Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Tanya Jawab Tentang Filsafat Pendidikan Islam dan Upaya Pembaruan Pendidikan Islam




1.    Jelaskan hubungan antara filsafat Islam dan pendidikan Islam!
Jawab: Filsafat Islam merupakan alat utama bagi pendidikan Islam dalam upaya untuk mengembangkan pendidikan Islam. Filsafat Islam menjadi dasar yang membantu pendidikan Islam dalam membedah permasalahan kemudian menemukan penyelesaiannya. Filsafat Islam ada bukan untuk menghakimi kesalahan pendidikan Islam, namun ia hadir memberi sumbangan menjadi sumber hukum dan sumber metode bagi pembaruan pendidikan Islam. Dalam istilah ‘Filsafat Islam’ dan ‘Pendidikan Islam’ kata ‘Islam’ memiliki persamaan yaitu sama-sama menjadi kata sifat yang mengiringi kata Filsafat dan kata pendididikan. Sehingga sebenarnya filsafat Islam dan pendidikan Islam bisa disatukan dalam satu kajian keilmuwan yaitu Filsafat Pendidikan Islam. Karena keduanya memiliki metode yang sama yaitu metode khas islami yang biasa kita sebut dengan metode ijtihad.[1]



Pendidikan Islam dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Filsafat Islam, karena pendidikan Islam merupakan implementasi dari produk filsafat Islam. Dengan kata lain kandungan yang ada pada pendidikan Islam adalah hasil metode filsafat islam yang berkembang di masyarakat. Sebagaimana pendapat Zuhairini bahwa metode dan sistem serta aliran filsafat Islam dapat mempengaruhi bahkan mengarahkan jalan dan isi pendidikan di kalangan umat islam.[2]
Jika kita menghubungkan antara filsafat Islam dengan Pendidikan Islam maka Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa Filsafat Pendidikan Islam bukanlah filsafat pendidikan tak terbatas. Selanjutnya ia mengomentari kata ‘radikal’ yang menjadi salah satu ciri berpikir filsafat mengatakan bahwa pandangan ini keliru. Radikal bukan berarti tanpa batas. Tidak ada di dunia ini disebut tanpa batas, dan bukankah dengan menyatakan bahwa seorang muslim yang telah menyakini isi keimanannya, akan mengetahui dimana batas-batas pikiran (akal) dapat dipergunakan, dan jika ia berfikir serta berfilsafat mensyukuri nikmat Allah, berarti ia radikal (konsekuen) dalam batas-batas itu. Inilah yang menurut dia disebut sebagai sifat radikal dari filsafat Islam.[3] Dari pernyataan Marimba tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa filsafat Islam dapat menjadi batasan atau aturan main bagi pendidikan islam dalam upaya pengembengannya. Hal inilah yang membedakan dengan filsafat barat (umum) yang tidak memiliki keterbatasan dan tak terikat dengan paham-paham atau isme  yang mengekang.

2.    Jelaskan perbedaan yang esensial antara teori-teori pendidikan essensialisme, perensialisme, progressivime, rekontruksi sosial, dan eksistensialisme, terutama menyangkut tujuan pendidikan, kurikulum, peranan guru!
Jawab: Berdasarkan perkembangan mazhab-mazhab pemikiran pendidikan di Amerika Serikat maka pendidikannya dapat dipetakan ke dalam bagan di bawah ini yaitu sebagai berikut[4]:



Secara umum pandangan mengenai masing-masing mazhab filsafat pedidikan yang menyangkut tentang tujuan pendidikan, kurikulum, dan peranan guru dapat dipetakan ke dalam tabel berikut ini[5]:


Teori Pendidikan
Tujuan Pendidikan
Kurikulum
Peranan Guru
Perenialisme; dasar filsafatnya adalah Neo Thomisme (Thomas Aquinus) yang menekankan Iptek yang berasa dari Tuhan.
-    Siswa mampu menemukan kembali dan menginternalisasi kebenaran masa lalu. Serta mampu menyerap dan menguasai fakta-fakta dan informasi.
-     Pembelajaran yang bersifat Teacher centered ( siswa mematuhi perintah guru).
-     Muatan; kesusastraan, matematika, bahasa, ilmu sosial & sejarah.
-     Metode; mengkaji dan membaca kitab-kitab (buku) doktrin masa lalu.
-     Menanamkan doktrin

-     Pembiming mental, spiritual, dan pendisiplinan.

Essensialisme; dasar filsafatnya adalah idealisme-realisme yang mana sumber kebenaran berasal dari ide-ide (gagasan) dan realitas di sekitarnya.
-    Siswa mengetahui warisan budaya dan sejarah (seputar inti pengetahuan yang terakumulasi berakumulasi dan bermanfaat)
-    Siswa mampu menyerap ide-ide (gagasan)
-     Pembelajaran yang bersifat Teacher centered (siswa meniru segala apa yang ada pada guru).
-     Muatan; ketrampilan Calistung (baca-tulis-hitung), eksak, dan ilmu sosial.
-     Metode; siswa diajak untuk mengembangkan daya fikirnya (ide) serta memahami dan berempati terhadap dunia fisik di sekitarnya.
-     Sebagai model (contoh yang ideal/patut ditiru)

-     Mempertahankan nilai-nilai insaniah.

-     Pemilik kewenangan di bidang keahliannya.
Progressivisme; dasar filsafatnya adalah eksperimentalisme dan pragmatisme.
-    Siswa mempunyai ketrampilan, alat, dan pengalaman sosial (interaksi dengan alam sekitar)
-    Siswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah baik secara pribadi maupun sosial.
-    pembelajaran yang bersifat student centered (siswa berperan aktif untuk menemukan dan mendapat  tujuan pembelajaran)
-    muatan; ilmu sosial (khususnya komunikasi verbal dan non verbal).
-    Teknik; pembangunan komunikasi dan buku sebagai alat bukan sebagai sumber pembelajaran yang pokok.
-    Metode; siswa diajak terjun langsung ke lapangan untuk memecahkan masalah.
-    Pembimbing dalam sebuah permasalahan proyek rekayasa atau kenyataan untuk dipecahkan siswa.
-    Memberi tantangan (masalah) yang harus dipecahkan oleh siswa.
-    Harus sabar, cerdas, kreatif, dan memiliki peta konsep yang aplikatif.
Reconstructionisme; Dasar filsafatnya adalah eksperimetnalisme dan pragmatisme

-    Siswa mempunyai kesadaran (empati) atas problem umat manusia
-    Siswa memiliki ketrampilan untuk memcahkan problem kehidupan universal
-    Siswa mampu membangun konsep tatanan dunia baru.
-    pembelajaran yang bersifat student centered (siswa berperan aktif untuk menemukan dan mendapat  tujuan pembelajaran)
-    muatan; ilmu sosial, politik, & ekonomi
-    metode; scientific inquiry
-    menyadarkan siswa atas realitas persoalan-persoalan yang dihadapai umat manusia
-    sebagai pemimpin lapangan bersama siswa dalam melakukan penelitian.
Existensialisme; Dasar filsafatnya adalah eksistensialisme
-    Siswa mampu mengembangkan potensinya untuk mencari jati dirinya.
-    pembelajaran yang bersifat student centered (siswa berperan aktif untuk menemukan dan mendapat  tujuan pembelajaran)
-    Kurikulum bersembur dari siswa, sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhannya.
-    Teknik; menekankan pada proses pemikiran reflektif.
-    Muatan; ilmu sastra dan seni sebagai mata pelajaran penting untuk intropeksi dan refleksi.
-    Metode; mengikutkan siswa pada proyek-proyek untuk mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
-    Guru tidak boleh mengintervensi siswa
-    Guru sebagai fasilitator untuk mengembangkan bakat siswa
-    Memiliki sikap ilmiah
-    Pembimbing siswa dalam pembelajaran.

   3.  Jelaskan mengapa guru/pendidik agama Islam harus memahami filsafat Pendidikan Islam? Berikan contoh-contoh penerapannya bagi pendidik/guru agama islam dalam pelaksaan tugasnya!
Jawab: Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam merupakan manifestasi pemikiran manusia yang mendasar, sistematis, logi, dan menyeluruh tentang dunia pendidikan yang mana pendalaman ilmunya tidak hanya dilatar belakangi oleh ilmu pengetahuan Islam saja melainkan menuntut manusia untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang dipandang relevan dan diperlukan sesuai dengan perkembangan. Pemikiran filosofis sangat diperlukan dalam upaya mengembangakan dan pengadaan pembaruan PAI, karena dengan cara seperti itu pendidik sebagai manusia akan selalu berfikir dan bertindak yang didasarkan pada nilai-nilai universal dan kepentingan bersama. 





Oleh sebab itu pendidik PAI dituntut untuk memahami teori-teori disiplin ilmu umum dan juga memiliki pengalaman yang luas tentang masalah kehidupan realistis yang dihadapi oleh masyarakat dan yang dihadapi oleh dirinya sendiri.[6] Dengan kata lain Filsafat Pendidikan Islam merupakan alat yang penting bagi guru PAI untuk menganalisis, membedah, dan sebagai dasar bagi guru dalam upaya pengembangan segala hal yang berhubungan dengan PAI. Jika guru tidak memahami Filsafat Pendidikan Islam secara benar dan menyeluruh maka dapat dipastikan pembelajaran PAI akan berjalan konstan, monoton, dan bisa dikatana tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman.
Contoh-contoh penerapan Guru PAI yang mengajar berlandaskan Filsafat Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a.       Guru mengadakan inovasi pembelajaran baik dari segi metode, strategi, media pembalajaran, dan segala aspek yang bersangkutan dengan PAI. Misalnya: siswa diajak terjun langsung ke lapangan meneliti realitas di sekitar masyarakat pluralis yang terdiri dari santri dengan abangan, kemudian siswa diberikan tugas untuk memecahkan masalah seperti benturan budaya antara abangan dengan santri.
b.      Guru mengadakan pembaruan materi (isi) PAI walaupun masih berlandaskan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pembaruan dimaksudkan untuk membingkai dan mengemas materi PAI menjadi lebih menarik, bernilai guna secara praktis, dan siswa (masyarakat) menjadi sadar akan pentingnya PAI. Misalnya: guru melakukan integrasi, memasukkan ilmu pengetahuan umum ke dalam materi PAI kemudian menghubungkannya secara kontekstual dan tekstual terhadap al-Qur’an dan Hadith. Sehingga PAI hadir tidak hanya untuk mengkritik ilmu pengetahuan umum namun mendukung ilmu umum jika itu dipandang bermanfaat bagi masyarakat secara universal. Dengan kata lain PAI menggugah masyarakat (siswa) untuk mengembangkan ilmu umum secara luas namun tetap berada dalam pakem dan bingkai nilai-nilai islam.
c.       Guru PAI senantiasa besifat terbuka (inklusif), inovatif, memberikan solusi, dan senantiasa melakukan pengembangan diri dengan cara meningkatkan kualitas melalui pelatihan-pelatihan, melakukan penelitian, melakukan pengabdian di masyarakat yang tidak hanya dalam bidang ritual (ibadah) keagamaan saja, dan menginspirasi serta memotivasi masyarakat (siswa) untuk mengembangkan ilmu pengetahaun umum yang berlandaskan nilai-nilai islam demi kesejahteraan manusia di dunia dan kesejahteraan umat islam di akhirat.
 
   4.      Akhir-akhir ini di berbagai perguruan tinggi Islam terdapat upaya integrasi antar sains dan agama, atau integrasi imtaq dan ipteks. Jelaskan landasan filosofis dari integrasi tersebut!
Jawab: Konsep integrasi ilmu yang beberapa tahun terakhir ini menjadi wacana besar di sebagian perguruan tinggi Islam khususnya di UIN merupakan respon dari fenomena politik maupun ekonomi, dan perilaku masyarakat yang sadar akan kebutuhan pendidikan setinggi-tingginya. Penambahan porsi anggaran pendidikan di APBN memberikan peluang besar bagi masyarakat bawah untuk mengeyam pendidikan tinggi. Masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya pendidikan memandang perlunya sebuah pendidikan, tentu pendidikan bukan hanya untuk nilai gengsi sosial (fenomena latah/ikut-ikutan) namun juga untuk investasi (keterjaminan peluang kerja) dan yang terakhir adalah karena faktor nilai-nilai ilahiah yaitu didasarkan karena faktor murni untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tanpa tendensi apapaun selain ridho Allah atau untuk memenuhi perintah Allah dalam mencari ilmu.
Mengahadapi keadaan masyarakat yang semakin pragmatis dan informatif maka lembaga Pendidikan Islam khususnya perguruan tinggi islam sebagai sumber utama pendidikan islam dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap realitas perkembangan masyarakat. Jika tidak menyesuaikan diri maka dapat dipastikan perguruan tinggi islam tidak akan lagi diminati oleh masyarakat. Penyesuaian ini sekaligus sebagai upaya pemodernan, pembaruan, dan peningkatan mutu lembaga pendidikan islam di tengah masyarakat. Secara global ilmu pengetahuan dan produk-produknya telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan tidak bisa dihindari dan terbendung lagi. Jika umat islam tetap acuh, apatis, dan menghindari realitas kemajuan Iptek maka menyebabkan posisi umat islam akan semakin tertinggal jauh dari peradaban barat.
Pendidikan Agama Islam yang normatif (hanya berisi wahyu, hukum-hukum islam, benar-salah, dan sejarah islam) dipandang tidak lagi memiliki nilai arti apa-apa lagi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan umum. Dengan kata lain, masyarakat memandang pesimis PAI akan bisa menyumbang keberhasilan mahasiswa secara praktis menjadi manusia yang sukses dalam menjalani hidup yang semakin kompetitif. PAI dipandang sebagai ilmu hafalan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan secara dogmatis. Sehingga mengesankan bahwa Islam hanyalah agama yang berkaitan dengan ritualitas dan ibadah saja, padahal banyak sekali ayat-ayat dalam al-quran dan hadith-hadith yang diintepretasikan secara kontekstual menggambarkan kepada umatnya untuk mencintai dan mempelajari ilmu pengetahuan secara universal.   
Berdasarkan kajian ontologis ilmu pengetahuan umum lebih cenderung bersifat netral, dengan arti tidak dapat bersifat islami, kapitalis, sosialis, komunis atau yang lainnya. Akan tetapi ketika seorang ilmuwan menjelaskan tentang perubahan yang telah atau akan terjadi, menerangkan cara memanfaatkan hukum alam, dan mengarahkan pengetahuan tersebut ke arah tertentu maka ilmu pengetahuan tersebut tidak bisa dikatakan netral.[7] Karena analisis yang dilakukan oleh ilmuwan tersebut bisa jadi karena dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan yang telah ia lalui sebelumnya, misalnya adanya doktrin ideologi, agama, ataupun pengalaman pribadi. Dikotomi antara pendidikan umum dengan pendidikan Islam dalam bingkai Filsafat Pendidikan Islam dipandang sebagain umat islam sebagai permasalahan yang sangat mengganggu bagi kepentingan kemajuan peradaban umat islam. Bukankah pendidikan hadir untuk menyiapkan manusia beserta segala akibat turunannya menghadapi segala permasalahan kehidupan. Lantas salahkah jika Ulama pada zaman sekarang melakukan ijtihad baru untuk menjawab permasalahan pendidikan Islam zaman sekarang ini yang dihadapkan dengan pendidikan umum.
Oleh karena itu, dipandang perlu dan penting sesegera mungkin pendidikan islam mengadakan integrasi ilmu yaitu bukan dengan cara mencampurkan antara pendidikan umum dengan pendidikan islam seperti mencampurkan air dengan minyak. Integrasi dilakukan untuk tercapainya efisiensi seperti hemat waktu  serta biaya dan tercapainya efektifitas sehingga mahasiswa menjadi lebih fokus pada materi yang integral. Yang mana mahasiswa tidak akan lagi membedakan mana mata pelajaran/pendidikan agama dan mana mata pelajaran/pendidikan non agama, namun semuanya terintegral menjadi satu menjadi pendidikan berbasis agama.

5.    Selama ini masih banyak kritik yang ditujukan kepada PAI di Sekolah Umum.
  a.      Jelaskan berbagai kritik tersebut!
  b.      Jika anda ditunjuk sebagai konsultan pengembangan PAI di Sekolah umum, apa saja saran-saran anda baik terhadap guru Pendidikan Agama Islam maupun Kepala Sekolah untuk memperbaiki keadaan yang dikritik tersebut?






Jawab:
a.    Pendidikan Agama Islam pada era informasi sekarang ini dihadapkan pada berbagai permasalahan mulai dari sistem pendidikan yang tidak integral, kurikulum ahistoris karena lebih mengekor pada pendidikan umum yang pada praktiknya enggan untuk diterapkan secara menyatu, metode yang masih terus menyesuaikan diri, dan tujuan pendidikan yang secara praktis belum terfokus. Walaupun pada faktanya sekarang ini pendidikan Islam secara kelembagaan serta adminsitrasi misalnya Madrasah dan Pondok pesantren mengalami perkembangan pesat, mulai dari sarana prasarana, jumlah mahasiswa, kualitas, dan sistem organisasi yang terstruktur. Namun dari segi Kurikulum sepertinya Pendidikan Islam baik secara isi maupun metode masih tunduk pada pengaruh-pengaruh pendidikan umum. Inilah tugas penting generasi Islam ke depan dalam mentransformasikan pendidikan supaya sistem pendidikan memiliki jiwa-jiwa Islami. Sehingga bukan sistem pendidikan Islam yang dimuati oleh Kurikulum Umum namun bisa terciptanya Kurikulum Umum yang dimuati kurikulum dan sistem pendidikan Islami secara integral.
Yang masih menjadi diskusi panjang tentang pendidikan Islam adalah apakah Islam mempunyai konsep tersendiri mengenai Pendidikan versi Islam ataukah tidak sama sekali.[8] Pada kenyataan secara historis kemajuan peradaban Islam di masa Keemasan dahulu diperoleh umat islam karena mengambil, beradapatasi, dan mengadopsi sistem lembaga pendidikan dari peradaban masyarakat yang ia jumpainya sebagai implikasi politik ekspedisi. Jika kita tarik pada permasalahan pendidikan Islam di Indonesia sekarang ini maka kita dapat jumpai bahwa konsep pendidikan di madrasah dan mata pelajara PAI di Sekolah umum belum mengalami perkembangan yang berarti. ‘Intervensi’ secara tak sengaja dari konsep pendidikan umum masih tercium tajam, sehingga terkesan bahwa konsep pendidikan Islam selalu mengekor pada konsep pendidikan Umum. Tentu pembahasan ini masih jauh dengan gagasan bahwa di lembaga madrasah Indonesia harus diadakan kurikulum yang integratif.
Jika ditinjau dari kualitas gurunya maka Pendidikan Agama Islam bisa dikatan masih didominasi oleh guru-guru yang terkesan tidak menerima inovasi, tidak bisa mengembangkan PAI menjadi sebuah mata pelajaran yang disukai oleh peserta didik, dan guru memposisikan dirinya sebagai ulama yang harus dipatuhi oleh umatnya. Inilah realitas yang tejadi pada dunia Pendidikan Agama Islam yang berada di sekolah-sekolah umum. Nasib PAI lebih dianaktirikan dan dinomer duakan dari pendidikan-pendidikan lain walaupun secara undang-undang (UU no. 20 tentang SISDIKNAS 2003) mengutamakan pada peningkatan iman dan taqwa peserta didik.
b.    Jika saya ditunjuk menjadi konsultan pengembangan PAI di sekolah umum maka saya akan memberikan saran-saran kepada Guru PAI dan kepala sekolah untuk memperbaiki keadaan berdasarkan kritikan di atas. Diantaranya adalah sebagai berikut:
     1)      Untuk Guru PAI; guru PAI harus banyak membaca literatur umum (tidak hanya litaratur agama dan bahasa arab saja), guru PAI mengembangkan ilmu pengetahuannya dengan cara membuat karya ilmiah, guru melakukan pengabdian di masyarakat tidak hanya dalam bidang ibadah namun juga berperan dalam memecahkan masalah umum. Guru lebih bersifat terbuka (inklusif) dalam menerima ide-ide baru yang dipandang bisa mengembangkan ilmu pengetahuan. Guru PAI mereformulasi metode, strategi, dan media pembelajaran PAI yang lebih menarik dan bernilai kesan bagi mahasiswa.
    2)      Untuk Kepala sekolah; kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru PAI untuk mengembangkan diri dengan cara mengikuti pelatihan pengembangan diri diluar bidang materi pendidikan islam. Kepala sekolah memfasilitasi wakil kepala bidang Kurikulum untuk mengembangkan kurikulum PAI yang integratif dengan ilmu umum sehingga bisa bersifat aplikatif sehingga bisa dimanfaatkan secara langsung oleh mahasiswa. Kepala sekolah mendorong guru PAI untuk meningkatkan kualitas diri dengan cara mengikuti pelatihan dan membaca buku-buku keilmuan umum.




DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Muzayyin.  Filsafat Pendidikan Islam . Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Filsafat Pendidikan Islam: Mengembangkan Pemikiran. http://www.zonastudi.co.cc/2008/12/stkip-filsafat-pendidikan-islam_1768.html, Senin, 01 Desember 2008. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.

Muhaimin.  Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

--------. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004.

Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.






[1]Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 127.
[2]Ibid., 128.
[3]Filsafat Pendidikan Islam: Mengembangkan Pemikiran. http://www.zonastudi.co.cc/2008/12/stkip-filsafat-pendidikan-islam_1768.html, Senin, 01 Desember 2008. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.
[4]Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004), 40.
[5]Ibid., 42-44.
[6][6]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam  (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 1.
[7]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 ), 65.
[8]Ibid., 31.




Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tanya Jawab Tentang Filsafat Pendidikan Islam dan Upaya Pembaruan Pendidikan Islam"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*