BAB I
A. Konteks Penelitian
Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum (PTU)
merupakan mata kuliah yang sangat penting bagi pembentuk kepribadian dan karakter
mahasiswa, sehingga diharapkan tujuan utama PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam PTU tidak hanya terfokus pada pemprosesan mahasiswa dari yang belum paham tentang agama dijadikan lebih paham, dari yang belum mampu
dalam penerapan dijadikan lebih mampu, dan dari yang belum taat dalam penerapan
keagamaan menjadi lebih taat. Namun lebih dari sekedar itu,
PAI adalah penanaman
nilai-nilai keislaman secara utuh dan universal dalam diri mahasiswa. Selain
itu PAI juga punya peran dalam penenaman nilai-nilai
karakter yang dinyatakan dalam perilaku melekat sehingga menjadi pedoman hidup. Bukan hanya pedoman hidup dalam beribadah
secara normatif, namun juga pedoman hidup dalam menghadapi permasalahan kehidupan yang semakin dinamis serta
adanya fenomena laju modernitas sebagai akibat
dari perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi yang semakin pesat. Salah satunya ditandai dengan
fenomena manusia
dalam berlomba-lomba untuk pemenuhan kebutuhan gaya hidup yang ‘ideal’
menurut kekinian.
Mahasiswa
dipandang sebagai manusia yang sudah pada tahap pencapaian kematangan
(kedewasaan) secara fisik, psikologis, dan cara berfikirnya. Mereka sudah mampu
secara rasional pada dirinya sendiri dalam penentuan sikap, pengambilan
keputusan, dan pengolahan terhadap resiko untuk setiap permasalahan yang
dihadapi. Maka tentulah cara belajar antara di perguruan tinggi dengan di
sekolah sangatlah berbeda karena berbeda pula suasana lingkungan belajar,
strategi, dan bentuk tuntutan tugas-tugasnya. Selain itu yang menjadi ciri
utama di perguruan tinggi adalah adanya kegiatan-kegiatan berupa pengabdian
masyarakat dan penelitian ilmiah. Semua kegiatan itu diperlukan kematangan pola
fikir ilmiah yang harus dimiliki mahasiswa. Lebih detailnya mahasiswa sebagai
pembelajar di perguruan tinggi punya perbedaan jenjang, usia, dan tingkatan
kedewasaan berfikir yang lebih matang jika dibandingkan dengan pembelajar lain
yang berada di tingkat pendidikan menengah seperti SMA, MA, SMK, dan MAK
terlebih lagi pada tingkat pendidikan dasar seperti SMP, MTs, MI, dan SD atau
bentuk lain yang sederajat. Hal ini selaras dengan pendapat Hisyam Zaini dkk. yang
dikemukakan tentang “pembelajaran untuk mahasiswa di perguruan tinggi
seyogyanya dibedakan dengan proses pembelajaran untuk siswa sekolah menengah.”[1]
Oleh karena itu sebagaimana juga disampaikan oleh Yahya Ganda bahwa sistem
pembelajaran di perguruan tinggi harus dibedakan dengan sistem pembelajaran di pendidikan
tingkat menengah dan dasar.[2]
Sebagai upaya pendalaman pembahasan tentang mahasiswa maka menurut Agus M. Hardjana semua pengarahan dan masukan dari dosen kepada mahasiswa sebaiknya diolah dan dikaji penuh pendalaman (klarifikasi), serta mahasiswa seharusnya tidak sangat tergantung dan total dipengaruhi oleh pengarahan dan pemikiran dosen.[3] Hal yang semakna disampaikan oleh E. P Hutabarat bahwa bahan atau materi pembelajaran ilmu pengetahuan umum yang disajikan oleh dosen harus dikritisi oleh mahasiswa, yang mana bahan pembelajaran merupakan sebuah ‘fakta’ yang masih bisa berubah karena sebuah materi tersebut dilahirkan berdasarkan dari penelitian. Oleh karena itu dosen bukan sekedar alat penyampai informasi, namun juga dilakukan penyampaian dan pemeriksaan kembali oleh dosen terhadap dasar serta alasan kepada mahasiswa kenapa informasi tersebut harus dipercayai. Dengan asumsi mahasiswa harus aktif dalam pencarian referensi atau sumber ilmu lain yang berperan dalam peningkatan keilmuan. Walau demikian seharusnya sikap kritis dan rasional mahasiswa ini tidak menjadi sebuah ancaman bagi dosen PAI, malah sebaliknya menjadi sebuah tantangan bagi dosen PAI dalam pengembangan materi PAI sehingga bisa menjadi kajian keilmuan yang menarik seperti halnya ilmu pengetahuan umum.[4]
Hal
tersebut hampir sama esensinya sebagaimana menurut Andreas Anangguru Yewangoe menyampaikan
tentang sosok mahasiswa adalah seorang yang punya daya intelektual diharapkan
mampu dalam proses pemilihan dan pemilahan ‘kebenaran’ sebuah persoalan secara
kritis dan objektif. Selain itu mahasiswa dalam pergaulan sehari-hari dipandang
cenderung mampu untuk penolongan seseorang dalam pengambilan jarak dengan permasalahan-permasalah
dan mampu dalam pemberian solusi untuk membantu seseorang.[5]
Dengan demikian mahasiswa sebagai manusia ‘ilmiah’ bisa berperilaku serta
berfikir ilmiah, memiliki nalar yang kritis, logis, dan sistematis tidak hanya
saat di perguruan tinggi saja namun saat lulus studi dari perguruan tinggi.[6]
Oleh karena itu rasa cinta pada ilmu pengetahuan umum sekaligus ilmu pendidikan
Islam secara integratif hendaknya tetap dimiliki mahasiswa setelah lulus.
Dalam PTU
selama ini masih ditemui mahasiswa Islam yang lebih terfokus pada pendalaman
ilmu pengetahuan umum sehingga terjadi pengabaian ilmu pengetahuan agama yang
tersedia dalam mata kuliah PAI. Tentulah dosen mata kuliah PAI sebagai pendidik
memiliki peran utama dan sangat penting dalam perencanaan, pengontrolan, dan pengevaluasian
sistem pembelajaran PAI di PTU. Jika sebuah sistem pembelajaran PAI tidak
direncanakan secara matang yang dilandaskan pada karakter, latar belakang,
minat, bakat, tingkat kecerdasan, tingkat pemahaman tentang agama Islam, dan
orientasi mahasiswa dalam berkuliah maka dapat berakibat sebuah sistem
pembelajaran PAI tidak akan berjalan dengan lancar, normal, efektif, efisien, serta
tidak tercapainya sebuah tujuan pembelajaran secara utuh.
Sebagaimana
menurut konstitusi bahwa pendidikan agama di perguruan tinggi merupakan rumpun Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) dalam struktur Mata Kuliah Umum
(MKU) yang di dalamnya ada pemahaman
serta dilakukan pengembangan filosofis untuk berkembangnya kepribadian mahasiswa.
Dengan kata lain MPK memuat kaidah-kaidah dengan tingkat filosofis yang cukup
tinggi dengan maksud agar timbul keingintahuan mahasiswa dalam pemahaman, penghayatan,
pendalaman, dan pengamalan atas ilmunya. Oleh karena itu PAI sebagai salah satu
mata kuliah yang dikatagorikan masuk dalam kurikulum inti diusahakan bisa
membentuk karakter, watak, kepribadian, dan sikap serta wawasan beragama dalam
kehidupan sosial. Mata Kuliah PAI diharapkan juga mampu menjadi landasan dan
pencerahan bagi mahasiswa dalam pengembangan ilmu umum yang ditekuninya sesuai
dengan program studi yang ia ambil.[7] Oleh Karena itu
pengembangan materi PAI hendaknya harus disesuaikan dengan prodi yang dipilih
mahasiswa, dengan artian dosen aktif dalam pemberian materi wawasan dan pedoman
pada mahasiswa yang muatannya selaras dengan program studinya.
Sebuah
penelitian dari Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI pada tahun
2010 pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri (PTUN) yang ternama di Indonesia yaitu
UDAYANA, UNDANA, UNHAS, UI, UNDIP, UNPAD, dan UGM dari hasilnya ditunjukkan
bahwa sistem pembelajaran Pendidikan Agama (bukan hanya agama Islam) pengaruh
yang dimilikinya merupakan terkecil
terhadap toleransi beragama pada mahasiswa dibandingkan dengan komponen lain
misalnya adalah lingkungan pendidikan secara luas memiliki pengaruh langsung
maupun tidak langsung yang lebih besar terhadap toleransi beragama.[8] Selain itu juga berdasar
hasil penelitian Kasinyo Harto di Universitas Sriwijaya Palembang dari hasilnya
ditunjukkan yang mana di sana terdapat beberapa organisasi gerakan keagamaan
ekstra kampus yang pendekatannya pada kajian keagamaan lebih cenderung
bernuansa normatif-doktriner, yaitu suatu pendekatan yang dibangun atas
norma-norma keagamaan (wahyu) dengan pola top
down dan deduktif tanpa keterlibatan pertimbangan nalar, konteks historis,
sosial, dan kenyataan-kenyataan yang hidup di masyarakat.[9] Dapat disimpulkan bahwa nampak
dari hasil penelitian tersebut terjadi pola fikir dan tindakan mahasiswa yang
ekslusif (tertutup).
Dua temuan di
atas menunjukkan salah satu komponen dari sistem pembelajaran Pendidikan Agama
termasuk Pembelajaran PAI belum berjalan secara integral. Misalnya komponen
tujuan dalam sistem pembelajaran belum diarahkan atau ditekankan pada
pentingnya bertoleransi agama yang baik dan benar. Salah satunya bertoleransi
yang Islami adalah menjadi muslim yang kuat sebagai pelindung non muslim yang lemah, menjadi muslim yang mayoritas
untuk pengayoman terhadap minoritas, dan menjadi muslim yang kokoh sebagai
penjaga non muslim yang rapuh. Dan juga tentunya toleransi kepada sesama umat Islam
sendiri yang punya perbedaan pandangan terhadap ajaran Islam sehingga ke
depannya nanti diharapkan tidak ada mahasiswa yang berpola fikir ekslusif tanpa
dilakukan syiar Islam yang cinta dalam pembangunan peradaban, radikal secara
buta tanpa pendalaman teks dengan konteks masyarakat secara bersamaan, dan
fanatik yang pada waktu dan tempat yang
salah.
Jika ditinjau dari segi alokasi waktu mata kuliah PAI di PTU
yang secara formal hanya 2 sks (16 kali tatap muka) dan hanya pada 1 semester
saja hingga wisuda adalah alokasi yang
sangat minim untuk tercapainya tujuan pembelajaran secara umum. Oleh karena itu
mahasiswa harus punya kesadaran dalam pendalaman dan pengkajian ajaran Islam
secara non formal dengan cara ikut serta berbagai kegiatan dan diskusi
keagamaan di luar jam kuliah.[10]
Maka jika dikaji lebih jauh bagaimana mungkin pembelajaran
PAI di PTU bisa dihasilkan generasi umat yang unggul apabila
dalam sistem pembelajaran
pendidikannya tidak unggul dan berkualitas dengan alokasi
yang minim.
Kualitas sistem pembelajaran PAI terwujud tidak hanya karena
sebuah kebetulan atau
kepasrahan buta pada Tuhan namun diusahakan serta direncanakan. Oleh sebab itu
perlu adanya pengkajian dan pendalaman khusus tentang sistem
pembelajaran PAI di PTU.
Pembelajaran PAI selama ini dipandang sebelah mata oleh kebanyakan kalangan
masyarakat baik yang awam maupun yang punya keahlian dan ilmu. Cara pandang seperti itu disebabkan karena
PAI selama ini hanyak diidentikan dengan ketertinggalan karena sifatnya yang dianggap tidak mau
berubah dan cederung tetap dari dulu hingga sekarang mulai dari metode, materi,
tujuan, hingga teknologi atau media pembelajarannya.
Memang dari
tinjauan ajaran dan
kandungannya, materi PAI lebih banyak bersifat dogmatis dan statis dari zaman Nabi Muhammad
hingga kiamat. Belum lagi jika ditambahi dengan pengaruh-pengaruh
tertentu dari salah satu golongan atau paham tentang keagamaan Islam maka doktrinasi
dan penanaman nilai menjadi bertambah kuat serta radikal. Namun demikian semangat serta cara perjuangan dan penyebarluasan syiar Islam tidak bersifat statis
melainkan dinamis, luwes, dan universal sehingga sistem pembelajaran PAI
bisa disandingkan dengan laju modernitas. Salah satu caranya menurut Wina Sanjaya adalah
dengan cara pengaitan atau adanya rajutan interaksi antara materi (muatan
kurikulum) dan pendidik (dosen) PAI dengan materi beserta pendidik non-PAI dan
sarana prasarananya.[11]
Dalam Islam kehadiran pendidik
PAI tidak hanya sebagai
penghakim tentang benar dan salah, pembimbing peserta didik dalam perjalanan belajar, dan
sebagai perpanjangan tangan ilmu-ilmu atau ajaran dari para ulama pendahulu saja. Namun pendidik dalam Islam merupakan pewaris para nabi, tidak
hanya pewaris ilmu-ilmu
nabi namun juga pewaris sifat-sifat nabi yaitu patut menjadi contoh, kepemilikan semangat dalam perjuangan agama Islam (bukan perjuangan dengan paksaan dan kekerasan namun
dengan cara kelembuatan dan kasih sayang), dan pendidikan
terhadap umat dengan
semangat pembaruan (mendobrak tatanan yang mapan untuk kemajuan umat). Oleh karena itu dalam upaya pembaruan dan
pengembangan PAI di PTU terlebih
dahulu perlu adanya pendalaman terlebih dahulu tentang bagaimana
kinerja dari tatanan sistem pembelajaran PAI di PTU.
Sistem pembelajaran PAI pada kurikulum
di PTU dapat diumpamakan
sebagai salah satu dari beberapa tatatan sistem pada organisme (individu).
Pada organisme terdapat sistem peredaran darah, sistem pencernaan, dan sistem
pernafasan yang mana di dalam sistem-sistem tersebut terdapat organ-organ yang memiliki fungsi yang adakalanya satu sama lain saling bergantung. Begitu
juga pada kurikulum yang dipadankan dengan organisme maka di dalamnya terdapat
salah satu sistem yaitu sistem pembelajaran PAI yang juga terdiri dari beberapa
‘organ’ atau komponen yang terbentuk saling bekerja sama untuk pewujudan tujuan
khusus. Bisa disimpulkan pengkajian sistem pembelajaran PAI di PTU sangat
diperlukan untuk diarahkan pada penelusuran kelemahan dan kekuatannya sehingga
tidak ada kesan pelaksanaan mata kuliah PAI di PTU hanya untuk pemenuhan
kewajiban undang-undang semata.
Sebagaimana yang telah diketahui secara
jamak tentang pemberian mata
kuliah PAI di PTU merupakan hak bagi setiap mahasiswa yang beragama Islam
sebagai peserta didik dan merupakan kewajiban bagi perguruan tinggi untuk
memuat pendidikan agama dalam kurikulumnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan
amanat Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dalam BAB V tentang Peserta Didik pada Pasal 12 Ayat 1 yang
diamanatkan “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (a)
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan
oleh pendidik yang seagama,.” Serta diacukan pada BAB X tentang Kurikulum pada Pasal
37 Ayat 2 dinyatakan “kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: a. Pendidikan
agama; b. Pendidikan kewarganegaraan; c. Bahasa.”[12]
Seiring
dengan berjalannya waktu sejak penetapan Undang-undang tersebut peraturan
tersebut banyak dilaksanakan oleh PTU. Tidak terkecuali Universitas Nusantara
PGRI Kediri untuk seterusnya nanti sesuai dengan Pedoman Akademik disingkat
dengan UNP Kediri[13]. Berdasarkan informasi
dari studi pendahuluan yang dilakukan bahwa UNP Kediri pada setiap Program
Studi (selanjutnya nanti disebut dengan Prodi) yang berjumlah 22 Prodi dari 5
Fakultas yang ada semuanya terdapat mata kuliah PAI. Walaupun ada beberapa
prodi yang belum melaksanakan mata kuliah PAI secara optimal karena prodi
tersebut masih baru berdiri dan untuk mata kuliah PAI-nya dialokasikan pada
semester akhir (semester delapan). Sebagaimana menurut Kaprodi PGSD dinyatakan “berhubung
PGSD adalah prodi baru maka prodi kami belum menyelenggarakan mata kuliah agama
karena sebaran mata kuliah yang sangat padat, sehingga kami meletakkannya di
semeseter akhir [semester delapan]”.[14]
Namun perlu ditegaskan
yang menjadi beberapa alasan logis pemilihan UNP Kediri sebagai tempat
penelitian adalah UNP termasuk perguruan tinggi besar jika dibandingkan dengan
perguruan tinggi lain di karisidenan Kediri yang memiliki lebih dari 15.000
mahasiswa yang mayoritanya adalah beragama Islam[15] dan memiliki 22 Prodi
dari 5 Fakultas yang ada.[16] Dengan ditemukannya data
tersebut maka jika dikontekskan dengan keadaan sosiogeografi Kediri dapat
diambil pernyataan di UNP Kediri mahasiswanya sangat heterogen atau beragam
terutama jika didasarkan pada minat mahasiswa dalam pemilihan prodi walaupun
ada prodi-prodi tertentu yang gemuk salah satunya adalah prodi Penjaskesrek.[17] Oleh Karena itu untuk penanggulangan
serta pengelolaan atas realitas tersebut perlu adanya sebuah sistem
pembelajaran PAI yang tentu berbeda dengan sistem pembelajaran di
perguruan-perguruan tinggi yang berbentuk sekolah tinggi, politeknik, apalagi
akademik yang lebih cenderung homogen.
Selain itu
berdasarkan observasi dari studi pendahulun terdapat penemuan Masjid bernama an-Nur
yang padanya diselenggarakan Salat Jumat dengan bukti ada tulisan peringatan pada
saat Kutbah Salat Jumat berlangsung dilarang ramai di sekitar Masjid.[18] Dan di dalam Masjid
tersebut juga didirikan sholat Dhuhur, Ashar, dan Maghrib yang aktivitas Salat berjamaah
tersebut diikuti oleh peneliti dengan jumlah jamaah putranya tidak kurang dari
20 orang dan untuk jumlah jamaah putrinya lebih dari 7 orang. Dan kadang kala
terutama pada sholat Maghrib juga terdapat jamaah-jamaah Salat lain karena
disebabkan tempatnya sudah tidak mampu lagi menampung dan juga karena terlambat
datang sehinggi didirikanlah jamaah sendiri.[19]
Hal unik
lainnya adalah UNP Kediri juga memiliki organisasi mahasiswa yang berbasis pada
agama Islam yang bernama Unit Kegiataan Kerohanian Islam (UKKI) yang olehnya sering
diadakan kegiatan-kegiatan keislaman di kampus.[20] Fenomena lain yang menjadi
daya tarik dan alasan untuk dilakukan penelitian tindak lanjut adalah
berdasarkan observasi awal di halaman kampus terdapat banyaknya mahasiswa putri
yang berjilbab, jika dikalkulasikan berdasarkan prosentasi adalah berjumlah
antara 30-45% dari seluruh mahasiswa putri yang berada di halaman kampus aktif
dalam pemakaian jilbab sebagai indikasi terhadap penggunaan simbol-simbol Islam.[21] Berdasarkan temuan awal
penelitian tersebut dipandang perlu untuk diadakan penelitian tindak lanjut
karena untuk pendalaman apakah data-data awal yang telah ditemukan tersebut
merupakan hasil kompetensi lulusan dari sistem pembelajaran mata kuliah PAI
yang cukup berhasil atau ada faktor lain yang menjadi penyebab perilaku
mahasiswa secara simbolik bercirikan Islam.
Dengan demikian
dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang pembelajaran PAI di PTU karena menurut sebagian
kalangan bahwa PTU pada dasarnya masih dipengaruhi oleh pola atau tradisi lama
yaitu pendidikan umum dipandang lebih cenderung dan dominan untuk dikaji serta
fokus dalam pengembangan ilmu pengetahuan umum saja. Fenomena tersebut dikawatirkan
terjadi pengabaian terhadap PAI di lembaga pendidikan umum. Penelitian ini diharapakan
juga bisa menjadi penemu jawaban dari asumsi dan pertanyaan-pertanyaan skeptis
dan cenderung bersifat minor tentang pelaksanaan pembelajaran PAI di PTU.
UNP Kediri merupakan lembaga Perguruan
Tinggi yang punya keunggulan terutama dalam hal jumlah mahasiswanya yang sangat
banyak dibandingkan perguruan tinggi lain di lingkungan Karisidenan Kediri.
Jumlah yang banyak tersebut didukung oleh berbagai latar belakang mahasiswa
yang berbeda, baik latar pendidikan pada jenjang pendidikan menengahnya,
pemahaman terhadap agama Islam, dan orientasi masuk atau menjadi mahasiswa UNP Kediri.
Oleh Karena itu dipandang sangat perlu diadakan penelitian tentang sistem pembelajaran
PAI di UNP Kediri sebagai kampus yang populer dan terbesar di Karesidenan Kediri.
Berangkat
dari fenomena-fenomena dan keunikan permasalahan yang penulis
temukan dalam studi pendahuluan yang masih bersifat mendasar serta masih berupa
gambaran umum dan bersifat sementara maka dapat disimpulkan sangat
perlu diadakan penelitian tindak lanjut secara mendalam di UNP Kediri. Dan dapat disadari penelitian tindak lanjut ini sangat diperlukan untuk diperoleh sebuah kesimpulan yang komperhensif, objektif, dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Di sisi lain prasangka
tanpa dasar akan menjadi
simpang siur jika tidak dicari kebenarannya melalui sebuah penelitian ilmiah. Oleh karena itu berdasarkan pemaparan di atas, perlu diadakan penelitian ilmiah sebagai tindak lanjut yang dalam konteks
pembahasan ini disebut tesis yang bertempat di UNP Kediri kemudian dikembangkan ke dalam judul “SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
PERGURUAN TINGGI UMUM (STUDI KASUS DI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI).”
B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengayaan di lapangan bahkan sampai
pada perolehan berkali-kali terdapat dimensi-dimensi menarik di lapangan,
sehingga dari banyaknya dimensi tersebut untuk pembatasan lingkup penelitian
maka perlu ditentukan fokus penelitian yaitu tentang materi pembelajaran PAI,
kompetensi mahasiswa yang diharapkan, strategi pembelajaran PAI, dan evaluasi
pembelajaran PAI yang digunakan oleh UNP Kediri. Dari fokus tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa saja komponen-komponen di luar sistem
pembelajaran PAI yang dapat menjadi pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap sistem pembelajaran PAI di UNP Kediri?
2.
Bagaimana Materi Kurikulum PAI yang digunakan UNP
Kediri?
3.
Bagaimana kompetensi mahasiswa yang diharapakan
setelah mengikuti mata kuliah PAI di UNP Kediri?
4.
Bagaimana strategi pembelajaran PAI yang digunakan
di UNP Kediri?
5.
Bagaimana evaluasi pembelajaran PAI yang digunakan
di UNP Kediri?
6.
Bagaimana pengembangan muatan materi PAI oleh dosen
PAI di UNP Kediri?
7.
Bagaimana peran pengelola kampus UNP Kediri dalam
mendukung pencapain tujuan sistem pembelajaran PAI di UNP Kediri?
8.
Mengapa pengembangan materi PAI di UNP Kediri
disesuaikan dengan program studi dan latar belakang mahasiswa Islam?
9.
Mengapa terbentuknya forum dosen PAI secara formal
di UNP Kediri sangat penting?
C. Tujuan Penelitian
Supaya lebih jelas arah dan manfaat penelitian ini maka dilakukan
perumusan tujuan penelitian sebagaimana berikut yaitu untuk:
1.
Menemukan materi Kurikulum PAI yang digunakan UNP Kediri.
2.
Menemukan Kompetensi Mahasiswa setelah mengikuti
matakuliah PAI di UNP Kediri.
3.
Menemukan Strategi Pembelajaran PAI yang digunakan
UNP Kediri.
4.
Menemukan Evaluasi Pembelajaran PAI yang digunakan
UNP Kediri.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka sejumlah harapan
atas segala hasil penelitian dapat bermanfaat dan berperan penting dalam penambahan
wawasan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang
pembelajaran PAI di PTU. Berdasarkan analisa secara komperhensif, maka
penelitian ini layak untuk dilakukan dan diperdalami karena sangat berguna serta
penting bagi terwujudnya syiar Islam yang membawa kasih bagi setiap umat
manusia sekaligus karena Islam adalah agama Universal. Pemaparan tentang
manfaat yang diharapkan di kemudian hari dari penelitian ini secara detail adalah
sebagai berikut:
1.
Manfaat teoritis
a.
Sebagai bahan utama dalam pengembangan konsep
tentang sistem pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi Umum secara utuh.
b.
Sebagai penguat teori tentang Sistem Pembelajaran
PAI tidak bisa berjalan sendiri, diperlukan komponen atau pengaruh lain agar
hasil atau tujuan sistem pembelajaran PAI bisa tercapai.
c.
Sebagai penguat konsep tentang pentingnya forum
Dosen PAI atau organisasi Dosen PAI di PTU secara formal.
d.
Sebagai penyanggah asumsi awal bahwa Perguruan
Tinggi Umum cenderung pada pola pendidikan sekuler, walaupun pada kenyataannya
penyelenggaraan Pembelajaran PAI belum mendapat perhatian dan pengembangan yang
proposional seperti halnya mata kuliah lain.
e.
Sebagai antitesis (pembanding) dari anggapan ‘lama’
bahwa mata kuliah PAI dipandang sebagai mata kuliah yang tidak aplikatif,
artinya tidak berguna bagi kepentingan hidup di dunia.
2.
Manfaat Praktis
a.
Manfaat untuk mahasiswa Perguruan Tinggi Umum
1)
Sebagai Liteteratur Mahasiswa dalam pengembangan ilmu
Pendidikan Agama Islam.
2)
Membuka wawasan Keagamaan Mahasiswa supaya bisa
menjadi Umat beragama yang Inklusif (terbuka) dan punya toleransi terhadap
keberagaman budaya, agama, dan ras yang terbentuk dari masyarakat dinamis. Dengan
demikian mahasiswa mampu dalam menghargai perbedaan dan mampu hidup secara
harmonis dengan berbagai macam perbedaan terutama perbedaan agama di berbagai
tempat misalnya di tempat kost, kampus, masyarakat, dan dalam pergaluan remaja
karena itu adalah ajaran Nabi Muhammad SAW.
b.
Manfaat untuk Dosen di Perguruan Tinggi Umum
1)
Sebagai literatur pembanding atau literatur tambahan
bagi dosen PAI dalam upaya mengembangkan pembelajaran PAI.
2)
Sebagai motivasi dosen PAI dalam mengembangkan ilmu
pembelajaran Pendidikaan Agama Islam.
c.
Manfaat untuk Lembaga UNP Kediri
1)
Sebagai instumen dalam pengembangan Sistem
Pembelajaran PAI di UNP Kediri.
2)
Sebagai Tambahan literatur Perpustakaan Pusat UNP Kediri.
3)
Sebagai acuan bagi pengelola UNP Kediri dalam Penggalian
informasi tentang pelaksanaan Pembelajaran PAI.
4)
Sebagai salah satu masukan dan informasi pendukung
atau pelengkap bagi UNP Kediri dalam proses evaluasi Sistem Pembelajaran PAI.
d.
Manfaat untuk Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan, serta Kementerian Agama Pemerintah Republik Indonesia
1)
Sebagai Informasi tentang Pelaksanaan Pembelajaran
PAI di perguruan tinggi umum.
2)
Sebagai salah satu masukan dalam pengembangan sistem
Pembelajaran PAI di PTU.
3)
Sebagai masukan agar pembelajaran PAI di PTU terus mengalami
perkembangan dan peningkatan kualitas hingga optimal, kemudian bisa
menghasilkan mahasiswa yang memiliki karakter, dan berkomitmen tinggi dalam
menjaga kerukunan umat beragama dan
mampu hidup berdampingan secara harmonis dengan berbagai keberagaman
suku, ras, dan agama.
e.
Manfaat untuk Semua Masyarakat yang Peduli dalam Pengembangan
Ilmu Pengetahuan
1)
Sebagai instrumen informasi bagi Masyarakat (calon
mahasiswa, orang tua calon mahasiswa, dan orang yang peduli terhadap PAI)
tentang pelaksanaan pembelajaran PAI di Kediri
yang diharapkan dapat menguntungkan UNP Kediri salah satunya bisa
menambah jumlah Mahasiswa
2)
Sebagai rujukan bagi praktisi pendidikan dalam
mengambil sikap untuk memutuskan kebijakan dalam mengembangkan pembelajaran PAI
di PTU.
3)
Sebagai literature
(referensi) karya ilmiah, khususnya di bidang pembelajaran PAI di PTU.
E. Definisi Istilah
Kata kunci dan tema atau objek penelitian dalam
penelitian ini adalah tentang sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Perguruan Tinggi Umum. Objek penelitian adalah sesuatu yang dijadikan pusat
pengkajian dalam sebuah penelitian, atau bisa juga disebut sebagai sebuah
permasalahan yang diteliti untuk diselesaikan. Jadi objek penelitian tidak punya
arti yang sama dengan lokasi atau tempat yang dijadikan penelitian. Sebagaimana
menurut Hamidi “objek penelitian adalah fokus, kata-kata kunci atau topik
penelitiannya.”[22] Objek
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sistem pembelajaran
PAI di UNP Kediri. Sebagai tindaklanjutnya guna menjadi mudah dalam pemahaman pembaca terhadap kajian
penelitian yang dilakukan dan untuk terhindar dari terjadinya kesalahan dalam peningterpretasian istilah-istilah dalam
judul tesis ini, maka perlu ditegaskan dan dipaparkan istilah-istilah yang
sesuai dengan maksud dan subtansi tesis yang telah dirumuskan berupa istilah-istilah
tersebut ke dalam beberapa pemahaman sebagaimana dirumuskan sebagai berikut:
a. Sistem pembelajaran, adalah satu kesatuan
dari beberapa komponen pembelajaran baik benda maupun non benda yang saling
berkaitan satu dengan yang lain untuk bekerja sama dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
b. Pendidikan Agama Islam; adalah upaya berdakwah
dengan aktif dalam pendidikan mahasiswa agar ajaran serta nilai-nilai Islam
mampu dilaksanakan dan dipahami supaya menjadi pedoman dalam setiap aspek
kehidupannya yang didasarkan pada komitmen dan keimanan kepada Allah SWT
sehingga syiar Islam dapat tersebar di masyarakat secara luas baik dalam bidang
Bidang Pendidikan (FKIP) UNP Kediri, bidang manajemen Ekonomi, bidang Telekomunikasi
dan Komputer, dan bidang-bidang ilmu lain yang ada di UNP Kediri. Selain itu
diupayakan PAI bisa mencetak mahasiswa yang mampu hidup bersama dan
berinteraksi secara harmonis dengan berbagai agama yang penuh toleransi namun
tetap mempertahankan akidah Islamnya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
nabi pada masa pemerintahannya di negara Madinah. Lebih rinci dalam konteks
kampus UNP Kediri penyebutan mata kuliah Pendidikan Agama Islam belum terbiasa
digunakan, mahasiswa lebih cenderung pada penyebutan mata kuliah Agama atau
mata kuliah Agama Islam daripada mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
c. Perguruan Tinggi Umum; adalah Pendidikan
Tinggi yang tidak berafilisasi pada ideologi agama tertentu, yang murni untuk pengembangan
ilmu pengetahuan umum baik secara praktis maupun teoritis. Dalam konteks UNP Kediri
pemahaman PTU adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang padanya
diselenggarakan program pendidikan diploma dan sarjana. Dengan kata lain PTU
merupakan lembaga pendidikan tinggi yang secara
terperinci bertujuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan umum.
F. Penelitian Terdahulu
Secara garis besar kata kunci dari penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Perguruan
Tinggi Umum yang menjadi salah satu bagian dari lembaga pendidikan umum.
Kata kunci tersebut digunakan sebagai acuan peneliti dalam mencari hasil penelitian
dan kajian ilmiah terdahulu dari berbagai sumber relevan dan dapat
dipertanggung jawabkan. Artinya pengambilan dan pencantuman hasil dari
penelitian dan karya ilmiah terdahulu dalam tesis ini didasarkan pada kemiripan
tema, kata kunci, serta ditinjau dari
isi, dasar teori, atau didasarkan hasil-hasil penelitiannya.
Sebagaimana berdasar pada buku pedoman karya tesis
dan karya ilmiah Program Pascasarjana STAIN Kediri (buku lama) yang dinyatakan
bahwa penelitian terdahulu “ditekankan pada penelusuran karya-karya dan
penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan tema, disertai penjelasan tentang
konstribusi yang akan diberikan oleh peneliti dalam membahas tema tersebut.
Dengan demikian peneliti dapat menegaskan posisinya secara signifikan dalam
mengembangkan pokok bahasan yang ditelitinya;”[23]
Setelah dianalisis pernyataan tersebut punya arti pertama, hasil penelitian
terbaru (sekarang ini) harus ada pembuktian posisi yang khas (orisinal) dalam
mata rantai pengembangan ilmu dari penelitian terdahulu. Kedua, ditunjukkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan
oleh orang lain sebagai bukti terjadi perbedaan, dan ketiga penelitian terbaru harus dititik tekankan pada sebuah
pendalaman tema untuk penguatan atau bahkan pengkritikan atas penelitian
terdahulu sebagai upaya pemberlakuan uji kebenaran teori lama.
Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu dilakukan untuk penemuan
posisi hasil penelitian ini dalam kajian keilmuan yang telah ada sehingga
diharapkan para peneliti selanjutnya mampu dalam pengisian lubang-lubang
kekurangan dari penelitian ini untuk kemudian dilanjutkan dengan pengembangan
hasil keilmuan yang penulis teliti ini. Kegiatan ini juga dilakukan sebagai
langkah untuk terbangunnya kesinambungan dalam mata rantai keilmuan bidang
tertentu, dalam konteks tesis ini adalah bidang pembelajaran PAI di PTU. Dengan
artian pada penjagaan kesinambungan tersebut maka diharapkan hasil penelitian
tesis ini akan dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya sebagai upaya pendalaman
terhadap kajian tema penelitian. Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu yang
dilakukan adalah dengan cara penelusuran kepustakaan dalam bentuk pencarian
atau eksplorasi terhadap berbagai sumber seperti internet, perpustakaan, dan soft file tesis dari pemberian teman. Dari
penelusuran tersebut terdapat
beberapa hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang punya hubungan kata kunci yang
sama. Namun ada beberapa yang lain tidak ada hubungan secara khusus dengan tema penelitian sehingga tidak dicantumkan dalam tesis ini.
Berbeda dengan beberapa
penelitian terdahulu,
penelitian sekarang ini lokasi penelitian berada pada PTU suasta yaitu di UNP Kediri. Untuk Penelitian
setingkat tesis di UNP Kediri belum pernah diadakan penelitian tentang
pembelajaran PAI. Penelitian di UNP Kediri ini memiliki fokus pada sistem pembelajaran PAI secara umum dan lebih luas, sedangkan
dua buah penelitian sebelumnya yang berada di Perguruan Tinggi Umum Negeri
lebih cenderung pada pembahasan strategi pembelajaran PAI di PTU saja.
Sedangkan satu buah lainnya tentang peranan pembelajaran PAI dalam penanaman nilai
akhlak pada mahasiswa di PTU, sehingga yang perlu dikritisi adalah apakah
ajaran atau materi dalam PAI hanya tentang akhlak saja. Lebih spesifik untuk pengembangan
semua aspek tersebut yaitu tentang strategi dan penanaman akhlak mulia melalui
pembelajaran PAI terlebih dahulu perlu ditemukan deskripsi dari pelaksanaan sistem
pembelajaran PAI secara luas. Kontribusi lain dari penelitian ini jika
dibandangkan dengan penelitian terdahulu adalah agar diketahui bagaimana
beberapa komponen dari sebuah sistem pembelajaran PAI bekerja dan bersinergi sehingga
dalam penelitian ini bisa ditemukan data-data yang bisa menjadi gambaran
keadaan pembelajaraan PAI di UNP Kediri secara komperhensif.
Berikut ini adalah isi secara garis besar dari hasil
penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang memiliki persamaan tema atau kata
kunci yaitu persamaan dalam pembahasan Pembelajaran PAI dan persamaan dalam karakteristik
lokasi penelitian di lembaga pendidikan
umum atau PTU. Namun titik tekan yang dimiliki sangat berbeda dengan penelitian
yang sekarang ini. Lebih Konkritnya diuraikan sebagai berikut:
1.
Riris Lutfi Ni’matul Laila, dengan judul tesis Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di Perguruan Tinggi Negeri (Studi Multi Kasus di Universitas Brawijaya dan
Universitas Negeri Malang) yang isinya dikemukakan tentang: a) Konsep
strategi pembelajaran PAI: Pengertian, jenis-jenis, faktor yang mempengaruhi,
dan prinsip yang mempengaruhi strategi pembelajaran PAI; b) PAI di perguruan
tinggi: Pengertian, dasar, tujuan, fungsi, dan kedudukan PAI; dan c) Strategi
Pembelajaran PAI: Strategi pengorganisasian isi, strategi penyampaian, dan
strategi pengelolaan pembelajaran PAI.[24]
Serta hasil dari penelitian itu ditemukan:
a.
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran PAI di
kedua Universitas tersebut (PTU) dilakukan dengan cara pemilihan jenis materi
yang disesuaikan dengan standar kompetensi materi PAI yang telah ditentukan
oleh Dirjen DIKTI berdasarakan SK Dirjen
DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi kemudian dikembangkan oleh
dosen masing-masing sesuai dengan kondisi mahasiswa.
b.
Strategi penyampaian pembelajaran PAI di kedua
Perguruan tinggi umum tersebut dilakukan
dengan cara pemanfaatan berbagai media pembelajaran, mengatur interaksi
mahasiswa dengan media pembelajaran.
c.
Strategi pengelolaan pembelajaran PAI di kedua
Universitas Negeri tersebut dilakukan
dengan cara diaturnya penggunaan strategi pembelajaran terhadap suatu jenis
materi pembelajaran yang diperlukan metode, media, dan sistem
evaluasi/penilaian yang berbeda.[25]
2.
Lilik Nur Kholidah, dengan disertasinya yang berjudul Implementasi
Strategi Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Negeri Di Surabaya. Isi secara umum penelitian ini mencakup pembahasan tentang strategi pembelajaran Mata Kuliah PAI
pada 3 Perguruan Tinggi Umum di Surabaya yaitu, Universitas Airlangga (UNAIR),
Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan Institut Teknologi Negeri Surabaya
(ITS). [26] Hasil penelitian ini ditunjukkan:
a. Adanya pengorganisasian materi, penjabaran
isi bahan, pengurutan isi materi
menjadi menjadi sub-sub tema.
b. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses
penyampaian pembelajaran mata kuliah PAI
(dosen, pesan, bahan, alat, teknik dan latar) di ketiga situs terteliti, tampak sangat membantu proses pencapaian
tujuan pembelajaran.
c. Pengelolaan motivasional dilakukan dengan cara pemberian nilai secara
langsung, pemberian kebebasan dalam pemanfaatan latar, media pembelajaran, pemberian
bimbingan secara individual, dan pemberian penghargaan terhadap kegiatan
positif yang dilakukan oleh mahasiswa.
d. Faktor internal yang menjadi pengaruh dalam
strategi pembelajaran dari sisi dosen adalah kemampuan dan keterampilan dosen
dalam bidang PAI, minat dan motivasi dosen dalam pengajaran mata kuliah PAI.
Dari sisi mahasiswa adalah kemampuan, motivasi dan minat mahasiswa dalam mengikuti
proses pembelajaran mata kuliah PAI. Sementara faktor eksternal yang berpengaruh
pada strategi pembelajaran adalah visi, misi perguruan tinggi, kurikulum,
sarana prasarana yang ada pada setiap perguruan tinggi serta karakteristik mata
kuliah PAI yang cenderung bersifat afektif dan menekankan pada sikap.
e. Sebagian besar mahasiswa PTN di kota Surabaya
telah aktif dalam penerapan mata kuliah PAI dalam kehidupan sehari-hari.
f. Pembelajaran mata kuliah PAI telah ditunjukkan
kualitas yang tercermin dari kemampuan dosen memfasilitasi proses belajar untuk
dihasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan
kurikuler.[27]
3.
Marzuki, dengan judul karya tulis ilmiahnya adalah Penanaman Nilai-nilai Akhlak Mulia di
Kalangan Mahasiswa Melalui Perkuliahan Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum. Karya ilmiah ini merupakan tindak lanjut dari hasil laporan
penelitian oleh Marzuki sendiri yang dilakukan pada tahun 2008 di Universitas
Negeri Yogyakarta dengan judul “Pembentukan
Kultur Akhlak Mulia di Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Melalui
Pembelajaran PAI” yang diterbitkan oleh FISE UNY. Abstrak dari kajian
ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Tujuan pendidikan
nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Sebagai bagian dari pendidikan nasional, Pendidikan Agama Islam
mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Karena itulah, Pendidikan Agama Islam
menjadi salah satu mata kuliah pokok dari mata kuliah pengembangan kepribadian
(MPK). Salah satu tujuan yang paling mendasar dari perkuliahan Pendidikan Agama
Islam di perguruan tinggi umum (PTU) adalah terbentuknya manusia yang memiliki
akhlak mulia dengan didasari iman yang tangguh dan aturan-aturan syariah yang
memadai. Penanaman nilai akhlak mulia di kalangan mahasiswa, karena itu,
menjadi penting untuk memfasilitasi mahasiswa agar benar-benar terbina
akhlaknya di samping berkembang intelektualitas dan kreativitasnya.[28]
Supaya pemaparannnya mendalam maka perlu disajikan
persamaan dan perbedaan bidang kajian dalam tesis ini dengan penelitian dan
kajian ilmiah terdahulu sebagai bukti orisinalitas penelitian dengan digunakan
bentuk tabel agar lebih spesifik sebagai berikut:
Tabel 1.1
Orisinalitas Penelitian
No.
|
Nama Peneliti, Judul,
dan Tahun Penelitian
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Orisinalitas
Penelitian
|
1.
|
Riris Lutif Ni’matul Laila, Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang, 2012.
|
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (di PTU)
|
Strategi Pembelajaran PAI
|
1.
Bagaimana Materi Kurikulum
PAI-nya?
2.
Mengapa tidak menyajikan
kondisi keagamaan mahasiswa?
3.
Kompetensi Mahasiswa apa
yang diharapkan?
4.
Bagaimana pelaksanaan
evaluasi yang dilakukan?
|
2.
|
Lilik Nur Kholidah, Implementasi
Strategi Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Negeri di Surabaya Disertasi.
|
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (di PTU)
|
Implementasi Strategi
Pembelajaran Mata Kuliah PAI
|
1.
Bagaimana evaluasi dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya?
2.
Mengapa tidak dijelaskan
arah Pembelajaran PAI di PTU sesuai dengan kondisi keberagaman (karakter)
mahasiswa atau perguruan tinggi tersebut?
|
3.
|
Marzuki, Penanaman Nilai-nilai Akhlak Mulia di Kalangan Mahasiswa Melalui
Perkuliahan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum
|
Pendidikan Agama Islam
(di PTU)
|
Penanaman Nilai Akhlak
Mulia pada Mahasiswa melalui Pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi Umum.
|
1.
Bagaimana kondisi
mahasiswa?
2.
Mengapa aspek nilai akhlak
(moralitas) menjadi titik tekan utama dalam pembelajaran PAI?
|
G.
Sistematika Pembahasan
Penulisan
tesis ini secara teknis dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu pertama bagian awal tesis; yang memuat
beberapa halaman terletak pada sebelum halaman yang memiliki bab. Kedua bagian inti tesis; yang memuat
beberapa bab dengan format (susunan/sistematika) penulisan disesuaikan pada
karakteristik pendekatan penelitian kualitatif. Dan ketiga bagian akhir tesis; meliputi daftar rujukan,
lampiran-lampiran yang berisi lampiran foto atau dokumen-dokumen lain yang
relevan, dan daftar riwayat hidup penulis yang diuraikan secara naratif terdiri
dari tiga paragraf.[29]
Penelitian ini terdiri dari enam bab, yang mana satu bab dengan bab lain ada keterkaitan dan ketergantungan secara sistematis, dengan kata lain pembahasannya berurutan dari bab pertama hingga ke enam. Dengan artian dalam pembacaan tesis ini secara utuh dan benar adalah harus diawali dari bab satu terlebih dahulu, kemudian baru bab ke dua, dan seterusnya secara berurutan hingga bab ke enam. Dengan demikian karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka analasi yang digunakan adalah berpola induktif yaitu dari khusus ke umum.[30] Artinya, penelitian ini terdapat pemaparan pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada realitas atau fenomena (khusus), kemudian disimpulkan dengan cara pengembangan teori yang didasarkan pada realitas dan teori yang ada (umum). Sebagaimana menurut Trianto bahwa penelitian yang induktif adalah kegiatannya dimulai dari pengumpulan data yang kemudian dikaji dan disimpulkan secara rasional dengan acuan pada pengetahuan (teori) yang relevan.[31] Jika digambarkan hubungan antara beberapa bab dan sejauh mana cakupan pembahasannya tersebut maka dapat diuraikan sebagai berikut:
Gambar 1.1
Model Penelitian Piramida Terbalik
Model
Penelitian piramida terbalik tersebut digunakan agar bacaan mudah dipahami secara
tuntas dan komperhensif sehingga bisa diketahui isi tesis secara utuh dan
benar. Lebih
lanjut agar mudahnya penulisan dan pemahaman secara komperhensif tentang pembahasan penelitian ini, maka dipandang perlu untuk pemaparan sistematika penulisan laporan dan
pembahasan tesis sesuai dengan
penjabaran berikut:
a.
Bab pertama berisi tentang konteks
penelitian, fokus penelitian dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penelitian terdahulu, definisi istilah, dan diakhiri dengan
sistematika pembahasan. Dalam bab ini secara umum pembahasannya berisi tentang
harapan supaya pembaca bisa menemukan latar belakang atau alasan secara
teoritis dari sumber bacaan terpercaya dan keadaan realistis di lokasi
penelitian. Selain itu dalam bab ini juga dipaparkan tentang posisi tesis dalam
ranah ilmu pengetahuan yang orisinal dengan tetap dijaga hubungan kesinambungan
dengan ilmu pengetahuan masa lalu. Dengan demikian disimpulkan bab ini menjadi dasar atau titik acuan metodologis dari bab-bab
selanjutnya. Artinya bab-bab selanjutnya tersebut isinya adalah pengembangan
teori, yang lebih banyak pada pendukungan atau pengokohan sebuah teori yang didasarkan
atau diacu pada bab 1 ini sebagai patokan pengembangannya.
b.
Bab kedua memuat kajian pustaka atau kajian teori yang
meliputi pengertian sistem pembelajaran PAI, komponen sistem pembelajaran, peran
penting pembelajaran PAI, komponen kurikulum PAI, faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas sistem pembelajaran PAI. Selanjutnya dipaparkan tentang pengertian
Perguruan Tinggi Umum, Ciri Utama PAI di Perguruan Tinggi Umum, Kedudukan PAI
di Perguruan Tinggi Umum, Tantangan PAI di Perguruan Tinggi Umum, dan Peran
penting PAI di Perguruan Tinggi Umum. Berikutnya dipaparkan tentang sistem
pembelajaran PAI di PTU yang disesuaikan dengan fokus penelitian meliputi materi
pembelajaran PAI di perguruan tinggi umum, kompetensi mahasiswa yang diharapkan
setelah mengikuti mata kuliah PAI, strategi pembelajaran PAI diperguruan tinggi umum, dan evaluasi
pembelajaran PAI di PTU. Secara garis besar bab ini memuat tentang bagaimana
ciri khusus sistem pembelajaran PAI secara umum termasuk faktor-faktor yang
menjadi pengaruhnya, penjelasan tentang alasan penggunaan istilah PTU beserta
contoh-contoh PTU, dan sejauh mana peran penting PAI di PTU secara historis
serta filosofis. Dengan kata lain bab ini berisi teori-teori tentang atau
bersangkut paut tentang pembelajaran PAI dan perguruan tinggi umum sebagai
alasan atau penguat tentang pentingnya pengembangan PAI di PTU.
c.
Bab ketiga merupakan metode
penelitian yang mengurai tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis
data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. Lebih jelasnya bab ini adalah penguraian
tentang alasan penggunaan pendekatan kualitatif, posisi atau peran peneliti di
lokasi penelitian, penjelasan keadaan secara konkrit lokasi penelitian, dan
strategi penelitian yang digunakan agar dihasilkan penelitian ilmiah yang bisa
dipertanggungjawabahkan secara hukum serta kaidah keilmiahan yang universal.
d.
Bab keempat berisi pemaparan
data-data dari hasil penelitian tentang gambaran umum yang berkaitan dengan
sistem pembelajaran PAI di UNP Kediri meliputi data dosen PAI, latar belakang
Mahasiswa, kegiatan keagamaan agama Islam, pengaturan sistem pembelajaran PAI
oleh Pengelola, kepedulian pengelola terhadap kegiatan keagamaan di kampus, dan
upaya pembentukan forum dosen PAI di UNP. Sedang temuan penelitian ini
dihasilkan tentang sistem pembelajaran PAI di UNP yang diuraikan pada Materi
Kurikulum PAI, Kompetensi Mahasiswa yang diharapkan setelah mengikuti mata
kuliah, Strategi Pembelajaran PAI, dan Evaluasi Pembelajaran PAI. Pemaparan
tentang ‘fakta’ sebagai gambaran umum yang terkait dengan pembelajaran PAI di
PTU dirasa perlu untuk dipaparkan sebagai penguat dan penyokong dalam pemberian
simpulan, implikasi, dan rekomendasi penelitian yang berada di bab VI. Bisa
dikatakan bab ini memuat tentang data-data yang kompleks, data-data yang
dianggap penting digali dengan sebanyak-banyaknya, dan dilakukan secara
mendalam.
e.
Bab kelima pembahasan tentang hasil
penelitian yang terkait dengan tema penelitian dengan cara penelusuran titik
temu antara teori yang sudah di paparkan di bab 1 dan bab 2 yang kemudian dikaitkan
dengan hasil penemuan penelitian yang merupakan realitas empiris pada bab 4
dengan digunakan analisis serta pencarian pemaknaan sesuai dengan metode pada
bab 3. Dengan artian pada bab ini dilakukan pembahasan secara holistik dengan
cara penganalisaan data dan dilakukan pengembangan gagasan yang didasarkan pada
bab-bab sebelumnya.
f.
Bab keenam adalah penutup yang berisi
kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi, kemudian dilanjutkan dengan daftar
rujukan dan lampiran-lampiran. Bab ini berisi tentang inti sari dari hasil
penelitian yang dikerucutkan, kemudian berdasarkan pada bab-bab sebelumnya dijabarkan
implikasi teoritis dan praktis dari hasil penelitian ini yang ditindaklanjuti
dengan pemberian beberapa rekomendasi ilmiah.
[1]Hisyam
Zaini, Desain Pembelajaran di Perguruan
Tinggi (Yogyakarta: Center for Teaching Staff Development IAIN Yogyakarta,
2002), 4.
[2]Yahya
Ganda, Petunjuk Praktis: Cara Mahasiswa
Belajar di Perguruan Tinggi (Jakarta: Grasindo, 2004), x.
[3]Agus M.
Hardjana, Kiat Sukses Studi di Perguruan
Tinggi (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 34.
[4]E.P.
Hutabarat, Cara Belajar: Pedoman Praktis
untuk Belajar Secara Efisien dan Efektif. Pegangan bagi Siapa saja yang Belajar
di Perguruan Tinggi (Jakarta: Gunung Mulia, 1988), 115-116.
[5]Andreas
Anangguru Yewangoe, “Agama dan Kerukuanan,” Buku
Google, http:// books.google.co.id/books?id=SykwKPJfFKkC&hl=id, diakses tanggal 26 Maret 2013, hlm. 40.
[6]Ganda, Petunjuk Praktis: Cara, 2.
[7]Abidin Nurdin, “Pendidikan Agama, Multikulturalisme & Kearipan Lokal
(Internalisasi Nilai-nilai Agama pada Perguruan Tinggi Umum Menuju Kerukunan
Umat Beragama),” Jurnal Penamas, Vol. XXIV No. 2 (2011), Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Jakarta, 179.
[8]Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama, Toleransi
Beragama Mahasiswa (Studi Tentang Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan
Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap
Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Negeri Umum Negeri) (Jakarta:
Maloho Jaya Abadi,2010), 139.
[9]Kasinyo
Harto, Islam Fundamentalis di Perguruan
Tinggi Umum: Kasus Gerakan Keagamaan Mahasiswa Universitas Sriwijaya Palembang (Jakarta:
Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2008), xvii.
[10]Wahyudin
dkk., “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi,” Buku Google, http://
books.google.co.id/books?isbn=9790258623, diakses tanggal 26 Maret 2013, hlm. x-xi.
[11]Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), 5.
[12]Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003 Beserta Penjelasannya,
Jakarta: Cemerlang, 2003.
[13]Walaupun
letaknya di kawasan adminsitratif Kota Kediri namun dalam buku pedoman akademik
Universitas Nusantara PGRI Kediri BAB III Pasal 6 tentang batasan dan
pengertian ayat 1 diterangkan yang
dimaksud “universitas adalah Universitas Nusantara PGRI Kediri yang selanjutnya
disingkat UNP Kediri.” Lihat Buku Pedoman Akademi UNP Kediri halaman 10.
[14]Endang
Sri Mujiwati, Kaprodi PGSD UNP Kediri, Kantor Kaprodi PGSD UNP Kediri, 14 Maret
2013.
[15]Nur
Sokhib, Dosen PAI Prodi Penjaskesrek dan Prodi PKn, Tempat Piket Guru SMA 7
Kota Kediri, 09 Februari 2013.
[16]“Data
Program Studi UNP Kediri,” UNP Kediri,
http:// www.unpkediri.ac.id/?p=tabel&inis=prodi, diakses
tanggal 09 Februari 2013.
[17]Staff
Kaprodi Penjaskesrek, Ruang Kantor Kaprodi Penjaskesrek UNP Kediri, 11 Maret
2013.
[18]Observasi,
di UNP Kediri, 11 Desember 2012.
[19]Observasi,
di UNP Kediri, 11, 25, dan 27 Februari
dan 14 Maret 2013.
[20]Anonim,
Mahasiswa Prodi Ekonomi Akuntasi semeseter IV, Pusat Fotocopy Selatan Masjid
UNP Kediri, 11 Februari 2013.
[21]Observasi,
di UNP Kediri, 11,19 Desember 2012 dan 11 Februari 2013.
[22]Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif:Pendekatan
Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian (Malang: UMM Press,
2010), 74.
[23]Tim
Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Tesis
dan Karya Ilmiah Program Pascasarjana (Kediri: STAIN Kediri, 2011), 11.
[24]Riris Lutfi Ni’matul Laila, “Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Negeri (Studi Multi Kasus di
Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang),” (Tesis M.Pd.I, UIN
Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2012), viii.
[25]Ibid., xiii-xiv.
[26]Lilik Nur Kholidah, “Implementasi Strategi Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Surabaya” (Disertasi Doktor, Universitas Negeri
Malang, Malang).
[27]http:// www.library.um.ac.id/free-contents/downloadpdf.php/pub/implementasi-strategi-pembelajaran-mata-kuliah-pendidikan-agama-Islam-pada-perguruan-tinggi-negeri-di-surabaya-lilik-nur-kholidah-45687-03083KI10-LILIK%20NUR%20KHOLIDAH.pdf, diakses tanggal 31 Januari 2013.
[28]Marzuki,
“Penanaman Nilai-nilai Akhlak Mulia di
Kalangan Mahasiswa Melalui Perkuliahan Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum,” Staff UNY, http://
www.staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Marzuki,%20M.Ag./Dr.%20Marzuki,%20M.Ag_.%20Penanaman%20Nilai-nilai%20Akhlak%20Mulia%20di%20Kalangan%20Mahasiswa%20melalui%20Perkuliahan%20PAI%20di%20PTU.pdf,
diaskes tanggal 31 Januari 2013.
[29]Tim
Penyusun, Pedoman Penulisan Tesis &
Karya Ilmiah Program Pascasarjana (Kediri: Program Pascasarjana STAIN
Kediri, 2012), 16-21.
[30]Ibid,.
[31]Trianto, Pengantar
Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (Jakarta: Kencan, 2010), 155.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Contoh BAB I Tesis"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*