FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN PAI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pemilihan Metode
Oleh:
BAHAK UDIN
DARYANTO
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam merupakan mata
pelajaran yang tidak hanya menjadikan peserta didik dari belum paham menjadi
paham, dari yang belum bisa menjadi bisa melakukan, dan dari yang belum taat
menjadi taat. Namun lebih dari sekedar itu, PAI merupakan penanaman nilai-nilai
keislaman dalam diri peserta didik dan memiliki tugas kepada peserta didik
sebagai pedoman hidup bagi mereka. Indikatornya adalah mereka mencintai ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia sebagai wujud dari
syiar Islam. Tidak hanya pedoman hidup dalam beribadah secara normatif, namun
juga pedoman hidup dalam menghadapi permasalah kehidupan yang semakin dinamis.
Kehidupan yang dinamis ini tidak lepas dari fenomena modernitas yang ditandai
oleh perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin pesat dalam
berlomba-lomba memenuhi kebutuhan gaya hidup manusia.
Oleh karena itu inilah tugas bagi PAI dalam
menyikapi perkembangan teknologi, tentu umat islam tidak mungkin bisa
menghindari atau tidak menggunakan sama sekali teknologi tersebut. Karena
perkembangan teknologi pasti terus mengalami kemajuan dan peningkatan kualitas
yang sangat pesat. Sebuah tindakan yang tidak arif jika umat islam apatis dan
sinis terhadap perkembangan teknologi. Maka daripada itu umat islam hendaknya
membuka diri menghadapi fenomena tersebut, tentu penulis perkirakan memang saat
ini umat islam belum mampu memproduksi teknologi digital atau teknologi canggih
lainnya. Namun kenyataannya sekarang ini umat islam masih sebatas sebagai
pengguna teknologi, itupun kebanyakan digunakan bukan untuk kemaslahatan umat
tapi hanya untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup.
Maka jika kita mengkaji lebih jauh lagi
bagaimana mungkin umat islam bisa memiliki generasi umat yang unggul apabila
dalam proses pembelajaran pendidikannya tidak unggul dan berkualitas. Kualitas
pembelajaran PAI terwujud tidak hanya dengan kebetulan atau kepasrahan buta
pada Tuhan namun diusahakan serta direncanakan. Oleh sebab itu perlu adanya
pengkajian dan pendalaman khusus tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran PAI. Pembelajaran PAI selama ini dipandang sebelah mata oleh
kebanyakan kalangan masyarakat baik yang awam maupun yang memiliki keahlian dan
ilmu. Cara pandang seperti itu disebabkan karena PAI selama ini hanyak
diedentikan dengan ketertinggalan karana sifatnya yang dianggap tidak mau
berubah dari dulu hingga sekarang terus tetap mulai dari metode, materi,
tujuan, hingga teknologi atau media pembelajarannya.
Memang ajaran islam bersifat dogmatis dan
statis dari zaman Nabi Muhammad hingga kiamat, namun semangat serta cara
memperjuangkan dan menyebarluaskan syiar islam tidak bersifat statis melainkan
dinamis, luwes, dan universal. Penggunaan teknologi modern dalam proses
pembelajaran PAI bisa menjadi bukti nyata untuk masyarakat bahwa secara
ekspilisit menggambarkan tentang islam yang mencintai ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan cara memanfaatkannya dalam dunia pendidikan. Tentu dalam
pemilihan teknologi tersebut tidak asal pakai dan asal senang. Namun perlu
adanya perencanaan dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran. Media atau
teknologi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pembelajaran PAI sebagai alat penunjang bagi pembelajaran. Namun perlu penulis
tegaskan bahwa faktor keberhasilan pembelajaran PAI tidak tergantung dari
canggih atau tidaknya media pembelajaran yang digunakan, tetapi dari ketepatan
memilih dan keefektifan media yang digunakan oleh pendidik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
PAI secara umum pada konteks kekinian terletak pada kualitas, semangat
perjuangan, berniat untuk syiar, dan dakwah islam yang dimiliki oleh pendidik.
Dalam konteks agama islam pun kedudukan pendidik atau guru merupakan prioritas
utama, bagaimanapun canggihnya teknologi pembelajaran yang menjadikan peserta
didik mampu mencari sumber pembelajaran sendiri tetap membutuhkan guru. Dalam
Islam kehadiran guru tidak hanya sebagai sebagai penghakim benar dan salah,
pembimbing peserta didik dalam perjalanan belajar, dan sebagai perpanjangan
tangan ilmu-ilmu atau ajaran dari para pendahulu. Namun pendidik dalam islam
merupakan pewaris para nabi, tidak hanya mewarisi ilmu-ilmu nabi namun juga
mewaris sifat-sifat nabi yaitu patut menjadi contoh, memiliki semangat
memperjuangkan agama islam (bukan memperjuangkan dengan paksaan dan kekerasan
namun dengan cara kelembuatan dan kasih sayang), dan mendidik umat dengan semangat
pembaruan (mendobrak tatanan yang mapan untuk kemajuan umat).
Oleh karena itu dalam upaya melakukan
pembaruan pembelajaran PAI menurut penulis terlebih dahulu perlu melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran PAI. Berhubung pembelajaran PAI di
Indosesia pada saat ini masih sangat berbeda dengan pembelajaran lainnya. Dari
pemaparan di atas untuk lebih fokusnya pembahasan makalah ini maka perlu
kiranya dibuat rumusan masalah terlebih dahulu, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Apa faktor-faktor yan g mempengaruhi kualitas pembelajaran PAI?
2. Bagaimana problematika pembelajaran PAI?
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran
PAI
Kualitas
proses pembelajaran merupakan salah satu titik tolak ukur yang dapat menentukan
berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Perlu penulis tegaskan di sini
bahwa ukuran berkualitas atau tidaknya suatu sekolah adalah relatif, karena
tolak ukur yang digunakan terus menerus akan senantiasia mengalami perubahan
sesuai dengan perubahan tantangan era atau zaman. Bisa jadi suatu saat tolak ukur
keberhasilan sebuah pembelajaran adalah apabila dalam proses pembelajaran
seorang guru menggunakan teknologi canggih, namun kemudian hari timbul
antitesis tentang pernyataan tersebut sehingga terjadilah perubahan tolak ukur
tersebut.
Kompetensi pendidik mempengaruhi kualitas pembelajaran karena
pendidik yang
bertugas membangun interaksi
antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik lainnya, dan peserta didik dengan sumber belajar. Seperti dalam pembahasan sebelumnya
dalam PENDAHULUAN salah satu yang
mempengaruhi kualitas pembelajaran PAI adalah pendidik (dalam hal ini adalah kompetensi,
kualitas, dan nilai-nilai islam yang
dimilikinya). Dengan asumsi, bahwa pendidik adalah penanggung
jawab dan teladan berhidup bagi murid-muridnya dalam proses pembelajaran. Di sisi lain
kualitas dan profesionalitas guru juga
penting karena bagaimanapun bagusnya dan lengkapnya strategi/metode, sarana
prasarana, tujuan pembelajaran, dan canggihnya teknologi pembelajaran jika
tidak diimbangi dengan kulaitas guru yang mumpuni maka hal tersebut akan tidak
memiliki efek yang signifikan bagi kualitas pembelajaran.
Pengaruh faktor guru dalam
pembelajaran merupakan komponen penting dalam mempengaruhi kualitas
pembelajaran PAI. Karena pembelajaran khususnya dalam PAI tanpa pendampingan
guru atau guru hanya duduk diam di dalam kelas serta hanya memberikan perintah
atau tugas saja tanpa memberikan materi pendalaman yang bersifat wawasan,
aplikatif, dan menciptakan suasana pembelajaran yang canggih maka bisa
menyebabkan pembelajaran PAI hanya berhenti pada aspek kognitif saja. Padahal
PAI merupakan ajaran dan pedoman hidup untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat yang
harus dilaksanakan bagi setiap siswa dengan sadar, mandiri, dan konsisten dalam
beribadan serta dinamis dalam mengembangkan IPTEK hingga kematiannya tiba.
Secara detail faktor-faktor yang melekat pada guru adalah
kepribadiannya, penguasaan bahan, penguasaan kelas, cara guru berbicara
(intonasi, penguasaan bahasa, dan pengulangan), penciptaan suasana kelas,
pembedaan individu (siswa), dan yang paling penting adalah seorang guru PAI
harus terbuka, mau bekerja sama, tanggap terhadap inovasi, dan secara rutin
mampu melaksanakan penelitian dalam kegiatan mengajarnya.[1]
Yang
menjadi
perhatian khusus dalam kualitas
proses pembelajaran di sini adalah efektif
dan efisien tidaknya proses
pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Sehingga ini sejalan dengan nilai-nilai islam yang tidak menghendaki pemborosan
waktu dan biaya. Untuk memenuhi proses pembelajaran PAI yang berkualitas maka
hal tersebut dipengaruhi oleh
dua faktor utama
yakni faktor dari lingkungan misalnya seperti latar belakang
keluarga, pergaulan teman, karkateristik sekolah, dan guru. Sedangkan faktor dari diri peserta didik seperti motivasi
pembelajaran, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan gaya belajar, ketekunan, sosial, ekonomi dan faktor fisik dan psikis serta faktor utama
yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk cepat memahami segala sesuatu.
Menurut Muhaimin dalam pembelajaran
PAI terdapat tiga komponen utama ang saling berpengaruh satu sama lain, yaitu
kondisi pembelajaran PAI, metode pembelajaran, dan hasil pembelajaran PAI. Yang
mana kondisi pembelajaran PAI seperti tujuan intruksional, karakteristik bidang
studi PAI, karakter siswa, dan kendalam pembelajaran PAI merupakan faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode dalam upaya untuk meningkatkan hasil
pembelajaran PAI.[2]
Faktor
lain yang perlu diperhatikan adalah metode serta waktu dalam melakukan
evaluasi, menurut Suryosubroto evaluasi bermanfaat untuk mengetahui tingkat
perubahan belajar siswa terhadap bahan atau materi ajar, metode, dan sarana
tertentu telah mencapai tujuan yang telah direncanakan. Intinya evaluasi
merupakan alat untuk mengukur tercapainya proses interaksi pembelajaran.[3]
Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa evaluasi merupakan salah satu faktor
penting dalam proses pembelajaran di kelas. Evaluasi di sini tidak hanya berupa
ujian formal sekolah saja semisal Ulangan Harian, UTS, dan UAS saja.
Menurut
Husnul Atiah tentang kualitas pembelajaran bahwa “Proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan baik apabila seorang pendidik mampu mengatur waktu yang
tersedia dengan sebaik mungkin.”[4]
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa faktor waktu dan kemampuan guru
dalam mengatur waktu dapat memepengaruhi kualitas pembelajaran. Berikut ini
Husnul mengidentifikasi empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerjaan seorang
guru sebagai manajer yang sangat
mempengaruhi kualitas pembelajaran PAI adalah:
1. Merencanakan. Ini
pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar
2. Mengorganisasikan. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan cara yang paling efektif dan efisien.
2. Mengorganisasikan. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan cara yang paling efektif dan efisien.
3. Memimpin. Ini adalah
pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong dan menstimulasikan peserta
didiknya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.
4. Mengawasi. Ini adalah
pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam
mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang
telah dirumuskan.[5]
Lebih spesifik lagi menurut Rohmat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas pendidikan yaitu ”faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor
kurikulum, faktor pembiayaan, dan lain-lain.”[6]
Untuk mempertegas realitas kualitas Proses Pembelajaran PAI selama ini, maka
penulis akan memaparkan pendapat Sukirman, berikut pendapatnya:
Suatu
kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam di
lembaga pendidikan formal saat ini, adalah rendahnya kualitas manajerial
pembelajaran baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan maupun cara
pengendaliannya, akibatnya proses pembelajaran pendidikan Agama Islam kurang
berhasil dalam pembentukan perilaku positif peserta didik. Lemahnya aspek
metodologi yang dikuasai oleh guru juga merupakan penyebab rendahnya kualitas
pembelajaran. Metode yang banyak dipakai adalah model konvensional yang kurang
menarik. Ketidakberdayaan pendidikan agama dalam menginternalisasikan
nilai-nilai agama juga merupakan salah satu faktor penyebab munculnya output
yang tidak mampu mengemban misi pendidikan nasional yaitu menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Oleh karenanya rekonstruksi terhadap
manajemen program-program pembelajaran agama mutlak dilakukan demi tercapainya
tujuan yang diharapkan.[7]
Selain karena faktor pendidik, kualitas pengajaran juga
dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain;
1. Besarnya
(class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah peserta didik yang
mengikuti proses pengajaran.
2. Suasana
pembelajaran. Suasana pembelajaran yang demokratis akan memberi peluang
mencapai hasil pembelajaran yang optimal, dibandingan dengan suasana yang kaku,
disiplin yang ketat dengan otoritas penuh pada pendidik.
3.
Fasilitas
dan sumber pembelajaran yang tersedia. Sering kita temukan dalam proses
pembelajaran di kelas bahwa pendidik sebagai sumber pembelajaran satu-satunya.
Padahal seharusnya peserta didik diberi kesempatan untuk berperan sebagai
sumber pembelajaran dalam proses pembelajaran.[8]
Faktor pembelajaran PAI di kelas
juga bisa dititik tekankan pada organisasi kelas dan di sekolah secara umum, baik
secara formal maumupun non formal. Misalnya hirarkinya, kekuatan pengaruh,
nilai-nilai yang tertanam dalam kelas atau sekolah yang dibangun oleh siswa,
dan iklim sosial psikologis.[9] Tiap siswa berada dalam lingkungan
sosial di sekolah. Ia memiliki kebutuhan dalam berkedudukan dan berperan untuk
mendapat pengakuan temannya. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah
menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka
ia akan merasa tertekan.[10]
Faktor
lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran di sekolah adalah karakteristik
sekolah itu sendiri, yang mana sangat berkaitan erat dengan disiplin (tata
tertib) sekolah, media pembelajaran yang dimiliki, letak geografis sekolah,
lingkungan sekolah, estetika dan etika dalam arti sekolah memberikan perasaan
nyaman, kepuasan peserta didik, bersih, rapi dan memberikan inspirasi.
Secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam
siswa), yakni keadaan/kondisi jasmanidan rohani siswa
b. Faktor eksternal (faktor dari luar
siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor
di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan memperngaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang
bersikap konservatif (faktor internal) terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif
eksentrik (faktor eksternal) biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi
tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya
(faktor eksternal) akan cenderung menggunakan pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil belajar.[11]
Sedangkan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pembelajaran secara umum adalah, faktor siswa, sarana, alat atau
media pembelajaran, dan lingkungan. Berikut ini adalah pemaparannya lebih
lanjut:
1. Faktor
siswa; siswa juga memiliki karakteristik dan perbedaan satu sama lain, mulai
dari fisik, gaya belajar, motivasi belajar, kecerdasan, orientasi bersekolah,
cita-cita, dan berbagai perbedaan lain.[12]
2. Faktor
sarana prasarana; sarana adalah segala yang mendukung secara langsung terhadap
proses pembelajaran, contohnya media, alat, perlengkapan sekolah, dan
perpustakaan. Sedangkan prasarana merupakan segala yang tidak mendukung secara
langsung bagi keberhasilan proses pembelajaran seperti kamar kecil, penerangan,
taman, dan infrakstuktur sekolah.
3. Faktor
lingkungan; dibagi menjadi dua faktor yaitu
faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosio psikologis.[13]
4. Faktor
Keluarga; siswa berangkat ke sekolah
dari rumah tidak hanya membawa buku, membawa uang saku namun juga membawa latar
belakang ideologi dari rumah (madhab), serta membawa asumsi-asumsi dasar yang
ia bangun dari lingkungan keluarga. Menurut Slameto Faktor keluarga dibagi
menjadi tiga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antaranggota kelarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluaraga, pengertian orang tua, dan latar
belakang budaya.[14]
5. Faktor Waktu; Faktor waktu dapat
dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu. Hal yang
menyangkut jumlah waktu adalah berapa jumlah jam pelajaran yang tersedia untuk
proses pembelajaran. Sedangkan yang menyangkut kondisi waktu ialah kapan
pembelajaran itu dilaksanakan. Pagi, siang, sore atau malam, kondisinya akan
berbeda. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang
terjadi.[15]
Menurut penulis faktor-faktor tersebut merupakan komponen
pendidikan yang satu diantara yang lain saling berhubungan dan menunjang,
karena apabila salah satu diantara unsur tersebut tidak memenuhi standar
kualitas pendidikan, maka kemungkinan
besar kualitas pembelajaran tidak akan tercapai secara optimal.
B.
Problematika Pembelajaran PAI
Sebelum
penulis membahas tentang beberapa problem yang ada pada peserta
didik, perlu kiranya penulis
jabarkan dulu arti dari kata ‘problematika’ itu sendiri.
Kata problematika berasal dari
kata problem yang berarti masalah atau persoalan, dan juga
berakar kata dari kata problematik yang berarti permasalahan; hal yang
menimbulkan masalah, hal yang belum dapat dipecahkan.[16] Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa problematika yang
ada pada peserta didik merupakan
suatu masalah yang ada pada diri peserta didik yakni dapat berupa multiculturnya peserta
didik dalam satu kelas, perbedaan golongan agama, perbedaan latar belakang
ekonomi dan ideologi politik serta ideologi fanatisme pada ‘sesuatu’ yang ada
pada keluarganya.
Menurut
penulis ada enam macam istilah problematika pemanfaatan media pembelajaran yang
istilah tersebut penulis ambil dari pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati dalam bukunya yang sebenarnya
problematika itu menyangkut promblematika pendidikan secara umum, berhubung
istilah itu sangat relevan maka penulis mengambil isitlah itu untuk dimasukkan
ke dalam problematika proses pembelajaran PAI secara umum. Problematika yang berkaitan dengan proses
pembelajaran itu menyangkut 5 W
1 H, yaitu:
1.
Probelamatika
Who (siapa), menyangkut pendidik dan anak didik dalam
menyukseskan proses pembelajaran.
2.
Problematika
Why (mengapa), menyangkut pelaksanaan proses
pembelajaran.
3.
Problematika
Where (di mana), menyangkut tempat proses pembelajaran,
di laboratorium PAI, terjun langsung di Masyarakat, atau di dalam kelas.
4.
Problematika
When (bilamana/kapan), menyangkut pengaturan waktu dalam pelaksanaan
proses pembalajaran, juga
menyangkut usia peserta didik dalam menentukan pendekatan
pendidik dalam mengajar.
5.
Problematika
What (apa), menyangkut dasar, tujuan dan bahan/materi proses
pembelajaran itu sendiri.
6.
Problematika
How (bagaimana), menyangkut cara/metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran, berhubung peserta didik mempunyai sifat dan bakat yang
berbeda-beda dalam proses pembelajaran.[17]
Peserta
didik sebagai manusia adalah makhluk yang unik dan penuh misteri, makhluk yang
dinamis, dan memiliki potensi yang pada setiap perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Manusia sebagai makhluk hidup memiliki perbedaan dengan makhluk lain yaitu
hanya manusia yang memiliki iman dan ilmu.[18]
Mencermati fenomena yang terjadi di
masyarakat sekarang ini baik secara global maupun nasional perlu mendapat
perhatian serius dalam menyelami format dan model sistem pendidikan agama Islam
di sekolah, yang dapat mengakomodir tuntutan dan kebutuhan zaman dalam sinaran
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Orientasi pendidikan agama
Islam dalam zaman informasi mendatang perlu diubah, yang semula berorientasi
kepada kehidupan ukhrawy menjadi duniawy-ukhrawy.[19]
Dari problematika organisasi dan
kelembagaan pendidikan agama Islam belum dikelola secara professonal, manajemen
yang dibangun belum terstrukturisasi secara modern, sehingga kelihatan sudah lapuk dan rapuh serta tertindas oleh
kemajuan. Profesionalisme di sini, bukan hanya memperhatikan dari segi
honorarium pengelola, akan tetapi profesionalisme tersebut perlu diwujudkan
dalam perencanaan, penyiapan tenaga kerja, kurikulum dan pelaksanaan pendidikan
agama Islam itu sendiri di sekolah. Dengan kurang professional pengelola akan
berelasikan dengan sumber daya manusia (SDM). Jadi SDM terbatas akan
mempengaruhi gerak dan langkah dalam pencapaian tujuan pendidikan Islam,
terutama di era globalisasi sekarang ini.
Kemudian
yang menjadi tantangan pendidikan agama Islam sekarang ini di sekolah ialah
terjadinya dekadensi moral, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik.
Bagi tenaga pendidik terlihat dengan adanya yang kurang disiplin dalam
mengajar, adanya korupsi dana anggaran pendidikan di sekolah, penyalahgunaan
narkotika, dan sebagainya. Kemudian bagi peserta didik dapat terlihat dalam
kehidupan yang ’ugal-ugalan’, tawuran, malas belajar, mengkonsumsi narkoba,
kumpul kebo, dan sebagainya. Akan tetapi, orang yang beragama tidak mesti bagus
akhlaknya, karena ada pengaruh atau penyebab yang lain.[20]
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam banyak sekali
permasalahan yang dihadapi yang seringkali permasalahan tersebut menjadi
hambatan untuk mencapai tujuan secara maksimal, probematika tersebut antara
lain[21]:
1.
Problem Anak Didik
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Peserta didik sebagai manusia memiliki karakter dan
nilai-nilai bawaan yang telah melakat terakumulasi sejak ia dari bayi bahkan
bawaan dari orang tuanya secara genetis. Karakter tersebut secara rinci dapat
dikatagorikan sebagai beriku:
a.
Karakteristik
Kelainan Psikologi.
b.
Karakter
Kelainan Daya Pikir (Kognitif)
c.
Karakter
Kelainan Kemauan (Motivasi)
d.
Karakter
Kelainan Interaksi (Emosional) Dan Sosial
2.
Problem Pendidik
(Guru) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Guru sebagai pengambil keputusan di dalam kelas memiliki
peran sangat penting, ketidak hadiran guru bisa berpengaruh buruk atau malah
bisa berpengaruh baik bagi siswa. Oleh karena itu seorang guru seyogyanya mempunyai kualitas
keilmuan jauh di atas siswanya. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas guru
sebagaimana berikut:
a)
Orientasi
guru terhadap profesinya.
b)
Keadaan
kesehatan guru.
c)
Keadaan
ekonomi guru.
d)
Pengalaman
mengajar guru.
e)
Latar
belakang pendidikan guru.
DAFTAR
RUJUKAN
Ahmadi, Abu&Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Affandi,
Rahmad. “Upaya Mapenda dalam Mengembangkan Kurikulum PAI MA Kota Kediri”. Skripsi,
STAIN Kediri, Kediri, 2011.
Arifin, H.M. Kapita Selekta Pendidikan – Islam dan Umum.
Jakarta : Bumi Aksara, 1995.
Atiah,
Husnul.“Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sebagai Upaya Guru Dalam Menciptakan Peserta didik Aktif di Sekolah Dasar
Negeri 120/V Tungkal Harapan,” (Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam ( Stai ) An
– Nadwah Kuala Tungkal Kopertais Wilayah XIII, Jambi,2010).
B. Uno,
Hamzah&Mohammad, Nurdin. Belajar
dengan Pendekatan PAILKEM:Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif,
Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993.
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2009.
Fathoni, Toto&Riyana, Cepi.
“Komponen-Komponen Pembelajaran”, dalam Kurikulum dan Pembelajaran dalam
Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.
Muhaimin. Paradigma
Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001.
Nata, Abudin. Manajemen
Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia.
Bogor: Prenada Media, 2003.
Rohmad, Ali. Kapita Selekta Pendidikan. Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2004.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta:
Quantum Teaching, 2005.
Sanjaya,
Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori
dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana, 2010.
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sukirman,
“Manajemen Pengembangan Program
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4
Malang,” (Tesis MA., Universita Islam Negeri Malang,Malang, 2010), V.
[1]Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 153-154.
[2]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 146.
[3]Ibid., 148-149.
[4]Husnul Atiah, “Manajemen
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Guru Dalam Menciptakan
Peserta didik Aktif di Sekolah Dasar Negeri 120/V Tungkal Harapan,” (Skripsi,
Sekolah Tinggi Agama Islam ( Stai ) An – Nadwah Kuala Tungkal Kopertais Wilayah
XIII, Jambi,2010).
[5]Ibid,.
[6]Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan (Tulungagung: STAIN
Tulungagung, 2004), 20.
[7]Sukirman, “Manajemen Pengembangan Program
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4
Malang,” (Tesis MA., Universita Islam Negeri Malang,Malang, 2010), V.
[8]Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta:
Quantum Teaching, 2005), 51-52.
[9]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan
Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), (Jakarta:
Kencana, 2010), 202.
[10]Dimyati,
Belajar dan Pembelajaran
(Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 239
[12]Hamzah B. Uno dan Nurdin
Mohammad, Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM:Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 198-202.
[13]Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, 197-201.
[14]Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 60-64.
[15]Toto
Fathoni dan Cepi Riyana, “Komponen-Komponen Pembelajaran”, dalam Kurikulum
dan Pembelajaran dalam Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2011), 156
[16]Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:
Balai Pustaka, 1993), 701.
[17]Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,
2001), 255-260.
[18]Ibid,. 24.
[19]H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan – Islam dan Umum, (Jakarta : Bumi Aksara,
1995), 7.
[20]Abuddin
Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Bogor: Prenada Media,
2003), 221-222.
[21]Rahmat Affandi, “Upaya Mapenda
dalam Mengembangkan Kurikulum PAI MA Kota Kediri” (Skripsi, STAIN Kediri,
Kediri, 2011).
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN PAI"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*