Terima
kasih, blog Banjir Embun telah dipercaya untuk digunakan sebagai referensi
karya tulis oleh beberapa akademisi dan calon ilmuwan muda. Berikut puluhan BUKTI blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat ilmiah (ilmuwan):
<< Puluhan bukti blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat luas >>
<< Puluhan bukti blog Banjir Embun mendapat kepercayaan masyarakat luas >>
Buku A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun) berjudul:
Rincian buku:
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Isi Lengkap Buku
Contoh Glosarium Buku
Contoh Indeks Buku
Contoh Kata Pengantar Buku
Contoh Daftar Isi Buku
Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Isi Lengkap Buku
Contoh Glosarium Buku
Contoh Indeks Buku
Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru
foto Mulaimul Huda. Sumber foto: Facebook
Oleh: Mualimul Huda
(Mahasiswa Program Pascasarjana S2 STAIN Kediri dan Guru MTs. AL Muttaqin Kec. Plemahan Kab. Kediri)
Dalam pembahasan diatas telah diketahui
pengertian kompetensi adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab terhadap pendidikan muridnya.
Selanjutnya akan membahas tentang
istilah kepribadian. Untuk meninjau tentang kepribadian secara definitif, dapat
penulis kemukakan beberapa pendapat sebagai berikut.
a.
F.Patty, MA
Kepribadian
adalah Jumlah dari keseluruhan unsur biologis dorongan kecenderungan,
keinginan-keinginan, naluri individu dan gaya disposisi serta kecenderungan
yang berasal dari pengalaman..[1]
b.
Muhibbin Syah
Kepribadian
adalah sifat hakiki individu yang tercemin dalam sikap dan perbuatannya yang
membedakan dirinya dari yang lain.[2]
c.
Wayan Nurkencana
Kepribadian
adalah menyangkut keseluruhan aspek pada seseorang baik fisik maupun psikis,
baik dibawa sejak lahir maupun dari pengalaman.[3]
d.
Hart Man
Kepribadian
adalah susunan yang diintegrasi dari ciri-ciri umum seseorang dan individu,
sebagaimana yang dinyatakan dalam corak-corak khas yang tegas dan diperhatikan
oleh orang lain.[4]
Dari definisi-definisi di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah suatu aspek yang terdapat pada
seseorang baik fisik maupun psikis, baik dari keturunan maupun pengalaman dari
lingkungan yang menjadikan ciri khas seseorang dalam lingkungan.
Kompetensi pribadi adalah kompetensi
yang berkaitan dengan pribadi seseorang (guru). Menurut Uzer Usman yang
termasuk bahwa kompetensi pribadi adalah berinteraksi dan berkomunikasi,
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, melaksanakan administrasi sosial dan
melaksanakan penelitian untuk kepentingan pengajaran”[5]
Sedangkan menurut Cece wijaya dan
Tabrani Rusyan, menyatakan bahwa kompetensi pribadi guru meliputi (a)
kemantapan dan Integritas pribadi, (b) peka terhadap perubahan dan pembaharuan,
(c) berfikir alternative, (d) adil, jujur dan obyektif, (e) berdisiplin dalam
memperoleh hasil sebaik-baiknya (f) simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan
sederhana dalam bertindak, (g) bersifat terbuka, (h) kreatif dan (i) berwibawa.[6]
Sebagian besar penjelasan kompetensi
pribadi diatas, baik yang dikemukakan oleh Uzer Usman maupun Cece wijaya dan
Tabrani Rusyan, merupakan indikator-indikator kepribadian seseorang.
Kepribadian itu sendiri sebenarnya abstrak, yang dapat dilihat atau diketahui
hanyalah indikatornya. Kepribadian ini sesungguhnya abstrak (ma’nawi), sukar
dilihat secara nyata, yang dapat dilihat atau diketahui hanyalah indikator atau
bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan14. Kepribadian guru
ini dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan
dalan menghadapi persoalan.
2.
Karakteristik Kompetensi Kepribadian
Guru Dalam Proses Belajar-Mengajar
Dalam proses belajar-mengajar, guru
memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah
terletak keberhasilan proses belajar-mengajar, untuk itu guru merupakan faktor yang
sangat dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di samping
faktor-faktor lainnya.
Dengan demikian, untuk mencapai hal
tersebut, guru harus memiliki kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya.
Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pribadi guru itu sendiri. Menurut
Cece Wijaya kemampuan pribadi guru dalam proses belajar-mengajar, ditandai
dengan beberapa indicator sebagai berikut:
a.
Kemantapan dan integritas pribadi
b.
Peka terhadap perubahan dan pembaharuan
c.
Berfikir alternative
d.
Adil, jujur dan obyektif
e.
Berdisiplin dalam melaksanakan tugas
f.
Ulet dan tekun bekerja
g.
Berusaha memeproleh hasil kerja
sebaik-baiknya
h.
Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana,
dan sederhana dalam bertindak
i.
Bersifat terbuka
j.
Kreatif
k.
berwibawa[7]
Adapun
penjelasan secara rinci dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Kemantapan
dan Integritas Pribadi
Seorang guru dituntut untuk bekerja teratur dan
konsisten, serta kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut
Oemar Hamalik, yang dikutip oleh Cece Wijaya :
“Kemantapannya
dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya, sehingga pola
hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai pendidik. Kemantapan dan
integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh
melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan.”
Menurut
Oemar Hamalik,
“Diantara
sikap dan karakteristik guru yang disenangi siswa ialah guru yang konsisten,
yakni guru yang selalu berkata dan bertindak sama sesuai dengan ucapannya”.[8]
Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas yang
dijalankannya, demikian juga kemantapan pribadi guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar akan berpengaruh terhadap situasi belajar-mengajar yang
diselenggarakannya. Mengapa demikian? Karena dengan pribadi yang mantap dan
mempunyai integritas yang tinggi, setiap permasalahan yang dihadapi bisa terpecahkan,
dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap ketenangan proses belajar-mengajar.
Kemantapan dan integritas pribadi harus dimiliki oleh setiap guru demi
tercapainya tujuan pendidikan dan mutu pendidikan.
b. Peka
terhadap Perubahan dan Pembaruan
Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang
berlangsung di sekolah maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini
dimaksudkan agar apa yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan
dan tidak ketinggalan zaman. Untuk itu kemampuan penelitian merupakan
karakteristik yang mutlak harus dikuasai oleh guru walaupun dalam bentuk dan
sifat yang sederhana,sebab dewasa ini penggunaan teknologi seperti komputer,
satelit, TV dan video sudah sering kita lihat dan alami, terutama oleh warga
kota besar. Hampir setiap lembaga penting di negara kita ini telah memakai
komputer; sudah banyak rumah tangga yang memiliki telepon, sebagian besar
remaja kota tentu pernah melihat atau memainkan mainan semi komputer seperti videogame.
Pemakaian teknologi biasanya didasarkan atas
alasan-alasan efisiensi, keefektifan dan juga kenyamanan. Dalam bidang ekonomi
atau perdagangan yang paling menonjol adalah alasan efisiensi. Konsekuensinya,
terjadi pengurangan karyawan serta timbul tuntutan untuk menguasai ketrampilan
tertentu dalam lapangan pekerjaan. Dalam bidang militer yang utama ialah
keefektifan, ketepatan mengenai sasaran. Adapun alasan kenyamanan lebih
menonjol dalam bidang jasa dan pelayanan meskipun alasan efisiensi dan
keefektifan tetap diperhatikan. Seperti dalam ketiga alasan tersebut, waktu
yang tersedia bagi guru(jam pelajaran) harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya(efisiensi), pelajaran yang diberikan harus membuahkan hasil yang
bermanfaat baik bagi siswa maupun bagi masyarakat (efektif), dan hal ini akan
berjalan lancar kalau kelas, sumber belajar, dan media atau alat bantu
pelajaran dapat dikelola serta tujuan metode ditentukan sehingga memberi gairah
belajar-mengajar yang besar bagi siswa dan guru (kenyamanan).
Pembaruan (sering dalam bentuk eksperimen) dalam
pengertian kependidikan merupakan suatu upaya lembaga pendidikan untuk
menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan
memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru sebagai
jawaban atas perkembanagan internal dan eksternal dalam dunia pendidikan yang
cenderung mengejar efisiensi dan keefektifan. Pembaruan mengiringi perputaran
zaman yang tak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah
ditentukan.
c. Berpikir
Alternatif
Sebelum menyajikan bahan pelajaran, guru harus sudah
menyiapkan berbagai kemungkinan permasalahan yang akan dihadapinya beserta
alternatif pemecahannya. Ini dimaksud untuk menghindari verbalisme dan
absolutisme. Untuk itu, Panduan Belajar untuk setiap pelajaran harus dibuat
setiap awal caturwulan atau awal semester.
Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar. Minimal guru harus mampu
memberikan berbagai alternatif jawaban dan memilih salah satu alternatif untuk
kelancaran proses belajar-mengajar dan peningkatan mutu pendidikan, atau guru
harus mampu memilih jalan tertentu untuk memecahakan persoalan yang dihadapinya
demi ketenangan dan aktivitas proses belajar-mengajar yang berkadar tinggi
sehingga proses belajar-mengajar tersebut berhasil dengan baik.
d. Adil,
Jujur, dan Objektif
Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan
juga menilai siswa dalam proses belajar-mengajar merupakan hal yang harus
dilaksanakan oleh guru. Sifat-sifat ini harus ditunjang oleh penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial budaya yang diperolehnya
dari kehidupan masyarakat dan bernegara serta pengalamn belajar yang
diperolehnya.
Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya,
sedangkan jujur adalah tulus ikhlas dan menjalakan fungsinya sebagi guru,
sesuai dengan peraturan yang berlaku, tidak pamrih, dan sesuai pula dengan
norma-norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar menjalankan aturan dan
kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih, tidak memandang bahwa siswa
itu familinya, atau anak si A, si B,dan seterusnya. Jamal Makmur Asmani
berpendapat:
“Seseorang
guru tidak boleh pilih kasih dalam masalah apapun, sikap pilih kasih akan
membuat kebijakan guru tidak dihormati muridnya, seperti tidak mengindahkan
perintah guru, oleh sebab itu sikap pilih kasih jangan sampai ditujukan guru
kepada muridnya.[9]
Sifat-sifat tersebut di atas harus dimiliki oleh
guru guna mencapai hasil belajar-mengajar yang sesuai dengan cita-cita, harapan,
dan tujuan pendidikan sehingga mutu pendidikan yang diharapkan benar-benar
tercapai.
e. Berdisiplin
dalam Melaksanakan Tugas
Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar
disiplin dapat dibina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sehingga mutu
pendidikan dapat ditingkatkan adalah sebagai berikut.:
1)
Melaksanakan tata tertib dengan baik,
baik bagi guru maupun siswa, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan
dan ketentuan yang harus ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses
pendidikan itu, yang meliputi:
a)
Patuh terhadap aturan sekolah atau
lembaga pendidikan;
b)
Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang
berlaku di sekolah atau suatu lembaga pendidikan tertentu. Contohnya
menggunakan kurikulum yang berlaku atau membuat satuan pelajaran;
c)
Tidak membangkang pada peraturan yang
berlaku, baik bagi para pendidik maupun peserta didik, contohnya membuat satpel
bagi guru dan mengerjakan PR bagi peserta didik;
d) Tidak
suka membohong;
e)
Tingkah laku yang menyenangkan;
f)
Rajin dalam belajar-mengajar;
g)
Tidak suka malas dalam belajar-mengajar;
h)
Tidak menyuruh orang untuk bekerja demi
dirinya;
i)
Tepat waktu dalam belajar-mengajar;
j)
Tidak pernah keluar dalam
belajar-mengajar;
k)
Tidak pernah membolos dalam
belajar-mengajar.
2)
Taat terhadap kebijakan dan
kebijaksanaan yang berlaku :
a)
Menerima, menganalisis, dan mengkaji berbagai
pembaruan pendidikan;
b)
Berusaha meyesuaikan diri dengan situasi
dan kondisi pendidikan yang ada;
c)
Tidak membuat keributan di dalam kelas;
d)
Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu
yang telah ditetapakan
e)
Membantu kelancaran proses
belajar-mengajar.
3)
Menguasai diri dan intropeksi. Dengan
melaksanakan indikator-indikator yang dikemukakan di atas sudah barang tentu
disiplin dalam proses pendidikan dapat terlaksana dan mutu pendidikan dapat
ditingkatkan.
f. Ulet
dan Tekun Bekerja
Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah
dan tanpa pamrih merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Siswa akan
memperoleh imbalan dari guru yang menampilkan pribadi utuh yang bekerja tanpa
mengenal lelah dan tanpa pamrih. Guru tidak akan berputus asa apabila
menghadapi kegagalan, dan akan terus berusaha mengatasinya.
Guru harus ulet dan tekun dalam bekerja sehingga
program pendidikan yang telah digariskan dalam kurikulum yang telah ditetapkan
berjalan sebagaimana mestinya. Keuletan dan ketekunan bekerja merupakan faktor
pendorong keberhasilan. Demikian juga dalam proses belajar-mengajar, ketekunan
dan keuletan yang dimiliki guru merupakan salah satu pendorong keberhasilan
proses belajar-mengajar.
g. Berusaha
Memperoleh Hasil Kerja yang Sebaik-baiknya
Dalam mencapai hasil kerja, guru diharapkan akan
selalu meningkatkan diri, mencari cara-cara baru, agar mutu pendidikan selalu
meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya selalu bertambah dengan menambah
bacaan berupa majalah, harian, dan sebagainya.
Dengan adanya usaha untuk menambah pengetahuan,
pemahaman, dan ketrampilan, sudah barang tentu kemampuan guru akan bertambah
pula sehingga dalam mengelola proses belajar-mengajar tidak akan mendapat
kesulitan yang berarti. Di samping berusaha menambah pengetahuan dan pemahaman,
guru perlu menjaga pula semangat kerja yang tinggi untuk memperoleh hasil kerja
yang sebaik-baiknya. Untuk itu, ia juga akan mempertahankan dedikasi dan
loyalitas yang tinggi sehingga program pemerintah yang telah dicanangkan dapat
dilaksanakan dan memperoleh hasil yang memuaskan.
h.
Simpatik dan Menarik, Luwes, Bijaksana,
dan Sederhana dalam Bertindak
Sifat-sifat itu memerlukan pematangan pribadi,
kedewasaan sosial dan emosional, pengalaman hidup bermasyarakat, dan pengalaman
belajar yang memadai, khususnya pengalaman dalam prakter mengajar. Oleh karena
itu, guru harus menguasai benar hal yang berhubungan dengan sifat tersebut di
atas.
Guru harus simpatik karena dengan sifat ini dia akan
disenangi oleh para siswa, dan jika siswa menyenangi gurunya, sudah barang
tentu pelajarannyapun akan disenangi pula. Demikian juga di dalam melaksanakan
proses belajar-mengajar, guru harus menarik. Dengan daya tarik yang diungkapkan
oleh guru, motivasi belajar siswa akan lebih meningkat.
Keluwesan merupakan faktor pendukung untuk disenangi
para siswa dalam proses belajar-mengajar karena dengan sifat ini guru akan
mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik dengan sesama teman sejawat.
Kebijaksanaan dan kesederhanaan akan menjalin
keterkaitan batin guru dengan siswa. Dengan adanya keterkaitan tersebut, guru
akan mampu mengendalikan proses belajar-mengajar yang di selenggarakannya.
i.
Bersifat Terbuka
Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan
tempat ia bekerja, baik dengan murid, orang tua, teman sekerja, ataupundengan
masyarakat sekitar sekolah, merupakan salah satu tuntutan terhadap guru. Ia diharapkan mampu menampung
aspirasi berbagai pihak sehingga skolah menjadi agen pembangunan daerah dan
guru bersedia menjadi pendukungnya. Ia akan terus berusaha meningkatkan serta
memperbaiki suasana kehidupan sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan
berbagai pihak. Adapun sebagian dari cirri guru yang terbuka adalah guru yang
memberikan kesempatan bertanya pada peserta didk, serta menyalurkan keinginan
belajar siswanya.[10]
Dengan dimilikinya sifat terbuka oleh guru maka
demokrasi dalam proses belajar-mengajar akan terlaksana. Sebab, demokrasi dalam
belajar akan mendidik dan melatih siswa untuk bersikap terbuka pula, tidak
menutupi kesalahan, terus terang, dan mau dikritik untuk perbaikan pada masa
mendatang.
j.
Kreatif
Proses interaksional tidak terjadi dengan sendirinya.
Suatu ketika dapat terjadi ketidakberesan hubungan antara guru dan murid. Untuk
memberskannya kembali, tidak ada satu rumus yang berlaku umum. Oleh karena itu,
guru harus kreatif. Artinya, dia harus mampu melihat berbagai kemungkinan yang
menurut perkiraanya sama-sama jitu. Kreatifitas itu erat sekali hubungannya
dengan kecerdasan. Kreatifitas hanya dapat diharapkan timbul dari mereka yang
memiliki intelegensi tinggi, bukan dari mereka yang berintelegensi rendah.
Implikasinya tidak dapat lain kecuali guru itu harus cerdas.
Untuk memperoleh kreatifitas yang tinggi sudah
barang tentu guru harus banyak bertanya, banyak belajar, dan berdedikasi
tinggi.
k.
Berwibawa
Yang dimaksud kewibawaan disini adalah pengakuan dan
penerimaan secara sukarela terhadap pengaruh atau ajnjuran yang dating dari
orang lain.[11]
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab, dengan
kewibawaan, proses belajar-mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin,
dan tertib. Dengan demikian kewibawaan bukan berarti siswa harus takut kepada
guru,melainkan siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai
dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
l.
Memberikan bimbingan dan penyuluhan
Dalam mencapai tujuan pembelajaran diperlukan
dukungan dari berbagai komponen pembelajaran,salah satunya adalah siswa sebagai
obyek pembelajaran. Kenyataan dilapangan banyak dijumpai kendala-kendala yang dihadapi
guru untuk mengantarkan murid-muridnya menguasai pelajaran, atau yang sering
disebut sebagai kesulitan belajar. Hal ini sangatlah wajar terjadi karena
memang siswa atau peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu
sama lain. Mulai dari latar belakang keluarga, ekonomi, orang tua ,kecerdasan
siswa , lingkungan dan sebagainya Maka dari sinilah diperlukan peran seorang
guru untuk memberikan bimbingan terhadap muridnya.
Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya “Proses
Bimbingan dan konseling di sekolah” berpendapat bahwa :
“Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok
orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau
sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri”.[12]
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya dituntut
untuk memiliki kemampuan untuk bisa berperan sebagai fasilitor dalam membangkitkan
semangat belajar, mengidentifikasi kesulitan belajar, serta memberikan bantuan
menyelesaikan masalah belajar yang di hadapi peserta didik.[13]
Pemberian bantuan yang dimaksud dapat dilakukan
dengan melalui berbagai cara serta dengan menggunakan berbagai saluran dan
bahan yang ada.Salah satu bahan yang dapat dipakai misalnya, mereka diberikan
kesempatan untuk membaca dan menelaah sebuah buku tentang sopan santun, tata
tertip, disiplin, cara belajar yang efektif dan sebagainya.
Cara-cara atau saluran lain yang bisa dilalui dalam
memberikan bimbingan atau bantuan ialah dengan memberikan nasehat, mengemukakan
gagasan, ide-ide atau buah pikiran, menyediakan alat dan mengembangkan suasana
asuhan. Pemberian nasehat dalam suasana bimbingan yang sifatnya langsung
memberikan arah atau jawaban terhadap pemecahan masalah yang dihadapi dan
menunjukkan apa-apa yang hendaknya dilakukan oleh siswa yang dibimbing. Pengemukaan
gagasan, ide-ide atau buah pikiran sifatnya berbeda dengan nasehat. Pengemukaan
gagasan, tetap memberikan kesempatan kepada siswa yang dibimbing untuk menelaah
dan mempertimbangkannya bahwa lebih jauh dari itu, jika siswa yang dibimbing dapat
menerima gagasan tersebut dia diminta mempertimbangkannya lebih lanjut
penyediaan alat, misalnya alat bantu belajar, alat alat olah raga atau kesenian
dan alat alat yang lain dapat membantu meningkatkan kegiatan siswa yang
dibimbing sesuai dengan kebutuhan perkembangannya. [14]
[1] F. Patty, Pengantar Psikologi
Umum (Surabaya : Usaha Nasional, 1996), 149.
[2]
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), 226
[3] Wayan Nur Kencana, Evaluasi
Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1966), 297.
[4] Ramayulis, Ilmu Pendidikan
Islam (Jakarta: Kalam Mulia 1988 ),
189.
[5] Usman, Menjadi Guru
Professional, 16.
[6] Wijaya Dan Rusyan, Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar, 14.
[7] Wijaya dan Rusyan, Kemampuan
Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, 14.
[8] Oemar Hamalik, Psikologi
Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), 39
[9]
Jamal Makmur Asmani, Tips
Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif Dan Inovativ (Yogyakarta: Diva press,
2010), 105.
[10] Ahmad Rohani, Pengelolaan
Pengajaran (Jakarta: Rineta cipta, 2004), 12.
[11]
Amir Daien Indra Kusuma, Pengantar
Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usana Offset Printing, t.t), 128.
[12] Dewa Ketut Sukardi Dan Desak PE Nila
Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah ( Jakarta : Rineka
Cipta, 2008), 2-4
[13] Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur
Sudianto, Manajemen Bimbingan Dan Konseling Di SMP (Jakarta ; PT
Grasindo, 2005), 7.
[14] Sukardi Dan Kusmawati, Proses
Bimbingan dan Konseling,4
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*