Terima
kasih, blog Banjir Embun telah dipercaya untuk digunakan sebagai referensi
karya tulis oleh beberapa akademisi dan calon ilmuwan muda. Berikut puluhan BUKTI blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat ilmiah (ilmuwan):
<< Puluhan bukti blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat luas >>
<< Puluhan bukti blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat luas >>
Lihat juga profil lengkap buku ke-2 A. Rifqi Amin berjudul "Pengembangan Pendidikan Agama Islam: Reinterpretasi Berbasis Interdisipliner"
BUKU-BUKU KARYA A. RIFQI AMIN TERBEBAS DARI KEJAHATAN ILMIAH (UTAMANYA PLAGIASI)!!!
Buku A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun) berjudul:
Rincian buku:
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Isi Lengkap Buku
Contoh Glosarium Buku
Contoh Indeks Buku
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Isi Lengkap Buku
Contoh Glosarium Buku
Contoh Indeks Buku
Oleh: A. Rifqi Amin
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Sistem Pembelajaran PAI
1. Pengertian Sistem Pembelajaran PAI
Sistem pembelajaran PAI merupakan sebuah rangkain dari beberapa kata yang
digabungkan menjadi satu. Setiap kata dari rangkain tersebut secara bahasa dan
istilah punya arti tersendiri dan secara independen bisa dibentuk makna yang
utuh. Oleh karena itu sebelum pembahasan tentang arti sistem pembelajaran PAI
secara utuh maka dipandang perlu terlebih dahulu ditelusuri makna perkata dari
rangkain tersebut diantaranya adalah kata sistem,
pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, sistem
pembelajaran, pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, dan secara utuh terbentuk rangkaian kata sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Menurut Lorens Bagus kata ‘sistem’ berasal dari bahasa Inggris yaitu system dan bahasa Yunani systema yang tersusun dari dua kata yaitu syn yang berarti ‘dengan’ dan
istanai berarti ‘menempatkan’. Sedangkan dalam satu kata utuh, kata systema punya arti tentang keseluruhan
yang tersusun dari bagian-bagian atau komposisi. Diacukan pada penjelasan tersebut
maka secara istilah kata sistem memiliki pengertian “kumpulan hal-hal yang
disatukan ke dalam suatu keseluruhan yang konsisten karena saling terkait
(interaksi, interdependensi, saling keterkaitan yang teratur dari
bagian-bagiannya).”[1]
Maka dapat disimpulkan dalam setiap tatanan ‘sistem’ pasti terdapat
sebuah komponen-komponen yang berperan dalam penyuksesan kinerja organisasi atau
tatanan tersebut. Namun tentu kinerja dari salah satu komponen itu perlu
didukung oleh komponen yang lain agar terjadinya prinsip efektif dan efisien. Sebagaimana
menurut Lauralee Sherwood serta menurut Campbell,
N.A. dkk. yang dinyatakan dalam terminologi bidang biologi ada beberapa
istilah ‘sistem’ yang digunakan sebagai penjelas tentang organisasi kinerja dari
beberapa organ dalam tubuh manusia misalnya dalam tubuh terdapat sistem reproduksi, sistem pencernaan, dan
sistem pernapasan. Sebagai contoh pada sistem pernapasan terdapat komponen
(organ tubuh) yang berperan utama yaitu paru-paru serta komponen lain sebagai
pendukung yaitu bulu hidung untuk menjaga kebersihan udara yang masuk ke
paru-paru dan rongga hidung yang berlendir untuk menjaga suhu udara yang masuk
agar stabil (sesuai dengan kekuatan paru-paru). Dengan demikian tidak ada
sistem dalam tubuh manusia bekerja tersendiri dan kesehatan tubuh tergantung
pada semua sistem tubuh dalam berinteraksi.[2]
Kata sistem juga digunakan dalam istilah ‘Sistem Pendidikan Nasional’
yang pengertiannya adalah “keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”[3] Adapun
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata sistem dimiliki banyak arti di
antaranya adalah pertama; suatu perangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga terbentuk suatu totalitas, kedua; susunan yang teratur dari pandangan,
teori, asas, dan sebagainya, dan yang ketiga;
sebuah metode. Namun dalam kamus tersebut di dalamnya juga ada penjelasan arti
dari istilah “sistem pengajaran” yang bermakna sistem proses, perbuatan, cara penyamaan
arah, jarak, dan sebagainya.[4] Oleh
karena itu berdasarkan dari seluruh pembahasan di atas secara garis besar dapat
disimpulkan kata sistem berdefinisi beberapa rangkaian (satu kesatuan) komponen
yang saling terjadi pendukungan satu sama lain untuk tercapainya sebuah tujuan
secara terorganisir.
Sedangkan arti pembelajaran adalah proses mental
dan emosional, serta berfikir dan merasakan. Seseorang pembelajar dikatakan
melakukan pembelajaranan apabila pikiran dan perasaannya aktif.[5]
Berbeda menurut Ahmad Sabri disampaikan tentang orang
yang sudah aktif terlibat pada
proses pembelajaran diharapkan akan bisa merasa lebih bahagia, lebih pantas dalam pemanfaatan alam sekitar, penjagaan kesehatan, peningkatan pengabdian untuk ketrampilan, dan berhasil dalam pengimplementasian pembedaan
(terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan proses pembelajaran).[6] Dengan demikian dalam pembelajaran
peserta didik ditekankan punya kesadaran, motivasi, dan kondisi yang dimungkinkan
untuk terjadinya interaksi antara peserta didik terhadap sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.[7] Lebih jauh peserta didik diharapkan
terlatih pada pembiasaan diri dalam pemecahan masalah dan mampu terbiasa dalam
penggunaan empati beserta logikanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan
pembelajaran bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di dalam kelas yang sangat
formal dan kaku.
Lebih lanjut jika antara kedua kata yaitu sistem dan pembelajaran dikombinasikan menjadi satu menjadi ‘sistem
pembelajaran’ maka menurut Oemar Hamalik sistem pembelajaran dimiliki arti
“suatu kombinasi yang terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan.”[8] Dari
beberapa pembahasan sebelumnya dapat ditarik garis lurus bahwa kata sistem
pembelajaran bermakna rangkaian beberapa komponen atau unsur-unsur materi,
manusia, dan ilmu (cara/metode) yang bersatu dalam implementasi prosedur
tertentu agar tercapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu apabila salah
satu komponen tidak bisa bergerak sesuai yang diharapkan, menjadi berdampak
dampak secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi komponen lain
sehingga bisa terjadi perubahan tatanan kinerja sistem pembelajaran yang telah
berjalan mapan.
Meskipun sebenarnya secara
tersirat tanpa kata ‘sistem’ pada istilah ‘pembelajaran’ secara otomatis sudah
terdapat sebuah tatanan sistem di dalamnya. Hal ini nampak dalam pembelajaran
sudah terdapat komponen-komponen penyusun misalnya pendidik, peserta didik,
media pembelajaran, dan komponen penting lainnya. Pendapat di atas didukung
oleh argumentasi Laila Nusibat, sebenarnya kata pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena di dalamnya sudah terkandung komponen yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.[9]
Namun demikian pendapat ini bisa dikesampingkan karena lebih banyak referensi
lain yang kokoh dalam penggunaan istilah’sistem pembelajaran’ dari pada hanya
istilah ‘pembelajaran’ yang berfungsi untuk pemertegas dalam pembahasan yang
lebih mendalam.
Selanjutnya untuk pendalaman
tentang makna PAI, bahwasanya secara terminologi kata Pendidikan Agama Islam dimiliki
pengertian sebuah kajian ilmu yang menjadi materi ajar serta bertujuan agar
peserta didik mampu dalam penerapan nilai-nilai Islam secara sadar (tanpa
paksaan dari orang lain) yang meliputi nilai ibadah, nilai humanisme,
keselamatan (kemaslahatan), nilai patriotisme (nasionalisme), dan nilai-nilai
kedamaian dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten. Hal ini berarti setelah
peserta didik aktif dalam pembelajaran PAI diharapkan bisa termotivasi,
tergugah, dan sadar dalam pengimplementasian nilai-nilai universalisme ajaran Islam
secara konsisten dengan segenap logika atau alam pikirnya serta alam
spiritualitasnya. Analisis tentang Pendidikan Agama Islam di atas didasarkan
pada pendapat Syukri Fathuddin disampaikan PAI adalah “upaya Pendidikan Agama
Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi jiwa, motivasi bahkan
dapat dikatakan way of life seseorang.”[10]
Didasarkan pada semua rangkaian penjelasan di atas maka dapat disimpulkan sistem
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebuah tatanan dari beberapa
komponen pembelajaran yang terorganisir, saling terkait, dan di dalamnya termuat
nilai-nilai agama Islam secara universal sebagai pedoman berperilaku, berfikir,
dan berkehendak dalam perjalanan hidup sampai mati.
[1]Lorens
Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta:
Gramedia, 1996), 1015.
[2]“Fisiologi
Manusia,” Wikipedia, http://
www.id.wikipedia.
org/wiki/Fisiologi_manusia, diakses tanggal 12 Juni 2013.
[4]Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
950-951.
[5]R.
Ibrahim, dkk., Kurikulum dan Pembelajaran
(Jakarta: Rajawal, 2011), 125.
[8]Oemar
Hamalik, Perencanaan Pengajaran: Berdasarkan Pendekatan Sistem (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1990), 12.
[9]Laila Nusibad, “Manajemen Proses Pembelajaran Pada Sekolah
Kejuruan (Studi Kasus Di SMK Negeri 4 Malang),” dalam http:// karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/18498, diakses
tanggal 05 Mei 2012 pukul 19.30 WIB.
[10]Syukri
Fathuddin, “Pendidikan Islam,” dalam Din
al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, ed. Yudiati
Rahman (Yogyakarta: UNY Press, 2008), 130.
Sangat hebat....
BalasHapus