Terima
kasih, blog Banjir Embun telah dipercaya untuk digunakan sebagai referensi
karya tulis oleh beberapa akademisi dan calon ilmuwan muda. Berikut puluhan BUKTI blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat ilmiah (ilmuwan):
<< Puluhan bukti blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat luas >>
Buku A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun) berjudul:
<< Puluhan bukti blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat luas >>
Buku A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun) berjudul:
Rincian buku:
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Isi Lengkap Buku
Contoh Glosarium Buku
Contoh Indeks Buku
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Isi Lengkap Buku
Contoh Glosarium Buku
Contoh Indeks Buku
Contoh Sinopsi Buku (Sampul Belakang)
Topi lain:
Tanya Jawab Tentang Pengembangan Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah/Madrasah, Pendidikan Tinggi, dan Pondok Pesantren
Topi lain:
Tanya Jawab Tentang Pengembangan Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah/Madrasah, Pendidikan Tinggi, dan Pondok Pesantren
TANYA JAWAB TENTANG DALIL-DALIL AL QURAN SERTA TEORI-TEORI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
Tanya Jawab Tentang Filsafat Pendidikan Islam dan Upaya Pembaruan Pendidikan Islam
Tanya Jawab Tentang pendidikan karakter bangsa serta mengkritisi kurikulum PAI sekolah
Tanya Jawab Tentang Agama, Negara, dan Pendidikan Karakter
TANYA JAWAB TENTANG DALIL-DALIL AL QURAN SERTA TEORI-TEORI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN
LEMBAGA PENDIDIKAN
Oleh: A. Rifqi Amin
1.
Tuliskan satu dalil al Quran atau Hadith yang
berkaitan dengan manajemen atau kepemimpinan
pendidikan!
Jawab:
Pertanggungjawaban dalam Manajemen
Firman Allah dalam al-Qur’an Surat [17]:36
sebagai berikut:
Terjemahannya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Karena pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Ayat-ayat lain yang
berkesinambungan dengan pertanggung jawaban adalah al Quran Surat al-Qiyaamah [75]:
36;
Terjemahannya:
Apakah
manusia mengira ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
Ayat lain yang
memerintahkan manusia untuk berorganisasi dengan baik dan penuh tanggung jawab
dalam QS. Al-Maidah [5]: 2;
Terjemahannya:
Bertolong-menolonglah
kamu dalam (berbuat) kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu bertolong-menolong
dalam perbuatan dosa dan permusuhan.[1]
a.
Lakukan analisa terhadap isi dalil tersebut!
Jawab:
Ayat-ayat di atas merupakan
serangkaian perintah Allah untuk manusia yang khususnya pada umat islam agar
dalam setiap bertindak baik secara individu maupun kelompok meyakini bahwa
semuanya akan mendapatkan tagihan pertanggung jawaban dari Allah di hari kiamat
kelak. Oleh sebab itu dalam bertindak sebisa mungkin tidak berniat dengan
sengaja melanggar perintah Allah. Sehingga dalam berorganisasi senantiasa
bertindak positif, misalnya berbuat jujur, keterbukaan, saling membantu, tidak
saling menjatuhkan, menolong atau menemukan solusi jika ada salah satu personal
yang mengalami kesulitan, dan tindakan positif lain.
Ayat tersebut juga menggambarkan bahwa dalam berorganisasi seseorang harus teliti, hati-hati, punya pengetahuan di bidangnya, mempunyai prinsip yang positif serta kokoh, dan mawas diri. Karena semua yang dia laukan baik dengan penglihatan, pendengaran, dan bahkan isi hatinya semuanya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Sehingga berorganisasi dalam lembaga pendidikan bukanlah hal yang gampang dengan tanggung jawabnya, karena dinamisnya perkembangan lembaga pendidikan menyesuaikan dengan keadaan peserta didik dan kultur masyarakat.
b.
Lakukan identifikasi terhadap implikasi
praktis dalil tersebut bagi proses pengembangan lembaga pendidikan!
Jawab: Sering kali manajemen dan kepemimpinan lembaga pendidikan
di sekitar kita dilakukan dengan sembrono dan menyepelekan arti sebuah
pertanggung jawaban, baik pertanggung jawaban pada manusia maupun kepada Allah
SWT. Selama ini lembaga pendidikan sebagai tempat mendidik generasi muda sangat
langka ditemukannya keterbukaan informasi terutama informasi keungangan yang
ditujukan pada internal lembaga maupun eksternal lembaga. Keterbukaan sistem
informasi merupakan perilaku positif lembaga pendidikan sebagai bentuk laporan
pertanggung jawaban lembaga kepada seluruh civitas lembaga dan masyarakat luar.
Keterbukaan informasi merupakan hak untuk semuanya, apabila tidak dipenuhi maka
itu merupakan salah satu pelanggar baik di mata manusia maupun di mata Allah
SWT.
Implikasi
praktis dalil tersebut bagi proses pengembangan lembaga pendidikan adalah dalam berorganisasi jangan dilakukan
dengan ‘main-main’ dan menyepelekan. Semuanya harus dilakukan dengan penuh
perencanaan, pengawasan, pengevaluasian yang terbuka, dan kemudian mempertanggunjawabkan
kepada institusi atau kelompok orang yang memang berhak untuk meminta
pertanggung jawaban. Pertanggungjawaban yang dilakukan secara terbuka akan
berdampak positif bagi lembaga pendidikan dan masyarakat. Dengan adanya
keterbukaan melalui pola pertanggungjawaban manajemen maka lembaga tersebut
akan memiliki nilai plus dibandingkan dengan lembaga-lembaga lian. Salah satu
bentuk konkrit keterbukaan informasi untuk pertanggung jawaban di bidang
keungan adalah menempelkan laporan keunganan penggunaan anggaran BOS di papan
pengumuman sekolahan bila perlu di papan pengumuman umum. Jika banyak lembaga
pendidikan sekolah melakukan hal tersebut maka ini akan menjadi contoh bagi
lembaga-lembaga instansi lain. Penulis yakin ini merupakan gebrakan yang sangat
besar dan bisa berdampak positif bagi proses pengembangan lembaga pendidikan.
2.
Jelaskan pengertian manajemen pendidikan dan
diskripsikan peran manajemen pendidikan bagi pengembangan tiap-tiap aspek dalam lembaga pendidikan (dukung dengan menyebutkan
teori-teori maupun dalil-dalil yang relevan)!
Jawab: Menurut
penulis pengertian manajemen berbeda dengan pengertian organisasi, adminsitrasi,
dan pengertian kepemimpin. Pembedaan terhadap keempat hal tersebut dilakukan
untuk memilah antar ruang lingkup bahasan serta mengetahui bagaimana cara kerja
sistem yang ada di dalamnya. Pendapat penulis tersebut sejalan dengan
keterangan Mujamil Qomar bahwa cakupan administrasi itu lebih luas dari
manajemen, sedangkan manajemen memiliki cakupan lebih luas dari kepemimpinan
karena kepemimpinan lebih cenderung pada kemampuan memotivasi dan
mengayomi. Lebih jelasnya menurut dia
manajemen berfungsi untuk mengolah hasil dari supervisi berupa masukan dari
realita (non verbal) dan masukan dari bawahan secara tertulis atau lisan
(verbal) untuk ditindaklanjuti berupa melahirkan kebijakan-kebijakan.[2]
Perbedaan lain antar
manajemen dengan administrasi adalah terletak pada titik tekan pembahasannya,
yang mana adminsitrasi menekankan pada subtansi administri, sedangkan manajemen
lebih menekankan pada bagaimana proses pelaksanaan kegiataan yang dilakukan. Sementara,
ilmu manajemen pendidikan dipandang sebagai ilmu yang relatif berusia muda.
Karena sebelumnya dalam dunia pendidikan lebih sering menggunakan istilah adminsitrasi
pendidikan dari pada manajemen pendidikan. Dengan demikian dapat diambil benang
merah dari pembahasan di atas bahwa manjemen
pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang tersistem dalam bentuk proses
pengelolaan segala sumber daya secara optimal yang diimplementasikan dalam
kerjasama beberapa manusia pada organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.[3]
Peran
manajemen pendidikan dalam upaya mengembangkan tiap-tiap aspek yang ada pada
lembaga pendidikan adalah terwujudnya keseluruhan program kerja secara efektif
dan efisien.[4]
Dengan kata lain menurut penulis dengan adanya manajemen yang unggul maka
kinerja lembaga bisa berjalan dengan tepat sasaran atau personalia lembaga
bertindak tepat sesuai dengan tujuan (efektif) sehingga menghasilkan ‘sesuatu’
yang sebaik-baiknya. Dan pula di sisi lain dengan adanya manajemen yang kokoh
maka akan menghasilkan kinerja yang dilakukan dengan tepat waktu, tepat
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, dan tepat pembiayaan (efisien) sehingga
bisa mencegah terjadinya in-efisiensi.
Dengan
menganalisis peran manajemen pendidikan tersebut maka dapat penulis kembangkan
menjadi peran praktis manajemen pendidikan yaitu sebagai berikut:
a.
Memberikan semangat
untuk bekerja seefektif mungkin, tetap guna, dan efisien.
b.
Mengembangkan
perencanaan beserta kinerja menyesuaikan dengan keadaan intern dan ekstern yang
dihadapkan pada lembaga.
c.
Memiliki kemampuan
merespon dengan cepat, teliti, dan tepat sasaran dalam menanggapi segala
sesuatu yang dapat menguntungkan atau merugikan lembaga pendidikan.
d.
Menikmati hasil
yang diperoleh dengan berpegang pada etika dan nilai-nilai kelembagaan.[5]
e.
Mewujudkan proses
pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
f.
Menciptakan peserta
didik yang mampu mengembangkan dirinya yang mempunyai kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang
diperlukan oleh dirinya, masyarakat, dan negara.[6]
g.
Menciptkan suasana
hubungan harmonis dan terfokus dalam kerja sama antar bidang serta intern
bidang pada lembaga pendidikan.
h.
Melaporkan hasil
kinerja kemudian ditindaklanjuti dengan pembagian tugas yang imbang sesuai
dengan porsi (gaji) masing-masing.
i.
Sebagai pembangun
nilai-nilai dalam organisasi sehingga akan memunculkan sosok tertentu sebagai
contoh (kemampuan interpersonal).
Setiap
aspek pendidikan yang meliputi: Sumber Daya Manusia, Fasilitas Pembelajaran dan
Layanan Umum, Kurikulum, dan Sumber Daya Masyarakat dan Layanan Umum yang semua
aspek tersebut masing-masing memerlukan
sebuah penanganan khusus bila perlu penangan semi mandiri. Sehingga diperlukan
manajemen pendidikan untuk mengembangkan tiap-tiap aspek pendidikan tersebut.
Maka untuk membahas permasalahan tersebut lebih mendalam menurut Mulyono yang
mendeskripsikan peran manajemen pendidikan bagi pengembangan tiap-tiap aspek
dalam lembaga pendidikan telah memaparkan bahwa peran manajemen lebih
ditekankan pada masalah adanya tanggung jawab, pembagian kerja, dan efisiensi.
Menurutnya ada beberapa dalil al Quran yang memiliki makna yang tak jauh
berbeda dengan peran-peran manajemen dalam pengembangan tiap aspek pendidikan
yaitu sebagai berikut:[7]
a.
Setiap orang harus
bertanggung jawab pada setiap karyanya (Surat al Zalzalah [99]: 7-8)
Terjemahannya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun
(zat terkecil), niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula.
Menurut penulis ayat di
atas melarang bagi manusia untuk menyepelekan segala tindakan sedikit apapun
yang beratnya seukuran partikel/benda/zat yang paling kecil di alam semesta.
Setiap tindakan yang kita lakukan di lembaga pendidikan harus sesuai dengan
kapasitas (memang berhak untuk dikerjakan oleh yang bersangkutan) tidak
melakukan tindakan yang menjadi hak dan amanah orang lain kecuali mendapat izin
yang jelas. Begitu pula seseorang dalam organisasi pendidikan harus melakukan
melakukan tindakan all out dalam
mewujudkan tujuan sesui dengan masing-masing bidang atau tiap aspek pendidikan
yang dia emban. Jika dilakukan secara setengah-setengah maka itu adalah sebuah
tindakan yang dianggap ‘kecil’ tapi juga akan memperoleh balasan yang setimpal
pula.
b.
Adanya pembagian
kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam sebuah organisasi sesuai dengan
kapabilatias masing-masing (Surat al-An’am [6]: 165, al Thur [52]: 21, dan al-
Muddatsir [74]: 38)
Terjemahannya:
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa
(khalifah) di bumi dan Dia meninggikan
sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-An’am [6]: 165)
Dan orang-oranng yang beriman, beserta anak cucu mereka
yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan
apa yang dikerjakannya. (al
Thur [52]: 21)
Tiap-tiap diri bertanggung
jawab atas apa yang telah diperbuatnya
(al- Muddatsir [74]: 38)
Berdasarkan ayat-ayat dapat penulis pahami
bahwa setiap manusia dilahirkan di bumi ini dalam status yang sama yaitu hamba
Allah namun dalam perkembangannya memiliki perbedaan satu sama lain sehingga
ketika dewasa mereka menjadi sosok orang yang berbeda pula. Ada yang menjadi
pemimpin, ada yang ahli dalam bidang pengeloaan Sumber Daya Manusia, ahli dalam
mengelola fasilitas pembelajaran dan layanan umum, mengelola kurikulum, dan
mengelola sumber daya masyarakat serta Jaringan Kerjasama. Oleh karena itu
perlu adanya manajemen untuk mengelola setiap potensi kegiatan yang ada pada
personal lembaga pendidikan. Sehinga dapat dipahami bahwa untuk sesorang yang
berada pada setiap aspek lembaga pendidikan harus terbagi sesuai dengan
kapabilitas (kemampuan atau keahliannya).
c.
Pentingya
efisienasi dalam organisasi (al – Furqon [23]: 67)
Terjemahannya:
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan/menginfakkan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan (di
tengah-tengah) di antara keduanya secara wajar.[8]
Dari
ayat di atas maka penulis dapat mengambil makna bahwa seorang hamba Allah
bukanlah hamba yang melakukan tindakan in-efisiensi. Namun seorang hamba Allah
harus memanjemen keuangan sehingga anggaran yang dialokasikan tepat serta
sesuai porsi dan waktunya dengan apa yang dibutuhkan sehingga bisa bermanfaat
secara optimal.
3.
Jelaskan pengertian dan fungsi nilai-nilai
organisasi (intangible asset) bagi
proses pengembangan lembaga pendidikan, dan bagaimana cara mengfungsikan
nilai-nilai organisasi tersebut agar menjadi motivasi dan landasan kerja
seluruh civitas sekolah (dukung dengan menyebutkan teori-teori maupun
dalil-dalil yang relevan)!
Jawab: Nilai merupakan sesuatu
yang sulit untuk digambarkan secara konkrit, karena nilai adalah sebuah tatatan
sistem yang ideal terbangun secara reflek tingkah laku personal organisasi
maupun penghayatan yang didesain. Sehingga bisa dinyatakan bahwa nilai adalah
internalisasi antara keyakinan, perasaan, dan kemantapan yang menjadi identitas
khusus terhadap pola pemikiran, hubungan, dan perilaku.[9]
Dari pernyataan tersebut maka penulis dapat mengambil inti utamanya bahwa nilai
dapat menjadi dasar atau pijakan personal organisasi dalam bertindak. Setiap
tindakan yang selalu berdasarkan pada nilai-nilai yang telah dibangun tersebut
maka lama kelamaan akan menjadi sebuah budaya yang tercermin pada perilaku
personalia lembaga pendidikan. Setiap perilaku atau kegiatan positif personalia
yang berdasarkan nilai-nilai yang telah ditetapkan maka akan menghasilkan karya
berwujud benda maupun jasa yang sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan. Karena
nilai-nilai organisasi terbentuk dengan adanya pengumpulan aktivitas dalam
jangka waktu lama, kemudian terinternalisasi menjadi kebiasaan yang tercermin dalam
pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendesainan nilai-nilai organisasi
sering kali terbentuk oleh ketetapan-ketetapan berupa slogan, visi, dan motto
dalam sistem manajerial yang telah ditetapkan organisasi.
Lebih dari pada itu
nilai-nilai organisasi menjadi pedoman bagi setiap personal lembaga pendidikan
untuk tercapainya suasana atau iklim yang nyaman, aman, tertib, bertanggung
jawab, profesional, harmonis, dan kondusif.[10]
Menurut penulis Suasana yang kodusif seperti itu bukanlah sebuah tujuan bagi
organisasi tapi merupakan salah satu cara bagaimana agar sistem rotasi
organisasi bisa berjalan dengan lancar dan berfungsi dengan tepat sehingga bisa
tercapai tujuan lembaga pendidikan dengan cara dan hasil yang sempurna. Niali-nilai
organisasi sebagai intangible asset memiliki peran
penting bahkan mendominasi. Karena berdasarkan penilitian menunjukkan bahwa adanya
pergeseran pandangan tentang lebih bermaknanya intangible asset dari
pada tangible asset dalam
organisasi, ditunjukkan dalam gambar berikut ini:[11]
Dari
penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi nilai-nilai organisasi (intangible asset) bagi proses
pengembangan lembaga pendidikan adalah sebagai ‘kunci utama’ berjalannya
organisasi secara tersistem (tidak berjalan sendiri-sendiri). Organisasi yang
memiliki intangible asset akan
menjadi organisasi berperforma nilai tinggi yang memiliki anggota menyatu,
proseional, dan penuh semangat yang tidak bersifat semu atau sementara. Sehingga wajar jika ada sebuah
organisasi memiliki ‘harga’ tinggi di mata masyarakat karena memiliki intagible asset yang unggul walaupun
aset (sumber daya) secara kasat mata tidak begitu mencolok. Dengan kata lain
adanya intageible asset yang unggul
pada lembaga pendidikan maka akan bisa menciptakan produk layanan yang unggul
pula misalnya meningkatnya prestasi siswa, terjadinya perubahan perilaku siswa
yang semakin positif, dan hasil positif lainnya yang akan berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan.
Menurut
Rohiat yang ia kutip dari Massie ada sejumlah nilai yang pada umumnya semuanya
dapat diterima dan dipahami dalam setiap aspek manajemen. Dianataranya adalah kebahagiaan,
ketaatan pada hukum, konsistensi, integritas, dan kesetiaan. Menurutnya dengan
terpenuhinya kebahagiaan maka setiap personal lembaga akan melakukan kegiatan
dengan sepenuh hati tanpa beban atau tertekan sehingga setiap langkah dan tutur
katanya merupakan keringanan dicurahkan kepada lembaga sebagai balas budi
karena lembaga/pimpinan ‘memberikan’ kebahagiaan.[12]
Nilai-nilai yang dikembangkan di lembaga pendidikan tidak lepas dari keberadaan
lembaga di tengah-tengah masyarakat sebagai organisasi pendidikan yang memiliki
peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarkan, dan mewariskan
nilai-nilai kepada siswanya.[13]
Sehingga nilai-nilai tersebut juga bisa berfungsi untuk membangun citra lembaga
pendidikan di mata masyarakat.
Secara
teknis cara memfungsingkan nilai-nilai orgnanisasi agar menjadi motivasi dan
landasan kerja seluruh civitas lembaga pendidikan adalah para pemimpin atau
orang yang berpengaruh baik dari internal maupun eksternal dan secara langsung
maupun tidak langsung pada lembaga pendidikan dengan memberi contoh serta
menjadi ayoman dalam menerapkan nilai-nilai organisasi tersebut. Kemudian
orang-orang yang menjadi figur utama dalam lembaga pendidikan menanamkan
doktrin secara verbal maupun non verbal yaitu dengan kata-kata atau tulisan
(tekstual) maupun dengan bentuk ajakan yang bersifat kontekstual, menamakan
kepercayaan, menjadikan nilai tersebut sebagi sebuah kebiasaan bagi civitas.
Namun perlu diperhatikan untuk mengarahkan civitas lembaga pendidikan agar
melaksanakan nilai-nilai tersebut maka harus dilengkapi pula infrakstruktur,
layanan, dan fasilitas ‘menuju’ penerapan nilai-nilai organisasi.
Selanjutnya dalam al-Qur'an memberikan petunjuk pada umat manusia agar dalam suatu wadah, tempat, persaudaraan, ikatan, organisasi, dan kelompok tidak boleh timbul pertentangan, perselisihan, perscekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan, runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Sebagaimana Firman Allah dalam al Quran Surat al –Anfal [8]: 46 dan Surat Ali ‘Imran [3]: 103 sebagai berikut:
Terjemahannya:
Dan taatilah Allah dan RasulNya, janganlah
kamu berbantah-bantahan (berselisih) yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang
kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Terjemahan Surat Ali ‘Imran
[3]: 103;
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk[14]
Dari ayat di atas maka dapat dipahami bahwa umat islam
harus memiliki kesatu paduan dalam mencapai sesuatu tujuan terutama untuk
melakukan syiar Islam. Dalam konteks ini lembaga pendidikan (madrasah)
merupakan wahana umat islam untuk melakuka syiar islam. Maka agar lembaga madrasah
menjadi unggul di mata masyarakat perlu adanya nilai-nilai organisasi yang
ditanamkan agar seluruh personalia atau civitas madrasah bisa menyatu sehingga
bisa menjadi kuat, kokoh, dan mampu menyelesaikan segala permasalahan
organisasi.
4.
Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap
perkembangan lembaga pendidikan antara lain meliputi: sumber daya manusia,
fasilitas pembelajaran dan layanan umum, kurikulum, dan sumber daya masyarakat dan jaringan
kerjasama. Lakukan identifikasi terhadap kelemahan kondisi empat aspek tersebut
dan berikan solusi pengembangannya berdasarkan teori-teori maupun dalil-dalil
yang mendukung!
Jawab:
Aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan lembaga pendidikan adalah Sumber
Daya Manusia (SDM), Fasilitas Pembelajaran dan Layanan Umum, Kurikululum, dan
Sumber Daya Masyarakat (SumDaMas) dan Jaringan Kerjasama. Identifikasi penulis terhadap kelemahan
kondisi empat aspek tersebut adalah dalam aspek SDM ditemukan minimnya komitmen
dan jiwa militan, dalam aspek Fasilitas Pembelajaran dan Layanan Umum masih
ditemukan fasilitas dan layanan yang tidak berfungsi dengan optimal, dalam
kurikulum masih ada lembaga yang merancang dan mengembangkan kurikulum bukan
berdasarkan kebutuhan serta minat bakat siswa, dan yang terkhir dalam aspek
SumDaMas dan Jaringan Kerjasama ditemukan madrasah yang belum mengoptimalkan
peran masyarakat dalam mengembangakan lembaga pendidikan.
Lebih konkirt lagi
tentang permasalahan hubungan antar aspek penulis menemukan bahwa sering kali
hubungan antar bidang aspek mengalami ketidak efektifan dalam berkomunikasi
sehingga menyebabkan amburadulnya implementasi program kerja yang berdampak
pada in-efisienesi. Sebagai contoh bidang kurikulum mengadakan kegiatan
pembelajaran praktek Biologi di taman sekolah untuk meneliti berbagai tumbuhan,
namun karena tanpa adanya koordinasi
dengan bidang fasilitas pembelajaran dan layanan umum maka kegiatan
pembelajaran tersebut di mata bidang fasilitas pembelajaran dan layanan umum
telah merusak taman. Karena taman tersebut baru saja ditaburi benih-benih/biji
bunga, dengan diinjak-injak oleh siswa maka menyebabkan kerusakan taman bunga
dan dikhwatirkan benih bunga tidak tumbuh. Singgungan antar aspek tersebut bisa
saja terjadi di bidang aspek yang lainnya, mungkin karena kesensitifan salah
satu personal dalam bidang masing-masing. Permasalahan tersebut berpengaruh terhadap upaya pengembangan
lembaga pendidikan, karena tidak adanya komunikasi yang efiktif dan ketidak saling
kepercayaan menyebabkan kinerja lembaga lebih terasa melambat dan berat.
Solusi permasalahan
di atas sebagai wujud pengembang lembaga pendidikan adalah kepala sekolah
melakukan tindakan-tindakan supervisi, tindakan fungsi manajemen, mengadakan
pendekatan kepada seluru elemen personal civitas pendidikan dengan adil dan
tidak pilih kasih, melakukan gaya kepemimpinan yang modern sesui perkembangan
zaman dan kondisi kultur masyarakat, dan menjadi figur yang mendekat pada
bawahan namun tetap menjaga kewibaan sebagai kepala sekolah.[15]
Oleh karena itu menurut penulis kepala sekolah atau Madrasah harus menjadi
figur yang paling pertama menguasai, memahami, dan mengimplementasikan
ilmu-ilmu, informasi-informasi, teori-teori, dan undang-undang yang baru
tentang kependidikan dan kondisi masyarakat sebelum bawahannya secara luas.
Solusi terhadap
permasalahan antar aspek-aspek dalam manajemen pendidikan berdasarkan dalil
al-Quran dalam surat Ash Shaff [61]: 4;
Terjemahannya:
Sesungguhnya Allah
menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.[16]
Ayat tersebut menceritakan tentang ketelodoran Sahabat
nabi dalam perang Uhud, karena sebagai pemimpin nabi tidak dianggap
perkataannya. Padahal Rasullah telah mengajarkan pada sahabatnya untuk tidak
menyerang musuh sebelum membariskan pasukannya dengan ‘merapat’.[17] Menurut pemahaman
penulis tentang konsep ‘bangunan; bahwa dalam bangunan terdapat
komponen-komponen yang satu sama lain secara fisik berbeda dan memiliki fungsi yang berbeda pula. Dengan
fungsi yang berbeda tersebut maka hubungan antar komponen tersebut saling
mendukung, mengayomi, dan tidak saling curiga. Sebagai contoh; tidak usahlah
pintu bangunan ‘iri’ pada atap bangunan yang terletak di atas karena semua
memiliki peran dan fungsi masing-masing jika melanggar maka akan terjadi
kerusakan bangunan sehigga fungsi bangungan sebagai berteduh akan terkurangi
(menjadi tidak nyaman, aman, dan indah) bahkan tidak bisa berfungsi sama
sekali.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim, file download: BAB II_03-42 (SECURED).pdf, 14.
Ardiansyah, M. Asrori. “Pengertian Nilai,” dalam http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-nilai.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2013.
Bafadal, Ibrahim. Seri
Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Manajemen Peningkatan
Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Mulyasa. Manajemen
dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Mulyono. Manajemen
Administrasi & Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Munifah. Manajemen
Pendidikan dan Implementasinya. Kediri: STAIN Kediri, 2009.
Qomar, Mujamil. dalam Mata Kuliah Manajemen Pembelajaran PAI
Semester II Program Pascasarjana STAIN Kediri Tahun 2012.
Rohiat. Manajemen
Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama, 2010.
Saefullah. Manajemen
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Usman, Haidar. Manajemen:
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara 2008.
Zazin, Nur. Gerakan
Menata Mutu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
[1]Departeman
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30
Edisi Baru (Surabaya: Duta Ilmu, 2005),
[2]Penjelasan
Mujamil Qomar dalam Mata Kuliah Manajemen Pembelajaran PAI Semester II Program
Pascasarjana STAIN Kediri Tahun 2012.
[3]Munifah,
Manajemen Pendidikan dan Implementasinya
(Kediri: STAIN Kediri, 2009), 49-51.
[4]Ibrahim
Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Berbasis Sekolah: Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari
Sentralisasi Menuju Desentralisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 50.
[5]Saefullah,
Manajemen Pendidikan Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), 7-8.
[6]Husaini
Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan
Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara 2008), 10.
[7]Mulyono,
Manajemen Administrasi & Organisasi
Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 29-30.
[8]Departeman
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
[9]M. Asrori Ardiansyah, “Pengertian
Nilai,” dalam http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-nilai.html,
diakses pada tanggal 16 Januari 2013.
[10]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), 90.
[11]Anonim, file download: BAB II_03-42 (SECURED).pdf, 14.
[12]Rohiat,
Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan
Praktik (Bandung: Refika Aditama, 2010), 4.
[13]Nur
Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 155.
[14]Departeman
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
[15]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan, 181-183.
[16]Departeman
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
[17]Terjemahan Indonesia Tafsir Ibnu
Katsir Juz 28 hlm 161., file download: tafsir-ibnu-katsir-surat-ash-shaf.pdf,
4.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "TANYA JAWAB TENTANG DALIL-DALIL AL QURAN SERTA TEORI-TEORI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*