Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

TANYA JAWAB TENTANG DALIL-DALIL AL QURAN SERTA TEORI-TEORI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Terima kasih, blog Banjir Embun telah dipercaya untuk digunakan sebagai referensi karya tulis oleh beberapa akademisi dan calon ilmuwan muda. Berikut puluhan BUKTI blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat ilmiah (ilmuwan):

<<  Puluhan bukti blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat luas  >> 


Buku A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun) berjudul: 


TANYA JAWAB TENTANG DALIL-DALIL AL QURAN SERTA TEORI-TEORI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN

                                              Oleh: A. Rifqi Amin


1.      Tuliskan satu dalil al Quran atau Hadith yang berkaitan dengan manajemen atau kepemimpinan  pendidikan!
Jawab:
Pertanggungjawaban dalam Manajemen

Firman Allah dalam al-Qur’an Surat [17]:36 sebagai berikut:


Terjemahannya:
               Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Karena pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Ayat-ayat lain yang berkesinambungan dengan pertanggung jawaban adalah al Quran Surat al-Qiyaamah [75]: 36;
Terjemahannya:
Apakah manusia mengira ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
Ayat lain yang memerintahkan manusia untuk berorganisasi dengan baik dan penuh tanggung jawab dalam QS. Al-Maidah [5]: 2;
            Terjemahannya:
Bertolong-menolonglah kamu dalam (berbuat) kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu bertolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.[1]

a.      Lakukan analisa terhadap isi dalil tersebut!
Jawab: Ayat-ayat di atas merupakan serangkaian perintah Allah untuk manusia yang khususnya pada umat islam agar dalam setiap bertindak baik secara individu maupun kelompok meyakini bahwa semuanya akan mendapatkan tagihan pertanggung jawaban dari Allah di hari kiamat kelak. Oleh sebab itu dalam bertindak sebisa mungkin tidak berniat dengan sengaja melanggar perintah Allah. Sehingga dalam berorganisasi senantiasa bertindak positif, misalnya berbuat jujur, keterbukaan, saling membantu, tidak saling menjatuhkan, menolong atau menemukan solusi jika ada salah satu personal yang mengalami kesulitan, dan tindakan positif lain.



 




Ayat tersebut juga menggambarkan bahwa dalam berorganisasi seseorang harus teliti, hati-hati, punya pengetahuan di bidangnya, mempunyai prinsip yang positif serta kokoh, dan  mawas diri. Karena semua yang dia laukan baik dengan penglihatan, pendengaran, dan bahkan isi hatinya semuanya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Sehingga berorganisasi dalam lembaga pendidikan bukanlah hal yang gampang dengan tanggung jawabnya, karena dinamisnya perkembangan lembaga pendidikan menyesuaikan dengan keadaan peserta didik dan kultur masyarakat.

b.      Lakukan identifikasi terhadap implikasi praktis dalil tersebut bagi proses pengembangan lembaga pendidikan!
Jawab: Sering kali manajemen dan kepemimpinan lembaga pendidikan di sekitar kita dilakukan dengan sembrono dan menyepelekan arti sebuah pertanggung jawaban, baik pertanggung jawaban pada manusia maupun kepada Allah SWT. Selama ini lembaga pendidikan sebagai tempat mendidik generasi muda sangat langka ditemukannya keterbukaan informasi terutama informasi keungangan yang ditujukan pada internal lembaga maupun eksternal lembaga. Keterbukaan sistem informasi merupakan perilaku positif lembaga pendidikan sebagai bentuk laporan pertanggung jawaban lembaga kepada seluruh civitas lembaga dan masyarakat luar. Keterbukaan informasi merupakan hak untuk semuanya, apabila tidak dipenuhi maka itu merupakan salah satu pelanggar baik di mata manusia maupun di mata Allah SWT.
Implikasi praktis dalil tersebut bagi proses pengembangan lembaga pendidikan adalah dalam berorganisasi jangan dilakukan dengan ‘main-main’ dan menyepelekan. Semuanya harus dilakukan dengan penuh perencanaan, pengawasan, pengevaluasian yang terbuka, dan kemudian mempertanggunjawabkan kepada institusi atau kelompok orang yang memang berhak untuk meminta pertanggung jawaban. Pertanggungjawaban yang dilakukan secara terbuka akan berdampak positif bagi lembaga pendidikan dan masyarakat. Dengan adanya keterbukaan melalui pola pertanggungjawaban manajemen maka lembaga tersebut akan memiliki nilai plus dibandingkan dengan lembaga-lembaga lian. Salah satu bentuk konkrit keterbukaan informasi untuk pertanggung jawaban di bidang keungan adalah menempelkan laporan keunganan penggunaan anggaran BOS di papan pengumuman sekolahan bila perlu di papan pengumuman umum. Jika banyak lembaga pendidikan sekolah melakukan hal tersebut maka ini akan menjadi contoh bagi lembaga-lembaga instansi lain. Penulis yakin ini merupakan gebrakan yang sangat besar dan bisa berdampak positif bagi proses pengembangan lembaga pendidikan.

2.      Jelaskan pengertian manajemen pendidikan dan diskripsikan peran manajemen pendidikan bagi pengembangan tiap-tiap aspek dalam lembaga pendidikan (dukung dengan menyebutkan teori-teori maupun dalil-dalil yang relevan)!
Jawab: Menurut penulis pengertian manajemen berbeda dengan pengertian organisasi, adminsitrasi, dan pengertian kepemimpin. Pembedaan terhadap keempat hal tersebut dilakukan untuk memilah antar ruang lingkup bahasan serta mengetahui bagaimana cara kerja sistem yang ada di dalamnya. Pendapat penulis tersebut sejalan dengan keterangan Mujamil Qomar bahwa cakupan administrasi itu lebih luas dari manajemen, sedangkan manajemen memiliki cakupan lebih luas dari kepemimpinan karena kepemimpinan lebih cenderung pada kemampuan memotivasi dan mengayomi.  Lebih jelasnya menurut dia manajemen berfungsi untuk mengolah hasil dari supervisi berupa masukan dari realita (non verbal) dan masukan dari bawahan secara tertulis atau lisan (verbal) untuk ditindaklanjuti berupa melahirkan kebijakan-kebijakan.[2]
Perbedaan lain antar manajemen dengan administrasi adalah terletak pada titik tekan pembahasannya, yang mana adminsitrasi menekankan pada subtansi administri, sedangkan manajemen lebih menekankan pada bagaimana proses pelaksanaan kegiataan yang dilakukan. Sementara, ilmu manajemen pendidikan dipandang sebagai ilmu yang relatif berusia muda. Karena sebelumnya dalam dunia pendidikan lebih sering menggunakan istilah adminsitrasi pendidikan dari pada manajemen pendidikan. Dengan demikian dapat diambil benang merah dari pembahasan di atas bahwa manjemen pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang tersistem dalam bentuk proses pengelolaan segala sumber daya secara optimal yang diimplementasikan dalam kerjasama beberapa manusia pada organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.[3]
Peran manajemen pendidikan dalam upaya mengembangkan tiap-tiap aspek yang ada pada lembaga pendidikan adalah terwujudnya keseluruhan program kerja secara efektif dan efisien.[4] Dengan kata lain menurut penulis dengan adanya manajemen yang unggul maka kinerja lembaga bisa berjalan dengan tepat sasaran atau personalia lembaga bertindak tepat sesuai dengan tujuan (efektif) sehingga menghasilkan ‘sesuatu’ yang sebaik-baiknya. Dan pula di sisi lain dengan adanya manajemen yang kokoh maka akan menghasilkan kinerja yang dilakukan dengan tepat waktu, tepat pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, dan tepat pembiayaan (efisien) sehingga bisa mencegah terjadinya in-efisiensi.
Dengan menganalisis peran manajemen pendidikan tersebut maka dapat penulis kembangkan menjadi peran praktis manajemen pendidikan yaitu sebagai berikut:
a.       Memberikan semangat untuk bekerja seefektif mungkin, tetap guna, dan efisien.
b.      Mengembangkan perencanaan beserta kinerja menyesuaikan dengan keadaan intern dan ekstern yang dihadapkan pada lembaga.
c.       Memiliki kemampuan merespon dengan cepat, teliti, dan tepat sasaran dalam menanggapi segala sesuatu yang dapat menguntungkan atau merugikan lembaga pendidikan.
d.      Menikmati hasil yang diperoleh dengan berpegang pada etika dan nilai-nilai kelembagaan.[5]
e.       Mewujudkan proses pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
f.       Menciptakan peserta didik yang mampu mengembangkan dirinya yang mempunyai kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, dan negara.[6]
g.      Menciptkan suasana hubungan harmonis dan terfokus dalam kerja sama antar bidang serta intern bidang pada lembaga pendidikan.
h.      Melaporkan hasil kinerja kemudian ditindaklanjuti dengan pembagian tugas yang imbang sesuai dengan porsi (gaji) masing-masing.
i.        Sebagai pembangun nilai-nilai dalam organisasi sehingga akan memunculkan sosok tertentu sebagai contoh (kemampuan interpersonal).
Setiap aspek pendidikan yang meliputi: Sumber Daya Manusia, Fasilitas Pembelajaran dan Layanan Umum, Kurikulum, dan Sumber Daya Masyarakat dan Layanan Umum yang semua aspek tersebut masing-masing  memerlukan sebuah penanganan khusus bila perlu penangan semi mandiri. Sehingga diperlukan manajemen pendidikan untuk mengembangkan tiap-tiap aspek pendidikan tersebut. Maka untuk membahas permasalahan tersebut lebih mendalam menurut Mulyono yang mendeskripsikan peran manajemen pendidikan bagi pengembangan tiap-tiap aspek dalam lembaga pendidikan telah memaparkan bahwa peran manajemen lebih ditekankan pada masalah adanya tanggung jawab, pembagian kerja, dan efisiensi. Menurutnya ada beberapa dalil al Quran yang memiliki makna yang tak jauh berbeda dengan peran-peran manajemen dalam pengembangan tiap aspek pendidikan yaitu sebagai berikut:[7]
a.         Setiap orang harus bertanggung jawab pada setiap karyanya (Surat al Zalzalah [99]: 7-8)
Terjemahannya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun (zat terkecil), niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Menurut penulis ayat di atas melarang bagi manusia untuk menyepelekan segala tindakan sedikit apapun yang beratnya seukuran partikel/benda/zat yang paling kecil di alam semesta. Setiap tindakan yang kita lakukan di lembaga pendidikan harus sesuai dengan kapasitas (memang berhak untuk dikerjakan oleh yang bersangkutan) tidak melakukan tindakan yang menjadi hak dan amanah orang lain kecuali mendapat izin yang jelas. Begitu pula seseorang dalam organisasi pendidikan harus melakukan melakukan tindakan all out dalam mewujudkan tujuan sesui dengan masing-masing bidang atau tiap aspek pendidikan yang dia emban. Jika dilakukan secara setengah-setengah maka itu adalah sebuah tindakan yang dianggap ‘kecil’ tapi juga akan memperoleh balasan yang setimpal pula. 
b.         Adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam sebuah organisasi sesuai dengan kapabilatias masing-masing (Surat al-An’am [6]: 165, al Thur [52]: 21, dan al- Muddatsir [74]: 38)
Terjemahannya:
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalifah) di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-An’am [6]: 165)
Dan orang-oranng yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (al Thur [52]: 21)
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (al- Muddatsir [74]: 38)
 Berdasarkan ayat-ayat dapat penulis pahami bahwa setiap manusia dilahirkan di bumi ini dalam status yang sama yaitu hamba Allah namun dalam perkembangannya memiliki perbedaan satu sama lain sehingga ketika dewasa mereka menjadi sosok orang yang berbeda pula. Ada yang menjadi pemimpin, ada yang ahli dalam bidang pengeloaan Sumber Daya Manusia, ahli dalam mengelola fasilitas pembelajaran dan layanan umum, mengelola kurikulum, dan mengelola sumber daya masyarakat serta Jaringan Kerjasama. Oleh karena itu perlu adanya manajemen untuk mengelola setiap potensi kegiatan yang ada pada personal lembaga pendidikan. Sehinga dapat dipahami bahwa untuk sesorang yang berada pada setiap aspek lembaga pendidikan harus terbagi sesuai dengan kapabilitas (kemampuan atau keahliannya).
c.         Pentingya efisienasi dalam organisasi (al – Furqon [23]: 67)
Terjemahannya:
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan/menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan (di tengah-tengah) di antara keduanya secara wajar.[8]
Dari ayat di atas maka penulis dapat mengambil makna bahwa seorang hamba Allah bukanlah hamba yang melakukan tindakan in-efisiensi. Namun seorang hamba Allah harus memanjemen keuangan sehingga anggaran yang dialokasikan tepat serta sesuai porsi dan waktunya dengan apa yang dibutuhkan sehingga bisa bermanfaat secara optimal.

3.      Jelaskan pengertian dan fungsi nilai-nilai organisasi (intangible asset) bagi proses pengembangan lembaga pendidikan, dan bagaimana cara mengfungsikan nilai-nilai organisasi tersebut agar menjadi motivasi dan landasan kerja seluruh civitas sekolah (dukung dengan menyebutkan teori-teori maupun dalil-dalil yang relevan)!
Jawab: Nilai merupakan sesuatu yang sulit untuk digambarkan secara konkrit, karena nilai adalah sebuah tatatan sistem yang ideal terbangun secara reflek tingkah laku personal organisasi maupun penghayatan yang didesain. Sehingga bisa dinyatakan bahwa nilai adalah internalisasi antara keyakinan, perasaan, dan kemantapan yang menjadi identitas khusus terhadap pola pemikiran, hubungan, dan perilaku.[9] Dari pernyataan tersebut maka penulis dapat mengambil inti utamanya bahwa nilai dapat menjadi dasar atau pijakan personal organisasi dalam bertindak. Setiap tindakan yang selalu berdasarkan pada nilai-nilai yang telah dibangun tersebut maka lama kelamaan akan menjadi sebuah budaya yang tercermin pada perilaku personalia lembaga pendidikan. Setiap perilaku atau kegiatan positif personalia yang berdasarkan nilai-nilai yang telah ditetapkan maka akan menghasilkan karya berwujud benda maupun jasa yang sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan. Karena nilai-nilai organisasi terbentuk dengan adanya pengumpulan aktivitas dalam jangka waktu lama, kemudian terinternalisasi menjadi kebiasaan yang tercermin dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendesainan nilai-nilai organisasi sering kali terbentuk oleh ketetapan-ketetapan berupa slogan, visi, dan motto dalam sistem manajerial yang telah ditetapkan organisasi.
Lebih dari pada itu nilai-nilai organisasi menjadi pedoman bagi setiap personal lembaga pendidikan untuk tercapainya suasana atau iklim yang nyaman, aman, tertib, bertanggung jawab, profesional, harmonis, dan kondusif.[10] Menurut penulis Suasana yang kodusif seperti itu bukanlah sebuah tujuan bagi organisasi tapi merupakan salah satu cara bagaimana agar sistem rotasi organisasi bisa berjalan dengan lancar dan berfungsi dengan tepat sehingga bisa tercapai tujuan lembaga pendidikan dengan cara dan hasil yang sempurna. Niali-nilai organisasi sebagai intangible asset memiliki peran penting bahkan mendominasi. Karena berdasarkan penilitian menunjukkan bahwa adanya pergeseran pandangan tentang lebih bermaknanya intangible asset dari pada tangible asset dalam organisasi, ditunjukkan dalam gambar berikut ini:[11]




Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi nilai-nilai organisasi (intangible asset) bagi proses pengembangan lembaga pendidikan adalah sebagai ‘kunci utama’ berjalannya organisasi secara tersistem (tidak berjalan sendiri-sendiri). Organisasi yang memiliki intangible asset akan menjadi organisasi berperforma nilai tinggi yang memiliki anggota menyatu, proseional, dan penuh semangat yang tidak bersifat semu  atau sementara. Sehingga wajar jika ada sebuah organisasi memiliki ‘harga’ tinggi di mata masyarakat karena memiliki intagible asset yang unggul walaupun aset (sumber daya) secara kasat mata tidak begitu mencolok. Dengan kata lain adanya intageible asset yang unggul pada lembaga pendidikan maka akan bisa menciptakan produk layanan yang unggul pula misalnya meningkatnya prestasi siswa, terjadinya perubahan perilaku siswa yang semakin positif, dan hasil positif lainnya yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Rohiat yang ia kutip dari Massie ada sejumlah nilai yang pada umumnya semuanya dapat diterima dan dipahami dalam setiap aspek manajemen. Dianataranya adalah kebahagiaan, ketaatan pada hukum, konsistensi, integritas, dan kesetiaan. Menurutnya dengan terpenuhinya kebahagiaan maka setiap personal lembaga akan melakukan kegiatan dengan sepenuh hati tanpa beban atau tertekan sehingga setiap langkah dan tutur katanya merupakan keringanan dicurahkan kepada lembaga sebagai balas budi karena lembaga/pimpinan ‘memberikan’ kebahagiaan.[12] Nilai-nilai yang dikembangkan di lembaga pendidikan tidak lepas dari keberadaan lembaga di tengah-tengah masyarakat sebagai organisasi pendidikan yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarkan, dan mewariskan nilai-nilai kepada siswanya.[13] Sehingga nilai-nilai tersebut juga bisa berfungsi untuk membangun citra lembaga pendidikan di mata masyarakat.
Secara teknis cara memfungsingkan nilai-nilai orgnanisasi agar menjadi motivasi dan landasan kerja seluruh civitas lembaga pendidikan adalah para pemimpin atau orang yang berpengaruh baik dari internal maupun eksternal dan secara langsung maupun tidak langsung pada lembaga pendidikan dengan memberi contoh serta menjadi ayoman dalam menerapkan nilai-nilai organisasi tersebut. Kemudian orang-orang yang menjadi figur utama dalam lembaga pendidikan menanamkan doktrin secara verbal maupun non verbal yaitu dengan kata-kata atau tulisan (tekstual) maupun dengan bentuk ajakan yang bersifat kontekstual, menamakan kepercayaan, menjadikan nilai tersebut sebagi sebuah kebiasaan bagi civitas. Namun perlu diperhatikan untuk mengarahkan civitas lembaga pendidikan agar melaksanakan nilai-nilai tersebut maka harus dilengkapi pula infrakstruktur, layanan, dan fasilitas ‘menuju’ penerapan nilai-nilai organisasi.




Selanjutnya dalam al-Qur'an memberikan petunjuk pada umat manusia agar dalam suatu wadah, tempat, persaudaraan, ikatan, organisasi, dan kelompok tidak boleh timbul pertentangan, perselisihan, perscekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan, runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Sebagaimana Firman Allah dalam al Quran Surat al –Anfal [8]: 46 dan Surat Ali ‘Imran [3]: 103 sebagai berikut:




            Terjemahannya:
Dan taatilah Allah dan RasulNya, janganlah kamu berbantah-bantahan (berselisih) yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Terjemahan Surat Ali ‘Imran [3]: 103;
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk[14]

Dari ayat di atas maka dapat dipahami bahwa umat islam harus memiliki kesatu paduan dalam mencapai sesuatu tujuan terutama untuk melakukan syiar Islam. Dalam konteks ini lembaga pendidikan (madrasah) merupakan wahana umat islam untuk melakuka syiar islam. Maka agar lembaga madrasah menjadi unggul di mata masyarakat perlu adanya nilai-nilai organisasi yang ditanamkan agar seluruh personalia atau civitas madrasah bisa menyatu sehingga bisa menjadi kuat, kokoh, dan mampu menyelesaikan segala permasalahan organisasi.

4.      Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan lembaga pendidikan antara lain meliputi: sumber daya manusia, fasilitas pembelajaran dan layanan umum, kurikulum, dan  sumber daya masyarakat dan jaringan kerjasama. Lakukan identifikasi terhadap kelemahan kondisi empat aspek tersebut dan berikan solusi pengembangannya berdasarkan teori-teori maupun dalil-dalil yang mendukung!
Jawab: Aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan lembaga pendidikan adalah Sumber Daya Manusia (SDM), Fasilitas Pembelajaran dan Layanan Umum, Kurikululum, dan Sumber Daya Masyarakat (SumDaMas) dan Jaringan Kerjasama.  Identifikasi penulis terhadap kelemahan kondisi empat aspek tersebut adalah dalam aspek SDM ditemukan minimnya komitmen dan jiwa militan, dalam aspek Fasilitas Pembelajaran dan Layanan Umum masih ditemukan fasilitas dan layanan yang tidak berfungsi dengan optimal, dalam kurikulum masih ada lembaga yang merancang dan mengembangkan kurikulum bukan berdasarkan kebutuhan serta minat bakat siswa, dan yang terkhir dalam aspek SumDaMas dan Jaringan Kerjasama ditemukan madrasah yang belum mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengembangakan lembaga pendidikan.
Lebih konkirt lagi tentang permasalahan hubungan antar aspek penulis menemukan bahwa sering kali hubungan antar bidang aspek mengalami ketidak efektifan dalam berkomunikasi sehingga menyebabkan amburadulnya implementasi program kerja yang berdampak pada in-efisienesi. Sebagai contoh bidang kurikulum mengadakan kegiatan pembelajaran praktek Biologi di taman sekolah untuk meneliti berbagai tumbuhan, namun karena  tanpa adanya koordinasi dengan bidang fasilitas pembelajaran dan layanan umum maka kegiatan pembelajaran tersebut di mata bidang fasilitas pembelajaran dan layanan umum telah merusak taman. Karena taman tersebut baru saja ditaburi benih-benih/biji bunga, dengan diinjak-injak oleh siswa maka menyebabkan kerusakan taman bunga dan dikhwatirkan benih bunga tidak tumbuh. Singgungan antar aspek tersebut bisa saja terjadi di bidang aspek yang lainnya, mungkin karena kesensitifan salah satu personal dalam bidang masing-masing.  Permasalahan tersebut  berpengaruh terhadap upaya pengembangan lembaga pendidikan, karena tidak adanya komunikasi yang efiktif dan ketidak saling kepercayaan menyebabkan kinerja lembaga lebih terasa melambat dan berat.  




Solusi permasalahan di atas sebagai wujud pengembang lembaga pendidikan adalah kepala sekolah melakukan tindakan-tindakan supervisi, tindakan fungsi manajemen, mengadakan pendekatan kepada seluru elemen personal civitas pendidikan dengan adil dan tidak pilih kasih, melakukan gaya kepemimpinan yang modern sesui perkembangan zaman dan kondisi kultur masyarakat, dan menjadi figur yang mendekat pada bawahan namun tetap menjaga kewibaan sebagai kepala sekolah.[15] Oleh karena itu menurut penulis kepala sekolah atau Madrasah harus menjadi figur yang paling pertama menguasai, memahami, dan mengimplementasikan ilmu-ilmu, informasi-informasi, teori-teori, dan undang-undang yang baru tentang kependidikan dan kondisi masyarakat sebelum bawahannya secara luas.
Solusi terhadap permasalahan antar aspek-aspek dalam manajemen pendidikan berdasarkan dalil al-Quran dalam surat Ash Shaff [61]: 4;



Terjemahannya:
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.[16]
Ayat tersebut menceritakan tentang ketelodoran Sahabat nabi dalam perang Uhud, karena sebagai pemimpin nabi tidak dianggap perkataannya. Padahal Rasullah telah mengajarkan pada sahabatnya untuk tidak menyerang musuh sebelum membariskan pasukannya dengan ‘merapat’.[17] Menurut pemahaman penulis tentang konsep ‘bangunan; bahwa dalam bangunan terdapat komponen-komponen yang satu sama lain secara fisik berbeda dan  memiliki fungsi yang berbeda pula. Dengan fungsi yang berbeda tersebut maka hubungan antar komponen tersebut saling mendukung, mengayomi, dan tidak saling curiga. Sebagai contoh; tidak usahlah pintu bangunan ‘iri’ pada atap bangunan yang terletak di atas karena semua memiliki peran dan fungsi masing-masing jika melanggar maka akan terjadi kerusakan bangunan sehigga fungsi bangungan sebagai berteduh akan terkurangi (menjadi tidak nyaman, aman, dan indah) bahkan tidak bisa berfungsi sama sekali.





DAFTAR RUJUKAN


Anonim, file download: BAB  II_03-42 (SECURED).pdf, 14.

Ardiansyah, M. Asrori. “Pengertian Nilai,” dalam http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-nilai.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2013.

Bafadal, Ibrahim. Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.

Munifah. Manajemen Pendidikan dan Implementasinya. Kediri: STAIN Kediri, 2009.

Qomar, Mujamil. dalam Mata Kuliah Manajemen Pembelajaran PAI Semester II Program Pascasarjana STAIN Kediri Tahun 2012.

Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama, 2010.

Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Usman, Haidar. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara 2008.

Zazin, Nur. Gerakan Menata Mutu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.






[1]Departeman Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edisi Baru (Surabaya: Duta Ilmu, 2005),
[2]Penjelasan Mujamil Qomar dalam Mata Kuliah Manajemen Pembelajaran PAI Semester II Program Pascasarjana STAIN Kediri Tahun 2012.
[3]Munifah, Manajemen Pendidikan dan Implementasinya (Kediri: STAIN Kediri, 2009), 49-51.
[4]Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 50.
[5]Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 7-8.
[6]Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara 2008),  10.
[7]Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 29-30.
[8]Departeman Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
[9]M. Asrori Ardiansyah, “Pengertian Nilai,” dalam http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-nilai.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2013.
[10]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 90.
[11]Anonim, file download: BAB  II_03-42 (SECURED).pdf, 14.
[12]Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik (Bandung: Refika Aditama, 2010), 4.
[13]Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),  155.
[14]Departeman Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
[15]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan, 181-183.
[16]Departeman Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
[17]Terjemahan Indonesia Tafsir Ibnu Katsir Juz 28 hlm 161., file download: tafsir-ibnu-katsir-surat-ash-shaf.pdf, 4.




Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "TANYA JAWAB TENTANG DALIL-DALIL AL QURAN SERTA TEORI-TEORI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*