Problematika
Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Oleh:
(Mahasiswa S2 Program Pasca Sarjana STAIN Kediri Angkatan I. Selain itu ia
pernah Menjabat sebagai Ketua IPNU Kecamatan
Plosoklaten, Kepala MI Al-Muwazanah II, dan Guru di MTs Al-muwazana
serta MTs Darul Hikmah Ngancar)
sumber foto: facebook
Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam pencapaian
tujuan pembelajaran banyak sekali problematika yang dihadapi peserta didik.
Sementara itu, apabila objek problematika tersebut dibatasi pada anak usia dini
saja, maka problematika-problematika yang
dihadapinya menurut Suyadi dalam bukunya Bimbingan
Konseling Untuk PAUD di kelompokkan menjadi empat aspek, yaitu aspek
kognitif, fisik-motorik, sosio-emosional, moral keagamaan[1]. Keempat
aspek itu di jelaskan sebagai berikut :
a)
Aspek kognitif
Menurut
Suyadi, perilaku bermasalah pada anak didik pada anak didik paling tidak ada
sepuluh kejadian, yaitu “berpikir irrasional, pikiran negatif, suka menyalahkan
orang lain dan menganggap dirinya paling benar, malas belajar, tidak mau
sekolah, sulit menghafal kata dan nama benda, tidak memperhatikan, terlambat
berpikir, pelupa, dan rendahnya rasa ingin tahu”[2]
b)
Aspek fisik-motorik
“Kondisi
bermasalah pada aspek psikomotorik seperti halnya permasalahan tangan kidal,
berjalan pincang, buta, tuli, bisu, terlalu gemuk atau kurus, dan berambut
kriting”[3].
Selain
itu, menurut Yeni Rahmawati seseorang dapat mengalami kendala fa’ali karena
terjadi kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan.
Kemungkinan lain seseorang menyandang kelainan fisik yang dapat menghambat
pengembangan kreativitasnya[4].
c)
Aspek sosio-emosional
Perilaku
bermasalah pada aspek sosio emosional setidak-tidaknya mencakup beberapa
permasalahan yaitu : pendiam, pemalu, minder, citra diri( self esteem)
yang negative, egois, sulit berteman (bersosialisasi), menolak relitas( suka
membuat kegaduhan), bersikap kaku (tidak objektif), dan membenci guru tertentu.[5]
d)
Aspek moral keagamaan
Perilaku
bermasalah pada moral keagamaan, contohnya adalah anak nakal, sombong atau
congkak, berbohong atau menipu, bersikap kasar dan tidak sopan, suka membantah
perintah orang tua dan guru, kikir, iri, dengki, sulit diajak belajar
beribadah, suka berpenampilan vulgar, dan terpengaruh oleh ritual agama lain[6].
Problematika pembelajaran pada anak usia dini bisa juga
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu problematika internal dan problematika
eksternal. Untuk lebih jelasnya dibahas sebagai berikut :
1)
Problematika Internal
Yang dimaksud problematika internal adalah segala permasalahan
yang timbul dari diri masing-masing anak didik. Permasalahan internal yang
berkaitan dengan kognitif anak didik semisal sangat sulitnya anak didik dalam
memahami materi-materi agama Islam bisa juga berasal dari latar belakang anak
didik tersebut.Adapun permasalahan-permasalahan internal yang bisa menghambat
pembelajaran pada anak adalah sebagai berikut :
1.
Stress
2.
Perasaan takut
3.
Phobia sekolah[7]
4.
Mencari perhatian[8]
5.
Ingin menguasai kelas
6.
Agresif
7.
Tidak menurut
8.
Suka berkelahi
9.
Menganggu teman yang lain
10. Menyendiri
[9]
11. Tidak
memperhatikan guru
Selain permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas
yang juga bisa menghambat pembelajaran pada anak usia dini adalah masalah yang
berkaitan dengan jasmani atau cacat fisik yang terjadi karena kecelakaan atau
dibawa sejak lahir. Menurut Nur’aeni “masalah yang dihadapi adalah penyesuaian
kecacatannya dengan lingkungan bagi mereka yang mendapatkannya karena
kecelakaan atau amputasi”.[10]
2)
Problematika eksternal
Yang dimaksud dengan problematika eksternal adalah
permasalahan-permasalahan pembelajaran pada anak didik yang timbul dari luar
masing-masing anak didik. Problematika-problematika itu adalah sebagai berikut:
1.
Guru
Menurut
Fajar SS ada sepuluh penyakit guru yang dapat menjadi masalah atau hambatan
bagi proses pembelajaran pada anak. Sepuluh penyakit itu adalah sebagai berikut
:
1.
Tipus = Tidak
punya selera
2.
Mual = mutu
amat lemah
3.
Kudis = kurang
disiplin
4.
Asma = Asal
masuk kelas
5.
Kusta = Kurang strategi
6.
TBC = Tidak
banyak cara
7.
Kram = Kurang
terampil mengajar
8.
Asam Urat =
Asal Susun Materi
9.
Lesu = Lemah
Sumber Belajar
10.
WTS = Wawasan
Tidak Luas[11]
2.
Sarana Prasarana
Sarana prasarana juga sangat mempengaruhi bagi
pembelajaran anak. Sarana prasarana sangat penting untuk menambah motivasi belajar
anak didik. Sebaliknya kurangnya sarana prasana bisa menimbulkan kejenuhan,
ngantuk, atau malas belajar.
Menurut
Abu Ahmadi bahwa:
untuk
belajar hendaknya anak didik memilih tempat yang memenuhi syarat kesehatan,
tempat itu harus bersih, udara selalu berganti, sinar matahari bisa masuk,
terutama di pagi hari, ada penerangan yang cukup, tidak terlalu lemah atau
menyilaukan dan usahakan sinar datang
dari belakang atau samping sebelah kiri. Tempat itu harus teratur rapi, dan
jauh dari ganngguan serangga, hiruk pikuk dan lalu lalang orang yang dapat
menganggu ketenangan belajar. Kalau ada hiasan hendaknya hiasan yang dapat
mendorong semangat dan gairah belajar serta menambah ketenangan jiwa.[12]
3.
Media Massa
Era
sekarang adalah era informasi, dimana banyak media massa
yang menyajikan informasi-informasi yang menarik untuk dibaca dan dilihat, baik
yang negatif maupun yang positif, baik media massa cetak maupun elektronik. Media
elektronik misalnya saja televisi, disatu sisi walaupun televisi membawa
informasi tayangan yang positif, namun televisi juga berdampak negatif Bila
anak melihat TV, maka sebaiknya orang tua harus mendampinginya, agar orang tua
bisa menerangkan hal-hal yang belum dimengerti oleh
anak. Namun jika tidak maka hal-hal yang ditayangkan di TV akan diserap semua
oleh anak, baik yang positif maupun yang negatif.
Sekarang media cetak juga tidak mau kalah, banyak media cetak
yang penyajiannya kurang mendidik anak, seperti semakin banyaknya gambar-gambar
pomo yang tertera dalam media tersebut yang dirasa sangat mengganggu dan sangat
mempengaruhi kepribadian anak. Terlebih lagi untuk usia anak-anak biasanya
cenderung untuk meniru apa saja yang dilihatnya. Hal ini tenntunya sangat
berbahaya kalau anak sampai meniru hal-hal negatif yang dia lihat di TV, Koran
ataupun media masa lainnya.
4.
Lingkungan
Lingkungan
adalah salah satu permasalahan pembelajaran yang sangat penting.Lingkungan
masyarakat yang baik, yaitu masyarakat yang masih kental dengan ajaran-ajaran
agama Islam. Lingkungan yang seperti itu dapat mempengaruhi anak untuk
berperilaku baik. Namun apabila lingkungan masyarakatnya itu buruk dan jauh dan
nilai-nilai ajaran agama, maka besar kemungkinannya juga akan melunturkan
pendidikan agama anak yang telah ditanam dalam keluarga, bahkan anak akan jauh
dari ajaran agama Islam.
Perilaku
anak yang negatif seperti berbicara
kotor, suka berkelahi ,suka berbicara kasar dan tidak sopan pada guru[13] dan
yang lain sebagainya merupakan perilaku bermasalah yang ditimbulkan karena pengaruh
lingkungan yang buruk.
[1]
Yang dimaksud problematika pembelajaran anak usia dini dilihat dari aspek
kognitif menurut Suyadi adalah perilaku-perilaku bermasalah anak yang
menyangkut pola pikir. Selanjutnya fisik-motorik adalah permasalahan yang
disebabkan karena cacat fisik yang di derita anak didik. Sosio-emosional adalah
problematika pembelajaran anak yang dilihat dari emosi, kognisi, dan
perilaku sosial anak didik usia dini.
Adapun aspek moral keagamaan adalah permaslahan-permasalahan anak didik usia
dini yang berkaitan dengan proses pembentukan perilaku positif dan bermoral
tinggi. Untuk lebih lanjut lihat Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling
Untuk PAUD.(Jogjakarta
: DIVA Press.2009), 262-314
[2] Ibid,
240
[3] Suyadi, Buku
Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, 262
[4] Yeni
Rahmawati, S.Pd.M.Pd & Euis Kurniawati, S.Pd.M.Pd, Strategi Pengembangan
Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak (Jakarta : Kencana.2010), 8
[5] Suyadi, Buku
Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, 277
[6] Ibid ,
304
[7]
Menurut Nur’aeni “stress tidak saja terjadi pada orang dewasa, tetapi juga
anak-anak bahkan pada balita. Anak yang mempunyai adik baru, atau pindah rumah,
atau punya pengasuh baru, atau mulai masuk sekolah (TK) sering mengalami
stress. Stress biasanya ditandai oleh kerewelan yang panjang, menangis terus,
atau tampak sedih dan murung”. Selain
itu, anak biasa mengalami rasa takut pada usia ini. Rasa takut ini bisa tumbuh
karena pengalaman dan juga dipelajari dari orang tua. Adapun phobi sekolah
adalah rasa takut yang sangat tanpa sebab, atau sebabnya tidak jelas atau tidak
masuk akal. Misalnya orang takut pada biji sawo, naik tangga dan lain
sebagainya. Bentuk phobi di sekolah ini adalah masalah sekolah, menolak
sekolah, membolos atau atau kabur pada waktu jam-jam belajar. Untuk lebih
lanjut lihat Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, (Jakarta :
PT. Rineka Cipta.1997),82-85
[8]Anak-anak yang masuk ke dalam situasi
berkelompok untuk pertama kalinya harus menyesuaikan diri untuk berbagi
perhatian orang dewasa yang menjaganya dengan anak-anak lain. Saat kebutuhan
anak untuk mendapat perhatian tidak terpenuhi, ia akan melakukan apapun bahkan
perilaku negatif untuk mendapatkan perhatian dari orang dewasa maupun dari
temannya. Lihat Laverne Warner dan Sharon Anna Lynch, Mengelola Kelas
Prasekolah ( Jakarta : Erlangga.2006),136
[9] Ibid , 132
[10] Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi Anak
Bermasalah,87
[11]“ hambatan pembelajaran “http://
fajarss.blog.uns.ac.id/tag/hambatan-pembelajaran, diakses pada tanggal 25 Juli
pada pukul 20.08 WIB
[12] “ Hambatan Pembelajaran”,
http;//www.scribd.com/doc/27422047/sarana-prasarana-belajar, diakses pada
tanggal 25 Juli pada pukul 20.32 WIB
[13] Menurut Suyadi, sikap kasar dan tidak
sopan termasuk dalam kategori perilaku bermasalah pada aspek moral keagamaan. Sebab
sikap ini berkaitan erat dengan perlakuan atau etika moralitas yang mengatur
huungan antara sesama manusia. Sikap ini tidak hanya dimiliki oleh orang
dewasa, tetapi juga anak-anak. Biasanya anak-anak yang bersikap kasar dan tidak
sopan disebabkan oleh pola asuh yang juga kasar dan tidak sopan atau keras dan
menegangkan. Lihat Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD.(Jogjakarta
: DIVA Press.2009), 314.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Problematika Pembelajaran Pada Anak Usia Dini"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*