil
dalam upaya mendidik anak didik. Penilaian ini didasarkan atas rendahnya mutu
hasil pendidikan yang dapat terlihat dari output pendidikan yang belum sesuai
dengan apa yang diharapkan. Sebagai contoh masih kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan siswa lulusan, yang berakibat siswa kurang memiliki kepribadian
yang mantab dan kemandirian. Sehingga siswa cenderung menggantungkan nasibnya
pada orang lain tanpa mau berusaha untuk mandiri. Dilain sisi, hasil pendidikan
belum mampu menjadikan anak didik agar memiliki akhlak yang luhur. Terbukti
dengan banyaknya pemberitaan mengenai kasus-kasus kejahatan. Seperti pencurian,
pemerkosaan, tawuran, pembunuhan dan lain-lain yang subjek pelakunya adalah
anak pelajar.
Kenyataan ini jika terus dibiarkan akan
semakin merugikan. Tidak hanya bagi pemerintah, yang sudah begitu banyak
mengucurkan dana guna keberhasilan pendidikan, tetapi juga bagi anak didik
selaku penerus masa depan bangsa. Dimana para generasi muda menjadi tidak akan
siap di dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Adanya lulusan yang memiliki sikap seperti
ini, dimungkinkan karena pada waktu mengikuti pembelajaran anak didik memiliki
prestasi yang kurang bagus. Baik prestasi akademis atau non akademisnya. Dan kurang baiknya prestasi
anak didik dikarenakan ketidakaktifannya dalam mengikuti pembelajaran.
Ketidakaktifan anak didik ini dimungkinkan karena adanya faktor tidak suka
terhadap mata pelajaran yang disajikan atau tidak adanya sikap positip kepada
guru pengajarnya.
Dalam proses belajar mengajar di SMPN I
Plosoklaten, keberagaman pribadi guru menyebabkan sikap siswa terhadap guru
yang satu dengan yang lainnya berbeda sesuai pula dengan seleranya. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran yang diikutinya. Untuk guru yang sesuai dengan selera siswa, maka
proses pembelajaran akan sangat kondusif. Tetapi jika siswa merasa tidak cocok
dengan guru yang mengajarnya maka akan muncul prilaku-prilaku negatif seperti;
anak didik cenderung ramai, sering keluar kelas, bolos saat pelajaran-pelajaran
tertentu atau muncul perasaan tertekan dan terpaksa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Hal ini jika tidak diperhatikan secara
sungguh-sungguh akan menimbulkan adanya hambatan-hambatan lain dalam proses
belajarnya. Yang berakibat akan menurunkan prestasi akan didik. Dan jika terus
dibiarkan maka akan berakibat pada output lulusan yang tidak berkualitas.
Sehingga akan merugikan anak didik itu sendiri, orangtuanya, sekolahnya dan
yang lebih luas adalah negara sebagai penyelenggaranya.
Melihat kenyataan inilah maka penulis
ingin mengangkat masalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dikarenakan pengaruh
sikap siswa kepada guru, maka penulis ingin meneliti dengan judul penelitian korelasi
antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajar siswa di SMPN I
Plosoklaten.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sikap siswa kepada guru
SMPN I Plosoklaten ?
2.
Bagaimana keaktifan belajar siswa
SMPN I Plosoklaten ?
3.
Adakah korelasi antara sikap siswa
kepada guru dengan aktivitas
belajarnya di SMPN I Plosoklaten ?
4.
Jika ada,
sejauh mana korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan
aktivitas belajarnya di SMPN I Plosoklaten ?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.
Sikap siswa kepada guru SMPN I Plosoklaten.
2.
Keaktifan belajar siswa SMPN I Plosoklaten.
3.
Korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya di SMPN
I Plosoklaten.
4.
Keadaan korelasi
antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya di SMPN
I Plosoklaten.
D.
Hipotesa Penelitian
Hipotesis
merupakan pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang
dikemukakan[10]. Sedangkan
Arikunto mengatakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul.[11] Secara
umum hipotesa dibagi menjadi dua bagian, yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis
nol. Suatu hipotesis sangat diperlukan mengingat keberadaannyalah yang akan
dapat mengarahkan penelitian.[12] Dengan
kata lain, hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di
lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.
Sedangkan
tipe hipotesis berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi; hipotesis
deskriptif dan hipetesis korelasional (asosiasi). hipotesis deskriptif adalah
hipotesis yang menyatakan karakteristik (eksistensi, ukuran, besar, atau
bentuk) objek yang menjadi fokus suatu penelitian menurut variabel tertentu.
Sedangkan hipotesis korelasional (asosiasi) adalah hipotesis yang menyatakan
hubungan antara dua atau lebih variabel yang bisa berupa hipotesis kausal atau
komparative.[13]
Adapun
dalam penelitian ini, peneliti akan berupaya melakukan pembuktian terhadap
suatu hipotesis untuk diuji kebenarannya. Berdasarkan pembagian hipotesis
tersebut maka hipotesis nol dalam penelitian ini adalah:
Ho :
Sikap siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong rendah
Ho :
Aktivitas belajar siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong rendah
Ho :
Tidak ada korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan
aktivitas belajarnya di SMPN I Plosoklaten
Sedangkan hipotesis alternatif dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha :
Sikap siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong tinggi
Ha :
Aktivitas belajar siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong tinggi
Ha :
Ada korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya di SMPN I Plosoklaten
E.
Kajian Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penyusunan tesis ini, maka penulis berusaha melakukan
kajian kepustakaan terhadap penelitian terdahulu yang ada relevansi terhadap
tema yang akan diteliti, diantaranya:
1.
Mufidatul Munawaroh, mahasiswa
fakultas psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 2007. Skripsi yang
berjudul “hubungan antara sikap siswa
terhadap fullday school dengan
motivasi belajar siswa MTs Surya Buana
Malang”.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan dasar teori (teori Rosenberg
& Hovlang) yaitu jika seseorang
diberikan suatu stimulus dalam bentuk apapun maka secara simultan akan
memberikan arah sikap bagi individu
(yang berdasar tiga ranah, diantaranya afek, kognisi dan
perilaku/konasi) untuk memperlihatkan respons-respons yang berbeda-beda arah.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa terhadap
fullday school dengan motivasi belajar siswa MTs Surya Buana Malang, dilakukan
melalui jalan researct pada siswa MTs Surya Buana Malang. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan adanya hubungan positif dan signifikan ( hitung r =
0,410> table r = 0,213) antara sikap siswa terhadap fullday school dengan motivasi belajar siswa
MTs Surya Buana dengan proporsi ralat sebesar 0,000 dengan korelasi sebesar
0,410 pada taraf signifikan 5%.
2.
Yanuar Surya Putra, Dosen Tetap
STIE AMA Salatiga; penelitian yang berjudul “hubungan
antara motivasi belajar dan sikap mahasiswa stie ama salatiga dalam perkuliahan
dengan stress sebagai variabel kontrol”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan dasar teorinya Vroom
(1964) tentang cognitive theory of motivation yang menjelaskan mengapa
seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat ia inginkan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara motivasi belajar
dengan sikap mahasiswa STIE AMA Salatiga dalam perkuliahan dengan stress
sebagai variabel kontrol. Penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa Secara
signifikan terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan sikap mahasiswa
STIE AMA Salatiga dalam perkuliahan ( nilai t-hitung = 5,361 > nilai t-tabel
= 1,994). Meskipun terjadi hubungan yang sedang atau tidak terlalu kuat (r =
0,539) tetapi arah hubungannya adalah positif karena nilai korelasinya positif,
artinya semakin tinggi motivasi belajar maka semakin baik sikap mahasiswa dalam
perkuliahan.
3. I Wayan Pariawan,
mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Pendidikan Ganesha. Skripsi yang berjudul “pengaruh sikap bahasa siswa terhadap proses pembelajaran
bahasa indonesia sebuah kajian terhadap siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nusa Penida”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif yang
bertujuan untuk memberikan gambaran dan penjelasan mengenai (1) sikap bahasa
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nusa Penida, (2) pengaruh antara sikap bahasa siswa
terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
siswa memiliki sikap yang cukup positif terhadap bahasa Indonesia, dan sikap
bahasa memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran.
4.
Sukadi. mahasiswa program Pascasarjana program studi
PKLH (Kekhususan Pendidikan Lingkungan Hidup) Universitas Negeri Makasar. Tesis
yang berjudul “hubungan antara persepsi dan
sikap siswa terhadap lingkungan fisik sekolah dengan prestasi belajar siswa SMU
Negeri di Kota Makassar”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan dasar teorinya Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) yang mengatakan
bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seseorang
individu. Oleh karena tiap-tiap orang memberi arti kepada stimulus,
pengorganisasian stimulus, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasikan
dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi dan sikap siswa terhadap
lingkungan fisik sekolah dengan prestasi belajar SMU Negeri di Kota Makassar. Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa persepsi dan sikap siswa terhadap lingkungan
fisik sekolah berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar siswa SMU
Negeri, baik secara simultan maupun secara parsial.
5.
Dina mariyana, 2009. mahasiswa
jurusan PAI Fakurltas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Skripsi yang “berjudul
hubungan antara persepsi siswa tetnang sikap mengajar guru PAI dengan prestasi
belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 4 Pandak bantul Yogyakarta”. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui adakah
hubungan antara persepsi siswa tentang sikap mengajar guru PAI dengan prestasi
belajar PAI sisiwa kepas VIII SMPN 4 Pandak Bantul Yogyakarta dan menghasilkan
kesimpulan adanya hubungan yang posistif signifikan antara sikap mengajar guru
PAI dengan prestasi belajar PAI sisiwa kepas VIII SMPN 4 Pandak Bantul
Yogyakarta dengan koefisien korelasi 0,437 dan koefisien determinasi sebesar
0,19. yang berarti semakin baik sikap guru dalam mengajar, maka akan semakin
tinggi pula prestasi belajar PAI siswa.
Penekanan penelitian dalam penelitian-penelitian
di atas
adalah; bahwa
dalam penelitian
mufidatul munawaroh menekankan pada
sikap siswa terhadap lamanya proses belajar yang dikaitkan
dengan motivasi. Sedangkan dalam penelitian Yanuar Surta Putra, ditekankan pada motivasi siswa yang
dihubungan dengan sikapnya dalam mengikuti pelajaran dengan variabel stress
sebagai pengontrolnya. Adapaun penelitian I wayan Pariawan menekankan pada
sikap berbahasa
siswa yang dikaitkan dengan proses pembelajaran bahasa Indonesia. Dan dalam penelitian
Sukadi ditekankan pada persepsi dan sikap siswa terhadap lingkungan fisik
sekolah yang dikaitkan dengan prestasi belajar. Sedangkan Dina Mariyana lebih
menekankan pada persepsi siswa terhadap sikap mengajar guru yang dikaitkan
dengan prestasi belajar siswa.
Melihat hal tersebut, belum
ada satupun dari penelitian yang penulis ketemukan yang membahas tentang sikap
siswa kepada guru dan hubungannya dengan aktivitas belajarnya. oleh Karena itu
penulis ingin meneliti tentang hubungan antara sikap siswa kepada guru dengan
aktivitas belajar siswa di SMPN 1 Plosoklaten.
F.
Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Asumsi
adalah suatu pernyataan yang dapat diuji kebenarannya secara empiris.[14]
Adapun penelitian ini didasarkan atas asumsi sebagai berikut:
1. Aktivitas seorang siswa dalam proses pembelajaran
dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah sikapnya. Sikap yang
berhubungan dengan penilaiannya baik terhadap dirinya sendiri, guru, teman,
materi pelajaran atau lingkungan tempatnya belajar. Dengan penilaiannya yang
positif maka siswa akan termotivasi untuk belajar dengan giat karena siswa bisa
memandang segala sesuatu dari segi kemanfaatannya. Hal ini menunjukkan bahwa
sikap siswa berpengaruh terhadap aktivitasnya dalam kegiatan pembelajaran.
2. Siswa yang memandang bahwa belajar itu adalah
suatu hal yang penting maka dalam proses belajarnya, ia akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mendapatkan pengetahuan yang sebaik-baiknya dan
berusaha seaktif mungkin menjalani pengalaman barunya guna keberhasilan belajarnya.
3. Guru adalah sosok manusia yang memiliki
kewajiban untuk membimbing, mengajar dan mendidik anak didik. Guru yang
baik senantiasa mengerti tentang kemauan
anak didiknya dan juga mampu memotivasi anak didik agar senantiasa aktif dalam
kegiatan belajarnya.
G.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :
1.
Kegunaan teoritis
a.
Sebagai sumbangan penting dan
memperluas wawasan bagi kajian ilmu pendidikan dalam menentukan kriteria
seorang guru, sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mengembangkan
penelitian guru ideal yang bisa menarik sikap posistif siswa.
b.
Memberikan sumbangan penting dan
memperluas kajian ilmu pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan prestasi
belajar.
c.
Menambah konsep baru yang dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu
pendidikan.
2.
Secara praktis
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi para guru SMPN I
Plosoklaten, sehingga para guru berusaha untuk menjadi guru yang dapat menarik
sikap positif anak didik dan berusaha untuk meningkatkan keaktifan siswa saat
mengikuti proses pembelajaran guna keberhasilan proses belajar mengajar.
H.
Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah Penelitian
Adapun
ruang lingkup dan pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi :
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang diduga
berpengaruh terhadap keberadaan variabel terikat.[15]
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap siswa kepada guru, yaitu kontelasi
komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap objek (guru).[16]
Dengan kata lain adalah unsur-unsur yang membentuk sikap siswa kepada guru yang
dapat meningkatkan aktivitas belajarnya.
2. Variabel terikat
Variable terikat adalah variabel yang diharapkan
timbul akibat adanya pengaruh variabel bebas.[17]
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa, yaitu
segala aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.[18] Dalam
kontek ini adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.
3.
Penegasan Istilah
Untuk
memperoleh pemahaman yang tepat mengenai judul dalam penelitian ini dan untuk
menghindari segala bentuk kesalahpahaman, berikut ini akan diuraikan maksud
dari judul tersebut.
1. Korelasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korelasi
diartikan sebagai hubungan timbal balik atau sebab akibat.[19]
Sedangkan Ulber Silalahi menyatakan bahwa hubungan atau korelasi yang menimbulkan
perubahan dalam satu variabel, yang diikuti oleh perubahan dalam variabel
lainnya.[20]
Dalam kontek ini, korelasi diartikan sebagai
hubungan yang meyebabkan perubahan variabel secara bersamaan. Dengan kata lain,
perubahan variabel aktivitas belajar siswa terjadi disebabkan karena perubahan
variabel sikap siswa kepada guru.
2. Sikap siswa kepada guru
Sikap siswa kepada guru adalah kontelasi
komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap guru.[21]
Dalam kontek penelitian ini, sikap siswa kepada
guru diartikan sebagai penilaian siswa SMPN I Plosoklaten yang menimbulkan
kecenderungan untuk berprilaku kepada guru SMPN I Plosoklaten.
3. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa adalah segala aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.[22]
Kemudian dalam kontek ini aktivitas belajar
diartikan sebagai seluruh kegiatan siswa SMPN I Plosoklaten dalam usaha untuk
merubah dirinya ke arah yang lebih baik dari sebelum.
Secara
keseluruhan judul penelitian ini mempunyai pengertian, penelitian guna mencari
tahu hubungan antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya di SMP
Negeri I Plosoklaten.
[1] SISDIKNAS RI no 20 tahun
2003, (http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf)
[2] DEPAG RI, Alqur’an dan terjemahny (Surabaya: CV
Jaya Sakti, 1989), 94.
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), 133.
[4] Sarlito W Sarwono, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba
Hunaika, 2009), 83
[5] Ibid., 82 – 83.
[6] Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial
(Yogyakarta: Andi Offset, 2011), 68.
[7] Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia,
2003), 284.
[8] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajat Mengajar (Jakarta:
Raja Grafindo, 2001), 93.
[9] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 97.
[10] Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), 38
[11] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010) , 110.
[12] Ibid, 112 – 123.
[13] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 166-168
[14] Ibid, 37.
[15] Jalaludin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1997), 12
[16] Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia,
2003), 358
[17] Ibid.
[18] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhiny, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 2
[19] Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Empat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), 734.
[20] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung:
Refika Aditama: 2010) 143.
[21] Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia,
2003), 358
[22] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhiny, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 2
terimah kasih y pak skripsinya, dan saya juga mau tanya apa judul ini dua variabel atau 3 variabel Pengaruh karakteristik Guru dan lingkungan kerja terhadap kinerja guru di.....
BalasHapus