Islam pada zaman sekarang memiliki tantangan ketika dihadapkan
dengan modernitas. Haruskah umat Islam lari dan antipati dengan
modernitas adalah sebuah problem yang harus dijawab. Sementara kita tahu
bahwa hampir dari segala aspek kehidupan kita menggunakan produk barat
yang merupakan hasil karya modernitas. Teknologi cangggih sehari-hari
yang kita temui maupun yang kita konsumsi, tak ayal lagi sebagian besar
merupakan karya cipta dari ilmu pengetahuan dan teknologi mereka.
Melihat hal yang demikian, tentu kita sebagai umat Islam sudah mulai
berpikir bahwa menghindari modernitas adalah hal yang mustahil. Bukankah
perubahan posisi dari konsumen teknologi- yang notabene sangat dekat
dengan modernitas- menjadi produsen akan menjadi prestasi membanggakan
bagi umat Islam? Ya, di sinilah istilah dikotomi ilmu pengetahuan antara
ilmu agama dan ilmu umum harus dihilangkan. Karena, kedua ilmu itu
penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Ilmu pengetahuan yang
merupahkan cikal bakal dari teknologi penting untuk diperhatikan. Ingat
Sebuah hadis, “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup
selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati
besok”.Keseimbangan hidup seperti ini adalah hal yang sangat didambakan
dalam Islam.
Mengikuti modernitas bukanlah hal yang tabu selama kita masih
memegang ajaran Islam. Jadilah modern, tapi jangan melupakan agama. Itu
adalah sebuah kata yang tepat. Sudah seharusnya kita mengikuti
tradisi-tradisi yang baru jika memang itu lebih baik. Berislam dengan
konteks kekinian bukanlah hal yang dilarang selama ruh-ruh Islam yang
menjadi esensinya tetap dijaga.
Sebuah torehan yang harusnya kita renungkan adalah, pada Zaman Daulah
Abbasiyah, Islam pernah Berjaya. Ilmu pengetahuan berkembang pesat di
saat dunia Barat mengalami kegelapan. Kaum Muslim saat itu tidak
meninggalkan agamanya meskipun mereka harus maju. Bukankah fenomena
tersebut bisa membangkitkan semangat kita sebagai kaum muslim untuk
menjadi yang terdepan kembali? Kita bisa besar dengan agama kita. Kita
punya sebuah pedoman luar biasa yang diakui oleh ilmuwan muslim maupun
nonmuslim, yakni Al-Quran. Entah dari aspek sosial, hukum, sains,
ataupun yang lain diacungi jempol dari berbagai kalangan.
Peyoratifme kehidupan kaum muslimin harus sedikit demi sedikit
dihilangkan. Memang, sikap kitalah yang menjadikan apakah suatu kaum
terkesan lebih prestisius atau justru sebaliknya. Di sini, kita tidak
berbicara dalam hal perlombaan duniawi. Sekali lagi, untuk menjadi umat
yang dikehendaki dalam al-Quran, rahmatal li’alamin, jelaslah,
kita tidak bisa lari dari kehidupan dunia. Tanpa melupakan orientasi
utama yakni akhirat, umat Islam harus bisa kembali menjadi terdepan
seperti pada tempo dulu bahkan lebih dari itu. Islam dengan modernitas,
why not???
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "ISLAM VS MODERNITAS"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*