PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MASYARAKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI
MANAJEMEN HUBUNGAN MADRASAH DENGAN MASYARAKAT
Oleh: A. Rifqi Amin
(Tulisan ini kupersembahkan untuk Madrasah-madrasah yang
berada di Indonesia sebagai pedoman dalam
mengembangkan Lembaga Madrasah agar Syiar Islam memancar di
tengah-tengah Masyarakat)
A.
Latar
Belakang Masalah
Madrasah merupakan lembaga
pendidikan yang memilki ciri khas dan kultur simbolik yang berbeda dengan
lembaga pendidikan lainnya. Jika zaman dulu madrasah secara kualitas di mata
masyarakat memiliki kesan yang tertinggal, terbelakang, dan kurang memiliki
nilai guna pada bidang pekerjaan dan urusan dunia. Selian itu secara kuantitas
madrasah dipandang sebagai wadah penampungan siswa-siswa yang tertinggal yang
tidak ‘masuk’ pada sekolahan umum teruatama yang berstatus Negeri. Maka
sesungguhnya di zaman sekarang ini kesan masyarakat yang seperti itu sudah
mulai memudar seiring banyaknya lembaga Madrasah yang mengadakan pembenahan
diri mulai dari peningkatan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana,
peningkatan kualitas guru, dan pembaruan kurikulum yang lebih aplikatif serta
bernilai guna secara praktis di masyarakat.
Pembenahan diri tersebut tidak
akan bisa diketahui oleh seluruh elemen masyarakat yang menjadi ‘konsumen’
pendidikan secara efektif dan efisien jika tidak ada pengelolaan manajemen
hubungan masyarakat (public relations)
secara tepat. Pada hakikatnya secara praktis konsep hubungan masyarakat sudah
diterapkan oleh manusia sepanjang manusia telah melakukan perkumpulan (semacam
organisasi) yang kemudian melibatkan atau bisa dikatakan bertumpu pada
‘bantuan’ masyarakat umum untuk mewujudkan tujuan ‘perkumpulan’ tersebut.
Bantuan tersebut bisa bersifat komplementer (hanya pelengkap) atau bisa menjadi
kebutuhan utama bagi perkembangan organisasi tersebut. Konsep humas yang kuno
tersebut karena seiring berjalannya waktu telah berkembang serta diadopsi oleh
beberapa kelompok atau institusi pada zaman berikutnya ke dalam bidang politik (kerajaan), bisnis (perusahaan),
pendidikan (sekolah), dan institusi-institusi lain yang posisinya berada atau
membutuhkan masyarakat.
Betapa pentinganya humas
(Hubungan Masyarakat) bagi sebuah organisasi tidak terkecuali bagi lembaga
pendidikan sepeti madrasah. Dengan adanya manajemen humas yang canggih maka
‘beban’ madrasah yang begitu rumit dan membutuhkan waktu panjang bisa
terbantukan oleh adanya hasil analisis informasi dari manajemen humas madrasah.
Memang bisa dikatakan tanpa manajemen humaspun sebuah madrasah masih bisa tetap
berdiri (eksis) dan melakukan aktivitasnya dengan lancar. Namun tanpa humas
menyebabkan kinerja manajemen madrasah secara umum akan menjadi berat dan
memakan waktu yang relatif lama. Selain
itu menurut Munifah humas sangat berperan penting dalam mengembangkan
pendidikan madrasah secara umum yang sesuai dengan perubahan iklim pendidikan
yang semakin modern. Menurut dia pentingya hubungan sekolah dengan masyarakat
dapat ditinjau dari beberapa faktor, diantaranya pertama faktor perubahan sifat, tujuan, dan metode mengajar di
madrasah, kedua faktor masyarakat
yang menuntut adanya perubahan-perubahan dalam pendidikan di madrasah dan
perlunya bantuan masyarakat terhadap madrasah, ketiga faktor perkembangan ide demokrasi pendidikan yang ada di
masyarakat.[1]
Dalam mengoptimalkan potensi
sumber daya masyarakat yang melimpah ruah di sekitar madrasah maka diperlukan
sebuah ilmu dalam upaya pemanfaatan sumber daya masyarakat tersebut, tidak lain
dan tidak bukan ilmu tersebut adalah manajemen hubungan masyarakat (public relations). Sehingga bisa
dikatakan bahwa humas berperan dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang
baik dan bermanfaat antara lembaga madrasah dengan masyarakat umum (publik).
Pembangunan hubungan yang baik antara madrasah dengan masyarakat sangat
diperlukan karena bagaimanapun juga madrasah sangat memerlukan masyarakat untuk
kemajuan dan masyarakat juga memerlukan madrasah sebagai wadah dalam upaya
memajukan pendidikan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
terwujudlah masyarakat madani.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa kinerja guru akan lebih efektif jika pendidik mengetahui latar
belakang dan pengelaman peserta didik di rumah beserta lingkungannya. Pendekatan
kepada orang tua siswa juga sangat penting untuk membantu guru dalam
menyelesaikan permasalahan peserta didik agar tujuan pembelajaran bisa
tercapai.[2] Oleh karena itu pemanfaat
manajemen humas digunakan untuk mencari informasi tentang latar belakang
peserta didik beserta mengetahui cara mengadakan pendekatan dengan orang tua
pesert didik. Dan karena madrasah berada di lingkungan masyarakat, dari
masyarakat, dan untuk masyarakat maka segala macam program beserta kegiatan
madrasah harus mendapat dukungan dari masyarakat. Sebagai upaya menjaga
eksitensi madrasah maka madrasah perlu memberi informasi kepada masyarakat
tentang program-program dan problem-problem yang dihadapi, agar masyarakat bisa
memahami kondisi dan situasi madrasah sehingga masyarakat bisa memberikan
penilaian yang objektif terhadap madrasah. Sebagai tindak lanjutnya diusahakan
masyarakat meberikan umpan balik dari potensi baik yang dimiliki oleh madrasah
dan kekurangan madrasah. Sehingga bisa menumbuhkan rasa simpati dan empati
masyarakat terhadap keadaan madrasah, program-program madrasah, dan
permasalahan yang terjadi di madrasah. Kemudian diharapkan fenomena madrasah
yang diinfokan pada masyarakat dapat menggugah masyarakat untuk berpartisipasi
secara aktif dalam mengembangkan madrasah.
Madrasah bisa menjadi alternatif
dalam upaya mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang
sedang berkembang di masyarakat. Selayaknya maka pendidikan pelaksanaan madrasah
menjadi harapan bahkan dambaan masyarakat, maka kegiatan-kegiatan yang berada
dalam madrasah harus terpadu dengan masyarakatnya dan tidak boleh ada reaksi
keras terhadap nilai dan norma yang sudah berakar kuat pada masyarakat walaupun
itu menyalahi ajaran Islam. Karena masyarakat secara sosial (bukan secara
formal) merupakan sebuah kekuatan besar yang tidak bisa dikendalikan oleh
madrasah jika arus gelombang alam fikir dan fisik dilakukan secara bersamaan
dengan tindakan agresi yang tak terkontrol.
Walaupun demikian sekarang ini
masih ada kita dapati madrasah yang tetap nyaman dengan tatanan lama meskipun
masyarakat secara umum sudah tidak berminat dan menengok sedikitpun pada
madrasah tersebut. Hal ini dikarenakan madrasah tidak mempunyai kepekaan
terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat khususnya wali murid yang mempunyai
kepentingan terhadap madrasah tersebut. Kurangnya kepekaan madrasah berdampak
pada tidak meningkatnya kualitas pelayanan madrasah kepada stakeholders sehingga seakan madrasah terlalu angkuh untuk berdiri,
terlalu pilih-pilih dalam pelayanan fasilitas, dan daya juang serta semangat
keislaman personalia lembaga pendidikan yang menurun seperti tidak adanya upaya
untuk mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan. Selain itu madrasah belum bisa
menjadi solusi praktis dalam melakukan pencerahan kepada masyarakat, misalnya
banyak sekali kita jumpai gedung-gedung lembaga madrasah yang berdiri kokoh disekelilingnya
masih ditemui masyarakat yang Islam tapi belum mencerminkan karakter islami.
Permasalahan lain yang semakin
mempertajam jurang kesenjangan antara teori manajemen humas pada madrasah di
tengah-tengah realitas masyarakat adalah nampak belum bekerjanya manajemen
humas secara terorganisir, sehingga menyebabkan ‘bangunan’ hubungan masyarakat
dengan madrasah belum terjalin dengan kokoh. Kerapuhan ini terjadi karena
minimnya kemampuan personalia madrasah dalam mempengaruhi masyarakat, padahal
kemampuan personalia humas bisa dimanfaatkan dalam mengoptimalkan manajemen humas.
Permasalah lain mengenai humas yang terjadi di madrasah adalah biasanya hanya
kepala madrasah yang memiliki figur dan kewibaan dalam mengadakan pendekatan
kepada masyarakat untuk menjalin hubungan kerja sama antara masyarakat dengan
madrasah. Oleh karena itu berdasarkan pemaparan di atas maka penulis akan
merumuskan masalah dalam makalah ini agar pembahasannya lebih fokus dan
bernilai guna secara praktis diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Apa
perbedaan hubungan masyarakat (humas) dengan sumber daya masyarakat
(sumdamas)?
2.
Bagaimana
pengembangan manajemen hubungan masyarakat oleh madrasah?
3.
Bagaimana
implementasi manajemen hubungan masyarakat di MTs Banjir Embun?
B.
Kajian
Teoritis
1.
Perbedaan
Hubungan Masyarakat dengan Sumber Daya Masyarakat
Menurut
penulis yang dimaksud dengan sumber daya adalah sebuah kekuatan, potensi, atau
energi yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Sedangkan masyarakat
merupakan sekumpulan manusia yang saling berinteraksi secara formal maupun
secara luwes satu sama lain, yang mana dalam interaksi (komunikasi) tersebut
adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu interaksi yang baik adalah
apabila kedua belah pelaku interaksi memiliki satu tujuan. Jika tidak memiliki
satu tujuan yang utuh maka harus diadakan lobi atau perundingan kembali. Inilah
manfaat manajeman humas digunakan untuk mempengaruhi masyarakat mendukung upaya
mencapai kemajuan dan perkembangan madrasah.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Sumber Daya Masyarakat (Sumdamas) adalah potensi yang
dimiliki masyakarat untuk mencapai tujuan tertentu. Sumdamas hampir sama dengan
Manajeman Hubungan Masyarakat, dengan asumsi keduanya sama-sama menggunakan
potensi masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Masih menurut penulis,
keduanya juga memiliki fungsi, esensi, dan konten yang sama, dengan kata lain
kedua istilah tersebut hanya memiliki
perbedaan istilah saja yang mana istilah Sumber Daya Masyarakat lebih terkesan
modern dan pragmatis. Di sisi lain istilah Hubungan Masyarakat memiliki kesan
manusiawi dan ada unsur kerja samanya. Namun juga ada perbedaan yang mendasar
dari kedua istilah tersebut yaitu bahwa manajemen humas adalah alat yang lebih
bersifat aktif untuk mengoptimalkan dan menggerakkan Sumdamas. Sedangkan
Sumdamas lebih cenderung pasif sebagi sebuah objek yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Sehingga sumdamas akan bisa bermanfaat dengan optimal jika
manajemen humas bisa berjalan dengan baik.
Humas
merupakan ‘mesin’ lembaga madrasah dalam upaya menjaga eksistensi peran
madrasah di mata masyarakat, sehingga dalam manajemen kehumasan perlu adanya
pemantapan fungsi manejemen secara matang agar fungsi humas bisa berjalan
sesuai tujuan. Salah satu tujuannya adalah untuk menjaga brand image/ciri khas madrasah di dalam masyarakat yang menjadi ‘nilai
jual’ madrasah. Oleh karena itu sesungguhnya humas memerlukan gabungan beberapa
elemen ilmu menejemen publik, manejemen konflik, manajemen komunikasi,
manajemen psikologi, manajemen politik, manajemen budaya, dan manajemen sosial.
Walaupun kadang kala setiap lembaga madrasah memiliki titik tekan tertentu
karena melihat kondisi madrasah serta kondisi masyarakat maka satu sama lain
antar lembaga madrasah berbeda dalam memusatkan bidang tertentu tersebut.
Sedangkan
sumdamas merupakan sasaran bagi madrasah dalam upaya menjaga eksistensi peran
madrasah di masyarakat. Pemanfaatan sumber daya masyarakat bisa dilakukan dengan
berbagai cara yang salah satunya adalah melakukan bentuk kerja sama (walaupun
tidak formal) misalnya ekstrakurikuler
rebana ditampilkan pada acara pengajian atau acara peringatan hari besar
tertentu di tengah-tengah masyarakat umum. Bentuk kerja sama tersebut adalah
bentuk pemanfaatan sumdamas yang terwujud dalam bentuk ‘kepanitiaan’ atau orang
yang mempunyai pengaruh dan wewenang dalam kegiatan tersebut. Dengan kata lain
kepanitiaan sebuah kegiatan merupakan salah satu sumdamas yang harus
dimanfaatkan oleh madrasah untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan madrasah dalam mengadakan kerjasama dengan panitia tersebut.
2.
Tinjauan
tentang Manajemen Hubungan Masyarakat
a.
Pengertian
Manajemen Humas Madrasah
Menurut
penulis manajemen humas di Madrasah merupakan seni mempengaruhi (bukan tipu
muslihat) masyarakat secara umum dan menggali informasi sebagai bentuk konkrit
madrasah sebagai upaya pelibatan peran masyarakat dan orang tua murid dalam
mengelola lingkungan madrasah. Menurut Mulyono dalam konteks Islam istilah humas
jarang terpakai baik dalam bahasa tulisan maupun lisan. Namun sebenarnya ada
dua kata yang memiliki makna yang sepadan dengan humas yaitu habl yang artinya tali atau hubungan dan
silaturahmi yang artinya menyambung
persaudaraan. Dalam kazhanah Islam kerja sama antar individu atau kelompok
(lembaga) dapat membentuk ukhuwah
Islamiyah (QS Al-Hujarat [49]: 10 dan Al-Anfal [8]: 1) yang dapat terwujud
ke dalam langkah-langkah sebagai berikut; ta’aruf,
tafahum, ta’awun (saling menolong),
tafakul (saling mananggung dengan bentuk hati Sali menyatu dan saling
percaya.)[3]
Sedangkan Fungsi manajeman humas Madrasah meliputi fungsi manajemen secara umum
diantaranya; perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian,
pengarahan, dan pengawasan.[4]
b.
Manfaat
Hubungan Madrasah dengan Masyarakat
Secara
umum peranan serta manfaat humas bagi madrasah dan juga bagi masyarakat antara
lain sebagaimana pemaparan tabel berikut ini[5];
Manfaat
hubungan Madrasah dengan Masyarakat
|
|
Bagi
Madrasah
|
Bagi
Masyarakat
|
1.
Menjadi lebih mawas
diri,hati-hati, dan tidak gegabah
|
Mengetahui
aktivitas sekolah beserta program-programnya
|
2.
Memudahkan dalam
perbaikan pengelolaan mardrasah
|
Kebutuhan
masyarakat terhadap keberadaan madrasah bisa lebih mudah terwujud.
|
3.
Mengurahi kesalah
pahaman (error) masyarakat tentang
madrasah
|
Mendapatkan
nilai guna dengan adanya inovasi dan kreativitas madrasah
|
4.
Memberikan masukan
dan kritikan bagi madrasah
|
Memberikan
harapan yang lebih baik bagi masa depan siswa
|
5.
Memudahkan dalam meminta
bantuan serta dukungan dari masyarakat
|
Menyalurkan
dukungan spiritual, moral, dan kemanusiaan dari masyarakat
|
6.
Memudahkan
menggunakan laboratorium masyarakat
|
Mendorong
terciptanya masyarakat universal yang rahmatalil
alamin
|
7.
Memudahkan pendataan nara
sumber
|
c.
Strategi
Humas Madrasah
Dalam
menerapkan humas perlu adanya penguasaan ilmu komunikasi, bagaimana menghadapi
masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif,
walupun sanga sulit diterapkan
karena dalam komunikasi perlu membangun dan menyamakan presepsi, selain
itu juga adanya perbedaan latar
belakang dan proses berpikir setiap individu
yang
berbeda satu sama lain.
Dalam berkomunikasi pada hakikatnya memerlukan beberapa komponen diantaranya sender (komunikator), recivier (komunikan), messege (informasi), dan channel (media).
Hubungan masyarakat merupakan sebuah ujung tombak dari
terkenal tidaknya sebuah madrasah di kalangan khalayak ramai, Oleh karena itu perlu adanya sebuah strategi yang tepat
dan cerdas agar peran humas dapat berjalan optimal untuk
kemajuan madrasah dan masyarakat.
Menurut Munifah bahwa konsep dasar humas adalah dititik tekankan pada
faktor-faktor kepentingan bersama antara madrasah (internal) dengan masyarakat
(eskternal) sehingga kegiatannya ditujukan kepada public intern (personalia
lembaga beserta siswa) dan public ekstern
(orang di luar organisasi). Karena mengingat bahwa organisasi lembaga madrasah
merupakan sistem organisasi terbuka yang berarti selalu mengadakan kontak
hubungan secara langsung dengan lingkungan.[6]
Kontak ini harus dijaga dengan baik agar madrasah tidak terbebani oleh stigma
negatif masaryarakat. Menurut penulis ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan manajemen humas diantarnya adalah:
1.
Mengetahui
landasan hukum dan perundang-undang negara indonesia terutama yag berkenaan dengan
pendidikan (kalau perlu
adanya konsultan hukum).
2.
Melakukan
indoktrinasi atau menanamkan nilai-nilai madrasah secara simultan kepada setiap individu di internal dan
masyarakat bahwa nilai-nilai Islam yang diemban
oleh madrasah bisa bermanfaat bagi masa depan.
3.
Memahami
seni merayu masa, baik secara individu maupun kelompok.
4.
Mempergunakan
elemen komunikasi yang telah teruji dan disukai oleh publik (jika
perlu).
5.
Humas harus memahami segala sesuatu yang ada di
dalam madrasah dan fenomena apa
yang sedang terjadi di masyarakat dengan baik dan benar. Serta humas juga tahu
informasi apa saja yang tidak harus dipublikasikan ke
dalam masyarakat atau bahkan kepada beberapa kalangan
internal organisasi madrasah sendiri.
d.
Pendekatan
dan Teknik Pelibatan Masyarakat dalam Humas Madrasah
Menurut
Ibrahim Bafadal yang dikutip oleh Sri Minarti ada empat pendekatan yang dapat
dilakukan dalam kegiatan humas antara madrasah dengan masyarakat sekitarnya
yaitu komunikasi, peragaan ketrampilan serta produk karya peserta didik,
pelibatan masyarakat, dan pengguanaan fasilitas madrasah oleh masyarakat.
Sebelum mengimplementasikan program-program humas maka terlebih dahulu
melakukan perencanaan mengenai langkah konkrit. Yang mana perencanaan tersebut didasarkan
pada penilaian kebutuhan dan analisis kondisi madrasah. Secara sistematis
proses tersebut tergambar pada tabel berikut ini[7]:
Kemudian
dalam ranah operasional dari pendekatan humas tersebut maka lahir beberapa
teknik humas yang dilakukan oleh pihak madrasah. Menurut Don Begin yang dikutip
oleh Sri Minarti humas dapat dibedakan menjadi dua kegiatan yaitu humas luar (external public raltions) misalnya
kunjungan ke rumah peserta didik, mengundang orang tua siswa, serta pembentukan
forum pembantu madrasah dan humas ke dalam (internal
public raltions) meliputi memberi penjelasan kebijakan penyelenggaraan
sekolah meliputi situasi beserta perkembangannya, menampung saran dan pendapat
dari warga madrasah, dan memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya
suasana yang kerja sama di lingkungan madrasah. Dengan asumsi bahwa di madrasah
ada pemberian informasi ke luar dan ke
internal.[8]
e.
Prinsip
Pengembangan Manajemen Humas Madrasah
Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam rangka mengembangkan humas di madrasah
agar program humas bisa bermanfaat secara luas dan tetap berlandaskan pada
nilai-nilai Islam diantaranya adalah keterpaduan antar komponen madrasah dengan
komponen masyarakat, berkesinambangunan (tidak pragmatis dan transaksional),
menyeleruh (menyajikan fakta-fakta dari seluruh aspek, pembelajaran siswa dalam
bidang agama dan dunia), sederhana (pesan yang disampaikan mudah dipengerti),
konstruktif (pesan berdampak positif/membangun bagi masyarakat), kesesuaian
dengan kondisi masyarakat, dan fleksibel (mampu merubah program teknis jika
diperlukan masyarakat). Untuk lebih mendalamnya pengembangan humas bagi
madrasah harus dilandasi nilai-nilai islam, maka pada lembaga madrasah harus
memberhatikan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah sebagai berikut:
1. Prinsip
kemanfaatan; memiliki nilai manfaat (ilmu pengetahuan) bukan hanya propaganda.
2. Prinsip
kejujuran; informasi yang dipublikasikan harus berdasarkan fakta yang
menyeluruh (bukan separuh-separuh) tidak memihak salah satu golongan.
3. Prinsip
kehalalan/keridhaan; infromasi yang
disampaikan tidak ada unsur memaksa dan merugikan bagi salah satu pihak.
4. Berkesan/berbekas;
informasi yang bisa memberikan inspirasi, menimbulkan kesadaran untuk bergerak.
5. Menyenangkan;
bahasa komunikasi yang tidak menimbulkan kecemasan dan ketidak nyamanan.
6. Prinsip
pengulangan; agar pesan yang hendak disampaikan benar-benar tertanam pada si
penerima.
7. Meyakinkan,
kuat, dan mantap; agar komunikan bisa merasa tergugah emosinya.
8. Berkelompok
dan bekerjasama; pesan yang hendak disampaikan benar-benar bisa terorganisir
dan termanajemen.[9]
f.
Unsur-unsur
Humas
Dalam
melaksanakan manajemen humas, menurut George R. Terry, seorang praktisi humas
mengemukakan bahwa dalam mengimplimentasikan humas perlu melihat unsur-unsurnya
yaitu sebebagi berikut:
1. Men and women;
keterlibatan manusia sebagai unsur utama humas.
2. Materials;
peralatan atau barang.
3. Machines;
sarana pendukung.
4. Methods;
cara atau metode yang digunakan dalam mengimplementasikan humas.
5. Money;
anggaran atau alokasi dana untuk melaksanakan program humas.
3.
Pengembangan
Manajemen Hubungan Masyarakat oleh Madrasah
Pentingnya
dalam mengembangkan manajemen humas madrasah dilakukan bisa untuk mencegah
terjadinya tindakan-tindakan merugikan bagi madrasah yang dilakukan oleh
masyarakat misalnya mencegah wali murid untuk main hakim sendiri ketika menemui
permasalahan serius, mencegah wali murid atau siswa melaporkan kepada pihak
ketiga (polisi) ketika ditemui permasalahan serius, mencegah terjadinya
gangguan secara sengaja maupun tidak disengaja yang dilakukan oleh oknum atau
kelompok secara langsung maupun tidak langsung, dan secara umum bisa sebagai
antisipasi ketika terjadi ketidak berhasilan madrasah dalam mewujudkan tujuan
institusional.
Pengembangan
manajemen hubungan Masyarakat oleh Madrasah dilakukan sebagai langkah
antisipasi dari perkembangan yang terjadi di madrasah, sehingga aa yang diinginkan
madrasah tidak mengalami ketertinggalan atau ada jarak dengan masyarakat.
Apabila ditinjau dari kepentingan bersama antara madrasah dan masyarakat, maka
pengembangan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
1. Mengkampanyekan
pentingnya madrasah dan pendidikan secara umum kepada masyarakat (bermanfaat
bagi madrasah dan masyarakat).
2. Saling
memperoleh keuntungan bersama; baik yang berbentuk (materi) maupun yang berupa
konsep (moral) sehingga terbentuk masyarakat madani.
3. Saling
Memberikan informasi yaitu yang segala fenomena maupun program yang ada di
madrasah dan masyarakat.
4. Memperdalam
program madrasah dan menata struktur masyarakat sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan.
5. Masyarakat
juga memiliki andil untuk mendidik siswa di lingkungan masyarakat pasca
melakakun pembelajaran di madrasah dan madrasah memiliki tanggung jawab moral
yang dikontrol masyarakat pasca pendidikan di madrasah.
C.
Implementasi
Manajemen Hubungan Masyarakat di Banjir Embun
Madrasah
Tsanawiyah Banjir Embun merupakan madrasah yang baru berdiri pada tahun 2010
dan merupakan Madrasah pertama setingkat SMP yang berada dekat dengan lereng
Gunung Banbun. Penulis telah menjadi guru di madrasah tersebut mulai berdiri
hingga sekarang. Pada awalnya penulis selama dua tahun masuk setiap hari ke
Madrasah namun karena adanya kendala lain terutama masalah kuliah akhirnya
penulis memutuskan untuk menjadual ulang datang ke MTs hanya pada hari Senin
dan Selasa. Suasana masyarakat sekitar MTs didominasi oleh kultur budaya yang
masih dalam tahap imitasi (tahap peniruan dan pencarian jati diri) misalnya
banyak sekali para mantan TKI dan TKW yang berpakaian terbuka menirukan
budaya-budaya baru yang sebenarnya tidak cocok dengan suhu lereng Kelud yang
dingin. Namun demikian masih ada beberapa kalangan masyarakat yang masih peduli
dengan dunia pendidikan dan peduli perkembangan syiar Islam. Oleh karena itu
didirikanlah MTs Banjir Embun sebagai fasilitas dan insturmen dalam melakukan
syiar Islam oleh tokoh-tokoh Agama dan masyarakat yang peduli pendidikan.
Kondisi
siswa MTs Banjir Embun sangat beragam, keberagaman tersebut mulai dari aspek
latar belakang ekonomi keluarga, pekerjaan orang tua (tukang, petani, TKI,
burung tani, dan pedagang), perbedaan perkembangan kognitif, faktor perbedaan
usia, orientasi berangkat sekolah[11], perbedaan kemampuan beragama, dan perbedaan
latar belakang sekolah. Jumlah siswa pada awal berdirinya hanya berjumlah 11
orang (sekarang siwsa kelas 9) namun kemudian karena banyak peminatnya pada
tahun pertama jumlahnya menjadi 14 orang dan sekarang ini berjumlah 16 orang.
Pada tahun ke dua (angkatan ke dua) jumlah siswa menjadi 35 orang, dan ada
tahun ketiga menjadi 39 siswa. Walaupun jumlahnya tidak tetap (konstan) karena
banyak yang keluar dan masuk namun bisa dikatakan jumlahnya sangat stabil
hingga sekarang. Oleh karena berdasarkan data tersebut dapat diakakatan
mengelola dan mengajar MTs Banjir Embun bisa dikatakan sangat rumit dan berat.
Jika
ditinjau dari manajemen kehumasannya maka sesungguhnya MTs Banjir Embun sebagai
MTs baru belum memiliki organisasi kehumasan yang mapan. Hal ini disebabkan
karena beberapa dari enam unsur kehumasan belum terpenuhi secara sempurna yaitu
minimnya SDM yang menguasai bidang kehumasan secara praktis dan teoritis,
minimnya pendaan, dan belum tersusunya program-program kehumasan secara luas
serta mendalam. Berdasarkan fenomena tersebut serta untuk lebih fokus
pembahasannya maka penulis akan memaparkan beberapa implementasi humas yang
telah dilakukan oleh MTs Banjir Embun adalah sebagai berikut:
1.
Implementasi humas
masih difokuskan pada kepala madrasah terutama pendekatan secara formal baik
kepada wali murid maupun kepada komite beserta tokoh masyarakat.
2.
Implementasi humas
secara holistik, terbuka, dan alami dilakukan dengan cara pendakatan pribadi
oleh guru-guru MTs melalui kegiatan kemasyarakat seperti mengikuti kegiatan
sholawatan, kunjungan siswa jika ada siswa yang sakit atau keluarga meninggal
dunia, dan pemanggilan wali murid jika diperlukan jika siswa melakukan
pelanggara atau wali murid datang sendiri ke MTs walaupun tidak dipanggil oleh
pihak madrasah.
3.
Implementasi humas
dalam bidang pencarian inforamasi latar belakang siswa dilakukan secara acak
oleh setiap guru yang mempunyai jaringan di Sekolah siswa terdahulu baik dari
MI maupun SD atau jaringan kepada wali murid.
4.
Implementasi humas
masih didominasi ‘mengundang’ masyarakat belum terjun ke masyarakat. Misalnya
undangan buka bersama, undangan mengambil zakat oleh masyarakat miskin,
undangan kerja bakti membangun madrasah, dan undangan wali murid saat
pengambilan raport serta adanya penjaringan aspirasi.
5.
Implementasi humas
belum berjalan terorganisir dengan indikasi belum adanya personalia humas yang
ditunjuk oleh sekolah, walaupun sudah ada program-program humas dan jaringan
kerjasama dengan lembaga pendidikan lain.
6.
Implemetnasi humas
belum menyentuh ranah afektif dan
antisipatif hanya masih dalam aspek formalitas dan merespon atau mereaksi
terhadap fenomena yang ada. Misalnya tetangga yang berada di sebelah utara MTs
masih merasa terganggu dengan keramaian yang dibuat oleh siswa-siswinya serta
belum ada kepekaan guru terhadap adanya wali murid di depan pintu gerbang yang
menjemput siswa-siswi, dengan asumsi wali murid bisa melihat kondisi dalam
kelas serta gurupun dapan melihat keberadaan wali murid di luar pagar sekolah
karena pagar sekolah tidak tinggi sehingga sangat terbuka.
Kendala-kendala
terdahulu dan sekarang ini yang dimiliki oleh MTs BE dalam bidang kehumasan
meliputi:
1.
Belum ada kesadaran
masyarakat sekitar MTs BE untuk mendukung program-progarm MTs secara moral,
karena saat istirahat banyak sekali siswa-siswi yang keluar dari lingkungan
madrasah (tidak ada pintu gerbang dan kondisi MTs bisa terlihat jelas melalu
jalan raya).
2.
MTs disangka lebih
condong pada golongan Islam minoritas, padahal sebagian besar pengurus yayasan
beserta komite merupakan punggawa NU di masyarakat.
3.
Cetak biru bahwa MTs
merupakan lembaga pendidikan pilihan kedua dibuktikan dengan banyaknya pendaftar
siswa baru yang pada awalnya memilih MTs kemudian pindah ke SMP dan banyaknya
siswa pindahan dari lembaga lain yang masuk serta ditampung oleh pihak MTs BE.
4.
Isu sensitif tentang
perekonomian dan gender yang merebak dikalangan siswa sehingga menjalur ke orang
tua masing-masing karena siswa mengadu ke orang tua masing-masing ketika saling
berolok-olok di madrasah.
5.
Adanya kantin ‘liar’
yang berada di sekitar lingkungan luar madrasah padahal diharapkan kantinnya
hanya satu yaitu orang yang telah mewakafkan tanahnya untuk MTs BE. Orang yang
mewakafkan yayasan berada dalam satu petak bahkan satu pagar di samping MTs.
D.
Alternatif
Pengembangan Humas oleh MTs Banjir Embun
Alternatif
pengembangan yang harus segera dibuat sebagai bentuk antisipasi kegagalan
kehumasan sehingga bisa merugikan pihak MTs BE adalah sebagai berikut:
1.
Mengontrol siswa ketika
menggunakan jejaring sosial facebook dengan cara membuat wadah khusus bagi
siswa beserta masyarakat yang ingin memberikan sumbangan moral dan masukan bagi
MTs. Karena di wilayah sekitar MTs jejaring sosial FB masih menjadi trend yang
hangat bagi siswa dan masyarakat yang sadar teknologi.
2.
Memperbarui blog MTs Banjir
Embun dengan cara memposting karya-karya siswa atau foto-foto siswa.
3.
Membuat papan
pengumungan yang besar dan terbuka untuk umum sebagai sarana penghubung
madrasah dengan masyarakat.
4.
Membuat buletin atau
semacam selebaran sebagai sarana promosi ke masyarakat tentang karya tulis
siswa dan berbagai foto kegiatan Madrasah.
5.
Kepala Madrasah sebagai
figur utama di Madrasah mengadakan pendekatan dari hati ke hati dengan
masyarakat sekitar dan guru-guru diajak bersilaturhim ke tetangga MTs
bersama-sama atas nama lembaga saat hari raya.
6.
Mengadakan kerjasama
atau lebih tepatnya melibatkan pihak koramil atau polsek dalam membina
kedisiplinan murid-murid melalui kegiatan baris-berbaris, perkemahan, dan
kegiatan out bond.
E.
Analisis
SWOT
Sudah
menjadi rumus bahwa sebelum melangkah atau melaksanakan pengembangan program
atau bahkan ketika akan membuat program terlebih dahulu harus membuat analisis
SWOT. Pada intinya analisa SWOT ditujukan pada internal yaitu Stengths (Potensi/kekuatan) serta Weaknesses (kelemahan diri) dan
eksternal yaitu Opportunities
(peluang) serta Threats (ancaman/kendala).
Lebih spesifik analisa SWOT dalam mengembangkan manajemen humas di MTs Banjir
Embun adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan,
potensi, dan kelebihan yang dimiliki MTs BE; memiliki figur kepala madrasah
yang sudah menyukseskan MI Banjir Embun menjadi lebih maju dan figur sebagai
mantu salah satu orang terkaya di desa Manggis yang bertindak sebagai wakil
ketua Yayasan Banjir Embun, memiliki potensi SDM yang masih berumur muda,
memiliki jumlah siswa yang semakin tahun terus meningkat, memiliki sarana
peralatan Drum Band, memiliki siswa yang berprestasi lomba-lomba saat di SD,
memiliki siswa yang mempunyai semangat pengembangan diri di luar aspek
akademis, dan MTs Banjir Embun memiliki guru yang ahli di bidang masing-masing
seperti sosial, ketrampilan pramuka, ketrampilan rebana, qiroah, motivasi, dan
keras dalam mendidik.
2. Kelemahan
dan kekurangan yang dimiliki oleh MTs BE; belum adanya personalia yang diberi
tanggung jawab secara khusus mengenai humas semuanya masih dipegang penuh oleh
kepala madrasah, minimnya pendaan karena hampir seluruh pendaan masih
difokuskan kepada pembangunan gedung beserta kebutuhan honor guru maupun
bantuan kebutuhan siswa, dan minimnya kekompakan antar guru maupun kekompakan
siswa dalam bekerja sama.
3. Peluang
dan harapan yang dimiliki oleh MTs BE; memiliki dukungan secara lisan dari
kepolisian dalam meluruskan perilaku siswa-siswinya, memiliki MI Banjir Embun
sebagai partner ketika terjun ke masyarakat, memiliki dukungan moral beserta
dana dari masyarakat yang peduli dengan pendidikan dan agama terutama dari
pihak yayasan dan perangkat desa, dan kesadaran masyarakat akan pendidikan
agama karena melihat fenomena yang makin marak di masyarakat sekitar banyaknya siswa
serta perempuan umum hamil di luar nikah serta perilaku siswa yang tak
terkontrol seperti tak mengormati orang tua.
4. Anacaman,
hambatan, dan kendala yang dimiliki oleh MTs BE; adanya SMP Negeri yang berada
di Utara MTs DH berjarah kurang lebih 100 Meter karena akan terjadi perebutan
opini positif di tengah-tengah masyarakat, wali murid beserta masyarakat secara
umum rata-rata tidak bisa membaca, dan UPTD diknas Kecamatan Banjir belum
‘mengakui’ keberadaan MTs dengan indikasi belum melibatkan ekstra kurikuler MTs
saat ada acara peringatan hari Besar dan belum menerbitkan NPSN.
F.
Kesimpulan
dan Peta Konsep
DAFTAR RUJUKAN
“Manajemen Humas,” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_humas, diakses tanggal 26 Desember 2012.
Minarti, Sri. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media, 2011.
Mulyono, Manajemen
Administrasi & Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Munifah,
Manajemen Pendidikan dan Implementasinya.
Kediri: STAIN Kediri, 2009.
Nasution, Zulkarnain. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM, 2010.
[1]Munifah, Manajemen Pendidikan dan Implementasinya
(Kediri: STAIN Kediri, 2009), 157.
[2]Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga
Pendidikan Secara Mandiri (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011), 291.
[3]Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi
Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 206-207.
[4]Zulkarnain Nasution, Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan (Malang:
UMM, 2010), 11.
[5]Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola, 284.
[6]Munifah, Manajemen Pendidikan dan, 157-158.
[7]Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola, 293-194.
[8]Ibid., 295-300.
[9]Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi,
214-218.
[10]“Manajemen Humas,” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_humas, diakses tanggal 26 Desember 2012.
[11]Karena sekolah tersebut memberikan
fasilitas gratis dan pemberian gratis seragam lengkap dan buku LKS sehingga
banyak sekali siwa dari kalangan menengan ke bawah ingin bersekolah di madrasah
tersebut. Orientasi mereka datang ke sekolah dapat dibedakan ke dalam; pertama ingin terbebas dari kekangan
orang tua dan terbebas dari pekerjaan rumah yang dibebankan, Kedua faktor gengsi karena teman
sebayanya sudah banyak yang mulai bersekolah, karena tidak memiliki kemampuan
biaya maka dipilihlah MTs Banjir Embun untuk dijadikan tempat sekolah, ketiga karena paksaan orang tua untuk
menuntut pendidikan yang berafiliasi pada pendidikan dan pembinaan agama Islam
agar tidak terpengaruh dengan siswa-siswa umum yang lebih cenderung tak
bermoral, dan yang keempat karena
siswa ingin diajak berkarya wisata ke berbagai wilayah Kabupaten Embun naik bis
bersama-sama secara gratis sesuai seperti kakak kelasnya terdahulu. Sebagian
besar kondisi siswa bisa dikatakan belum pernah pergi dengan jarak jauh,
sehingga bila diajak berkarya wisata di kota dan kabupaten Embun yang berada di
belahan lain jauh dari Kecamatan Banjir sudah senang.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MASYARAKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT OLEH MADRASAH"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*