Tujuan dan Materi Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini
Oleh:
MUH ROSIHUDDIN
(Mahasiswa S2 Program Pasca Sarjana STAIN Kediri Angkatan I. Selain itu ia
pernah Menjabat sebagai Ketua IPNU Kecamatan
Plosoklaten, Kepala MI Al-Muwazanah II, dan Guru di MTs Al-muwazana
serta MTs Darul Hikmah Ngancar)
1.
Tujuan Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia
Dini
Tujuan ialah
“suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai”.
Tujuan pendidikan agama Islam adalah merupakan arah yang hendak disetujui dalam
suatu kegiatan pendidikan Islam sebagaimana menurut Al Abrasyi dalam kajiannya
tentang pendidikan Islam yang dikutip oleh Nur Uhwati telah menyimpulkan tujuan
umum bagi pendidikan Islam, yaitu:
1) Untuk membantu terbentuknya akhlak yang mulia
2) Persiapan untuk mencari rizki dan kehidupan
akhirat.
3) Persiapan untuk mencari rizki dan
pemeliharaan segi-segi kemanfaatan
4) Menumbuhkan semangat ilmiah (scientific
spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan dan memungkinkan ia mengkaji ilmu
demi ilmu itu sendiri.
5) Menyiapkan pelajar dari segi professional
atau keahlian tertentu, agar dapat mencari rizki dalam kehidupannya di samping
juga memelihara segi kerohanian dan keagamaan.
Dengan demikian
tujuan pendidikan Islam yang utama adalah budi pekerti atau akhlak yang mulia
dengan tidak mengabaikan pendidikan jasmani, akal-pikiran, keimanan dan
kepribadian sehingga tujuan pendidikan Islam itu adalah membentuk pribadi
muslim yang integral atau menyeluruh.
Hasil rumusan tujuan
pendidikan Islam menurut kongres pendidikan Islam sedunia di Islamabad tahun 1980 yang dikutip oleh Nur
Uhbiati menyatakan bahwa:
Pendidikan harus
merelisasikan cita-cita (idelitas) Islam yang mencakup pengembangan kepribadian
muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologis
(jasmaniah) manusia dengan mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu
pengetahuan secara berkesinambungan sehingga terbentuklah manusia muslim yang
paripurna yang bersifat tawakal (menyerah diri) secara total kepada Allah SWT.
Sedangkan rumusan
tujuan pendidikan agama Islam menurut Nur Uhbiati dan Abu Ahmadi adalah
“Rumusan tujuan akhir
pendidikan Islam ialah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada penyerahan diri
kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan duniawiah dan ukhrawiah”.
Menurut Ahmad D
Marimba dalam bukunya pengantar filsafat pendidikan Islam yang dikutip oleh
Zuhairini dkk menyatakan “tujuan akhir pendidikan agama Islam ialah
terbentuknya kepribadian muslim ”. Rumusan tujuan yang sedemikian singkat pada
hakekatnya mengembangkan makana yang sangat luas, dalam arti terbentuknya
manusia yang utuh jasmani dan rohani yang dalam dirinya terwujud idelitas
islami yang dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Menurut
Zuhairini, dkk, dalam bukunya Pendidikan Agama disebutkan bahwa” secara umum
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah
membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh,
beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, Agama dan
Negara”.
Sedangkan
tujuan pendidikan dalam Islam secara garis besamya adalah untuk membina manusia
agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya,
perbuatan, pikiran, dan perasaanya.
Allah berfirman:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia,
melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyat (51): 56).
Terbentuknya
kepribadian muslim yang menjadi tujuan akhir pendidikan Islam, untuk sampai
kepada terbentuknya kepribadian muslim ada beberapa cara yang perlu di
realisasikan, yaitu:
a.
Menenamkan
perasaan cinta dan taat kepada Allah dengan meningkatkan rasa syukur atas
nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.
b.
Menanamkan
I’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam hati anak.
c.
Mendidik
anak dari kecilnya agar mengikuti perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya, serta membiasakan akhlak yang mulia dan adapt kebiasaan yang
baik.
d.
Mengajar
pada siswa untuk mengetahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara
mengerjakannya serta mengetahui hikmah dan faidahnya.
e.
Memberi
petunjuk para siswa bagaimana hidup di dunia menuju akhirat dan memberikan
contoh dan suri tauladan yang baik.
Dari beberapa uraian
di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa tujuan pendidikan agama Islam pada
anak usia dini adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi anak
usia nol sampai enam tahun secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal
pikiran, kecerdasan dan perasaan, sehingga memiliki kepribadian yang utama.
Oleh karena itu pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan
manusia, baik spiritual, jasmaniah dan keilmuannya ke arah kebaikan atau
kesempurnaan hidup.
2.
Materi Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia
Dini
Materi adalah bahan
yang dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan, dimana materi ini termasuk
salah satu bagian dari alat pendidikan. Dengan demikian materi pendidikan agama
Islam adalah bahan yangt dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam
yang berdasar dan dan bersumber pada al-qur’an dan hadis.
Materi pendidikan agama Islam adalah “segala sesuatu yang
hendak diberikan kepada dan dicerna, diolah, dihayati serta diamalkan oleh
peserta didik dalam proses kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
Is1am”.
Pada
dasamya materi yang diberikan kepada anak didik adalah sangatlah universal yang
mengandung aturan-aturan sebagai
aspek kehidupan manusia,
baik yang berhubungan dengan sesama manusia maupun dengan yang lainnya. Karena
Pendidikan Agama Islam berdasarkan pada AI-Qur’an dan As-Sunnah, maka sangat luas
jangkauannya dan Islam mendorong pada setiap pemeluknya untuk memperoleh pendidikan
tanpa kenal batas.
“Islam memiliki tiga ajaran yang merupakan inti dasar dalam
mengatur kehidupan. Secara umum dasar Islam yang dijadikan materi pokok
pendidikan agama Islam dalam keluarga yaitu: masalah keimanan (
Aqidah)
dan masalah
Ihsan (Akhlak)”
1)
Keimanan (Aqidah)
Dalam
Pendidikan Agama Islam yang pertama dan utama yang harus dilakukan adalah
pembentukan keyakinan kepada Allah, yang diharapkan mendasari setiap sikap dan
tingkah laku serta kepribadian anak, karena pada dasarnya manusia itu
membutuhkan sebuah kepercayaan yang akan membentuk sikap dan pandangannya. Hal
itu sebagaimana firman Allah dalam surat
Luqman ayat 13
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ)
x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya: “Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu Ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yangbesar.”(Q.S. Luqman(31): 13).
Ayat
diatas mengingatkan bahwa Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk tidak menyekutukan
Allah. Hal tersebut merupakan pelajaran terhadap keimanan anak agar jiwa
keimanannya kepada Allah bisa teguh, sehingga tidak akan menyekutukan Allah
dengan yang Iainnya.
Adapun
langkah dasar yang bisa diambil untuk
membentuk
tingkah laku anak yang berkepribadian
Islam adalah memberikan pemahaman kepada anak tentang tujuan
hidup yang jelas. bahwa hidup itu harus memiliki motivasi, dan motivasi hidup
itu hanya mendapatkan
ridho dan Allah. “Untuk mendapatkan
ridho
dan Allah maka harus berhubungan dengan Allah melalui berlatih diri untuk melaksanakan
perintah dan menjauhi Iarangan-Nya”.
“Sedangkan
cara untuk menegakkan aqidah bagi anak adalah dengan memahamkan kepada anak agar
menjauhi syirik. Selain itu juga dengan belajar menegakkan shalat yang disertai
dengan doa-doa dan gerakan yang benar”.
Semua ini
merupakan perwujudan yang dapat menimbulkan rasa keimanan dan ketaqwaan yang
dalam terhadap Allah.
2).
lhsan (Akhlak)
Sejalan
dengan usaha pembentukan keyakinan atau keimanan juga diperlukan pembentukan
akhlak yang mulia. Akhlak merupakan jiwa pendidikan Islam. Akhlak sendiri
adalah amalan yang bersifat pelengkap dan penyempurna bagi kedua amalan diatas
dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.
Akhlaq bisa diartikan sebagai
etika, etos, moral dan budi pekerti. Etika merupakan adat kebiasaan. Etos
mempunyai arti watak atau karakter. Secara lengkap etos adalah karakteristik
dan kebiasaan, serta kepercayaan yang bersifat khusus tentang individu atau
kelompok manusia. Moral merupakan pengembangan pemahaman atau etika yang
diartikan sebagai paket atau produk jadi yang bersifat normatif mengikat, yang
harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim.
Sedangkan
pendidikan akhlaq adalah pendidikan untuk mengarahkan anak agar berperilaku
baik, mempunyai moral dan etika yang baik. Pendidikan akhlak ini sangat penting
bagi anak, bila diumpamakan buah maka akhlak merupakan sebagian dan buah yang
matang. Maka bagaimana caranya agar buah yang matang itu bisa manis dan tidak
busuk. Jika sebelumnya anak sudah diajarkan tentang keimanan dan aqidah, maka
langkah selanjutnya adalah membentuk atau mengajak anak untuk berakhlakul
karimah. Tanpa akhlak yang baik tidak akan sempuma keimanan seseorang.
Sedangkan
pembentukan akhlak anak termaktub dalam Al-Qur’an surat Luqman, yang perinciannya sebagai
berikut:
a.
Bersyukur kepada Allah dan banyak berterima kasih
kepada kedua orangtua. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Luqman ayat 14 :
$uZø¢¹urur
z`»|¡SM}$#
Ïm÷yÏ9ºuqÎ/
çm÷Fn=uHxq
¼çmBé&
$·Z÷dur
4n?tã
9`÷dur
¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
Artinya: “Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu’. (Q.S. Luqman(31): 14).
b. Bertingkah
laku sabar. Sebagaimana termaktub dalam QS. Luqman ayat 17.
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Artinya: “Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dan perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)”. (Q.S. Luqman (31):17).
c.
Berperangai ramah kepada sesamanya. Seperti tertera
dalam Q.S.Luqman Ayat 19 sebagai berikut:
ôÅÁø%$#ur Îû Íô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎÏJptø:$# ÇÊÒÈ
Artinya : “Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara adalah suara keledai”. (Q.S.Luqman (31): 19).
Sesuai
dengan ayat di atas, maka yang termasuk perangai ramah kepada sesamanya
diantaranya adalah:
a. Tidak membuang
muka ketika berjumpa dengan sesamanya.
b. Tidak sombong.
c. Ketika
berbicara dimuka umum tidak menggunakan suara lantang, namun suara yang
menyejukkan hati sesamanya.
d. Patuh terhadap
orang yang memberikan informasi kebenaran
Apabila
langkah-langkah yang tertera di atas dapat ditanamkan dengan baik maka anak
akan bisa berakhlakul karimah, menjadi anak yang shalih-sholihah serta
akan membahagiakan kedua orangtuanya.
Tim Dosen IAIN
Malang, Dasar-Dasar Pendidikan Islam: Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan Islam
(Surabaya: Karya Aditama, 1996), 100.
Depag RI. Al
Qur’an dan Terjemahanya.,. 654
BalasHapustrimakasih gan... sangat bermanfaat banget
semoga semakin sukses....