Metode Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia
Dini
Oleh:
(Mahasiswa S2 Program Pasca Sarjana STAIN Kediri Angkatan I. Selain itu ia
pernah Menjabat sebagai Ketua IPNU Kecamatan
Plosoklaten, Kepala MI Al-Muwazanah II, dan Guru di MTs Al-muwazana
serta MTs Darul Hikmah Ngancar)
sumber foto: faceook
Menurut
Jamal Ma’ruf Asmani “mengajar anaka usia dini membutuhkan metode yang unik dan
kreatif. Disinilah signifikasi dan urgensi peran seorang guru dalam mendidik
dan menggugah potensi anak didik”[1].
Metode adalah “suatu
cara dan siasat menyampaikan bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran
agar siswa dapat mengetahui, memahami mempergunakan atau dengan kata lain dapat
menguasai bahan pelajaran tersebut”.[2]
Dari pengertian
metode tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian metode pendidikan
agama adalah “segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan
pendidikan agama dengan berbagai aktifitas, baik di dalam atau di luar kelas
dalam lingkungan sekolah”.[3]
Ada banyak metode atau cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan agama Islam, sebagaimana menurut Winarno suradi yang dikutip oleh Zuhairini bahan metode tersebut adalah:
1.
Metode
ceramah
2.
Metode
tanya jawab
3.
Metode
pemberian tugas
4.
Metode
demonstrasi da eksperimen
5.
Metode
belajar kelompok
6.
Metode
sosiodrama dan bermain peran
7.
Metode
karya wisata
8.
Metode
drill (latihan)
9.
Metode
sistem regu[4]
Sebagai
tenaga pendidik yang baik, guru harus mampu memilih metode yang akan digunakan
dalam mengajar anak didiknya,terutama yang masih dalam fase anak usia dini dan
disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak didiknya tersebut. Karena dengan
menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan perkembangan anak didiknya,
maka materi yang disampaikan kemungkinan besar akan mudah difahami oleh anak.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah didalam Q.S An-Nahl ayat 125 sebagai
berikut:
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya: “Serulah (manusia)
kepadajalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang Iebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dan jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. AnNahl (l6):125)[5]
Dengan
melihat ayat di atas maka, sebagai guru harus dapat memilihkan metode yang
tepat bagi anak didiknya, terutama anak usia dini. Diantara metode-metode yang
dapat digunakan dalam Pendidikan Agama Islam pada anak usia dini adalah:
a.
Metode teladan
“Dalam
Al-Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah,
yang kemudian diberi sifat dibelakangnya
seperti sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga terdapat ungkapan uswatun
hasanah yang artinya teladan yang baik.”[6]
Metode
teladan ini sangat penting bagi anak,
supaya ia dapat meniru dan menyamakan diri dengan orang lain. Karena pada
umumnya anak terutama yang masih usia dini perilakunya cenderung meniru
orang-orang yang disekitarnya atau lingkungannya. Oleh karena itu sebagai guru
hendaknya memberikan teladan atau contoh yang baik bagi anak.
Dalam
A1-Qur’an juga ditegaskan bahwa contoh teladan yang baik itu adalah
penting sekali, dari hal tersebut dapat dilihat pada diri Rasulullah yang
merupakan contoh yang utama. Sebagaimana dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21 sebagai
benikut:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab (33):21)[7]
Menurut Asnelly Ilyas dalam penjelasan tentang metode teladan dalam
bukunya “Mendambakan Anak Saleh” bahwasanya :
Dalam praktek pendidikan dan
pengajaran, metode mi dilaksanakan dalam dua cara, yaitu secara langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect). Secara langsung maksudnya bahwa
pendidik atau orang tua itu harus benar-benar menjadikan dirinya sebagai contoh
teladan yang baik terhadap anak. Sedangkan secara tidak langsung dimaksudkan
melalui cerita dan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar, pahlawan dan
para syuhada. Melalui kisah dan riwayat-riwayat di diharapkan anak akan
menjadikan tokoh-tokoh ini sebagai uswatun hasanah.[8]
b.
Metode kisah-kisah atau cerita
“Metode
kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pendidikan Islam
dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal
baik yang sebenarya terjadi ataupun hanya rekaan saja”.[9]
“Metode
bercerita atau kisah banyak terdapat di dalam AlQur’an, yang tujuan pokoknya
adalah untuk menunjukkan fakta-fakta kebenaran. Kebanyakan dalam setiap surat Al-qur’an terdapat
cerita tentang kaum terdahulu baik dalam makna sejarah yang positif maupun yang
negatif”.[10]
dengan begitu anak akan dapat menyimpulkan mana perbuatan yang baik dan yang
buruk. Metode ini disebutkan dalam A1-qur’an surat Yusuf ayat 3 yaitu:
ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î) #x»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 úüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ
Artinya:
“ Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an
mi kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk
orang-orang yang belum mengetahui.” (Q.S. Yusuf (12): 3)[11]
Ayat
tersebut diatas mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam Al-Qur’an merupakan
cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai paedagogis. Kisah atau
cerita yang ada dalam Al-Qur’an banyak sekali diantaranya adalah kisah Fir’aun,
nabi Nuh, nabi Yusuf dan sebagainya, yang pada nantinya pendidik atau orang tua
dapat menyesuaikan antara kisah dan materi yang akan disampaikan. Kalimat yang
dipakaipun harus sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa
anak.
Biasanya cerita disampaikan kepada anak pada
waktu menjelang tidur dimalam hari. Kisah atau cerita bisa juga
dialihkan pada gambar atau bacaan-bacaan yang mudah difahami oleh anak. Kalau
anak dapat memahami isi atau cerita yang disampaikan, berarti itu merupakan
cara dalam menyampaikan aspek keimanan dan akhlak yang mengacu pada timbulnya
kesadaran moral dan dapat hidup sesuai dengan perintah Allah dan juga bisa
disebut hidup secara Islami yang hakiki.
c.
Metode Nasehat
“Secara
bahasa nasehat mengandung pengertian yang menunjukkan kepada keterlepasan dan
segala kotoran dan tipuan”.[12] Dalam
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan
manusia kepada ide yang dikehendakinya. lnilah yang kemudian dikenal dengan
nasehat. Tetapi nasehat yang disampaikannya ini selalu disertai dengan panutan
atau teladan dan sipemberi atau penyampai nasehat itu. ini menunjukkan bahwa
antara satu metode, yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini
keteladanan bersifat saling melengkapi.[13]
Nasehat
yang baik adalah nasehat yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak, dan dengan
kata-kata yang bagus didengar oleh anak, sehingga apa yang didengar anak
tersebut masuk kedalam jiwa anak, dan selanjutnya tergerak untuk
mengamalkannya.
Contoh
nasehat yang baik bisa dilihat pada nasehatnya Luqmanul Hakim terhadap
putranya, yaitu:
a. Nasehat
untuk bertauhid dan tidak berbuat syirik
b. Nasehat
akan adanya pengawasan Allah terhadap segala perbuatan manusia
c. Nasehat
untuk menegakkan shalat, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan sabar
terhadap segala musibah
d. Nasehatjangan
menghina dan berlaku sombong
b) Nasehat
untuk berkata lemah-lembut dan sederhana dalam berjalan.[14]
Seperti
yang tertera diatas, maka tenaga pendidik atau dalam hal ini guru ataupun orang
tua dalam menasehati anak hendaklah dengan nada lemah-lembut, dan mengarahkan
anak untuk berkata dengan kata-kata yang baik dan jujur. Yang nantinya dapat
dirasakan sebagai obat dalam menyembuhkan penyakit rohani, yang menverang
anak-anak agar tidak terlepas dan jalur ajaran agama Islam.
d.
Metode Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam
kamus bahasa Indonesia biasa” adalah: “1) Lazim atau umum; 2) Seperti sedia
kala; 3) sudah
merupakan hal yang tidak terpisahkan dan kehidupan
sehari-hari.[15]
Dengan adanya prefik “pe” dan sufik an” menunjukkan arti
proses”. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat
sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa.
“Berkaitan dengan pendidikan Agama Islam pada anak usia dini,
maka metode pembiasaan dapat dikatakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran
agama islam”.[16]
Metode pembiasaan ini adalah menanamkan rasa kepada anak untuk dikerjakan
secara berulang-ulang dengan tujuan supaya pengalaman yang dikerjakan anak
dapat menjadi bagian dan diri anak, sehingga anak akan merasa terbiasa
melaksanakannya.
Pembiasaan dalam pendidikan usia dini misalnya anak disuruh
supaya membiasakan membaca basmalah sebelum makan atau sebelum melakukan
aktititas yang lain, dan membaca hamdalah sesudah makan atau sesudah mengerjakan
aktifitas yang lain. Selain itu, anak bisa dibiasakan mengucapkan salam serta cium
tangan kepada kedua orang tuanya sebelum berangkat sekolah.
Pembiasaan ini dirasa sangat efektif jika penerapannya
dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman”
ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka
mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. “Oleh
karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara
yang sangat efektif dalam melaksanakan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak”.[17]
e.
Metode hukum dan Ganjaran
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia “hukum”, diartikan dengan: “a) peraturan
yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang
disuatu masyarakat (negara); b) undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk
mengatur pergaulan hidup masyarakat. Dalam bahasa Arab “hukuman” diistilahkan
dengan iqab”, jaza’ dan uqubah yang artinya balasan.”[18] Dalam
hubungannya dengan pendidikan Agama Islam dalam lingkunga keluarga maka iqab
berarti imbalan dan perbuatan yang tidak baik dan peserta anak. Contohnya
adalah bila anak melakukan kesalahan atau suatu hal yang tidak baik, maka orang
tua menghukumnya dengan hukuman yang mendidik misalnya menghafalkan Surat-surat
A1-Qur’an atau doa-doa yang pendek seperti halnva surat An-Nas, Al-Falaq dan sebagainya.
Dengan
adanya pemberian hukuman ini merupakan jalan yang terakhir dan harus dilakukan
secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama pendekatan ini
adalah untuk menyadarkan peserta didik dan kesalahan-kesalan yang ia 1akukan.[19]
Sedangkan
metode ganjaran akan dijelaskan berikut ini. Ganjaran dalam kamus besar bahasa
Indonesia disebutkan bahwa ‘ganjaran” adalah: a) hadiah (sebagai pembalas
jasa): b) hukuman, ba1asan.[20] Dan
definisi mi dapat difahami bahwa ganjaran” dalam bahasa Indonesia bisa dipakai
untuk balasan yang baik maupun balasan yang buruk.
Sementara
itu, dalam bahasa Arab “ganjaran” diistilahkan dengan “tsawab”. Kata tsawab”
bisa juga berarti: pahala, upah, dan balasan.[21] Maka
dalam kaitannya dengan pendidikan Islam ganjaran adalah alat pendidikan
preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau
motivator belajar bagi anak. Selain itu ganjaran juga merupakan hadiah terhadap
perilaku baik dan anak didik dalam proses pendidikan.[22]
Demikianlah
metode ganjaran dilaksanakan, dan hal mi dimaksudkan agar pemberian ganjaran
tersebut berpengaruh besar pada jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang
positif dan bersikap progresif, serta penyemangat agar proses belajar anak
dapat lancar dan tercapai tujuan pendidikannya.
Metode
diatas (hukuman dan ganjaran) dimaksudkan agar dalam diri anak tumbuh atau
tertanam rasa disiplin. Biasanya hukuman diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan, sedangkan ganjaran diberikan kepada orang yang patuh dan menunjukkan
perbuatan baik. Hal tersebut semata-mata untuk kedisiplinan anak yang kelak
akan menjadi pribadi muslim yang baik.
f.
Metode Ceramah
Yang
dimaksud dengan metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pendidikan
agama dengan cara penuturan lisan kepada anak.[23] Metode
ceramah mi dekat dengan kata tabligh yaitu
menyampaikan sesuatu ajaran. Kata-kata balagh atau tabligh didalam AI-Qur’an
misalnya pada Q.S. Yaasin ayat 17 yaitu:
$tBur !$uZøn=tã wÎ) à÷»n=t7ø9$# ÚúüÎ7ßJø9$# ÇÊÐÈ
Artinya: “Dan kewajiban kami
tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”(Q.S. Yaasin
(36): 17).[24]
Ayat
diatas menunjukkan dengan jelas, bahwa tabligh atau menyampaikan sesuatu
ajaran, khususnya dengan lisan diakui keberadaannya, bahkan telah dipraktekkan
oleh Rasullah SAW dalam mengajak umat manusia ke jalan Tuhan. Jika seorang
ingin mengajarkan kepada orang lain atau anak, maka hendaknya seseorang
mempunyai kualitas yang bagus. Supaya anak tertarik bila cara penyampaiannya
itu enak dan mudah difahami.
[1] Jamal Ma’ruf Asmani, Manajemen
Strategis Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta :Diva Press.2009), 100
[2] Zuhairini, Metodik, Pendidikan Agama, 79.
[3] Ibid, 80
[4]
Zuhairini, Metodik, Pendidikan Agama , 82
[5] Depag RI. Al Qur’an dan Terjemahanya.,
421.
[6] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam.,
95.
[7] Depag RI. Al Qur’an dan Terjemahanya.,
670.
[8] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh
(bandung: Al-Bayan, 1995), 39-40.
[9] Armay Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), 160
[10] H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1993), 214.
[11] Depag RI. Al Qur’an dan Terjemahanya.,
348.
[12] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak., 36.
[13] Abudin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam., 98
[14] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh.,
37-38.
[15] ‘Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa., 113.
[16] Armay Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam , 110.
[17] Ibid
[18] Abd. Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Mutiara, 1971)., 105.
[19] Ibid., 131.
[20] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa.,253
[21] lbid., 125
[22] Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa,127.
[23] Zuhairini, Metodologi Pendidikan
Agama, 74.
[24] Depag RI,
Al Qur’an dan Terjemahannya., 708.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul " Metode Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*