Foto Mulaimul Huda. Sumber foto: Facebook
Oleh: Mualimul Huda
(Mahasiswa Program Pascasarjana S2 STAIN Kediri dan Guru MTs. AL Muttaqin Kec. Plemahan Kab. Kediri)
Motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkahlaku secara relativ
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena
faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan doronga kebutuhan
belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan factor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan. Lingkungan belajar yang konduksif dan kegiatan belajar yang
menarik, kegiatan belajar yang menarik harus diciptakan oleh seorang guru,
melalui berbagai cara, misalnya dengan metode belajar yang disukai siswa,
dengan kedekatan guru dalam pembelajaran dan lain-lain.
Motivasi belajar yang ada pada diri siswa memiliki
ciri-ciri/indikator
sebagai berikut:
1.
Tekun Menghadapi Tugas
2.
Ulet Menghadapi Kesulitan
3.
Tidak Memerlukan Dorongan Dari Luar
Untuk Berprestasi
4.
Ingin Mendalami Bahan atau Bidang
Pengetahuan Yang Diberikan
5.
Selalu Berusahan Berprestasi Sebaik
Mungkin
6.
Menunjukkan Minat Terhadap Macam-macam
Masalah
7.
Senang dan Rajin Belajar, Penuh
Semangat, Cepat Bosan dengan Tugas-Tugas Rutin, dapat Mempertahankan
Pendapatnya
8.
Mengejar Tujuan-tujuan Jangka Panjang[1]
Sementara Abin Syamsuddin mengatakan bahwa, meskipun motivasi sebagai kekuatan dalam diri seseorang namun keberadaannya merupakan suatu substansi yang tidak dapat diamati. Sehingga yang dapat diteliti ialah mengidentifikasi indikator-indikatornya dalam term-term tertentu, antara lain:
1)
Durasinya
kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan).
2)
Frekuensinya
kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu).
3)
Persistentsinya
(ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4)
Ketabahan,
keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk
mencapai tujuan.
5)
Devosi
(pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran bahkan jiwanya atau
nyawanya) untuk mencapai tujuan.
6)
Tingkatan
aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya).
7)
Tingkatan
kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari
kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8)
Arah
sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau
negatif).[2]
Siswa
yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku
yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa
yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat
bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Motivasi menjadi salah
satu faktor yang turut menentukan belajar yang efektif.
Dengan memperhatikan beberapa indikator di atas, maka pendekatan dan pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui motivasi antara lain:
1) Tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh informasi dan data tentang persistensi, keuletan, ketabahan dan kemampuan menghadapi masalah, durasi dan frekuensinya.
2) Kuesioner dan
inventori terhadap subjeknya untuk mendapat informasi tentang devosi dan pengorbanannya,
aspirasinya.
3) Mengarang bebas
untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya.
4) Tes prestasi dan
skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah sikapnya.[3]
A.
Tinjauan Tentang Korelasi
Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Proses belajar mengajar merupakan inti
dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Keberhasilan pembejalaran kepada peserta didik sangat ditentukan oleh
seorang guru, karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasiilitas dan
sekaligus merupakan pemimpin pembelajaran. Itulah sebaiknya guru harus
senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya sehingga dapat memotivasi siswanya
untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Untuk mencapai tujuan dari sebuah pembelajaran tidaklah cukup bagi seorang guru dengan hanya cakap dan menguasai materi pelajaran saja, lebih jauh dari itu faktor yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pembelajaran bagi seorang guru ialah menumbuhkan motivasi belajar kepada para muridnya, dimana motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajara dan memberikan arah pada kegiatan belajar untuk mencapai yang diinginkan.[4]
Tanpa disadari atau tidak, disamping perangkat dan segala hal yang berhubungan dengan pelajaran dan bermuara pada keberhasilan tujuan pendidikan itu, ternyata kepribadian guru juga merupakan hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengajaran, bahkan kepribadian ini dianggap sangat vital, karena anak didik akan mencontoh dan menyerap dari segala tingkahlaku dan penampilan guru pada saat mengajar.[5]
Di sisi lain kebanyakan dari para guru hanya memenuhi kewajibannya yang ia pahami hanya mengajarkan dan menyampaikan materi yang menjadi bebanya, namun mereka melalaikan bahwasanya mereka juga bertanggung jawab mengantarkannya peserta didik agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Siswa tidak cukup hanya diberikan pelajaran-pelajaran tentang materi, tetapi lebih jauh dari itu para siswa juga memerlukan adanya bimbingan, arahan dan dorongan atau motivasi dari seorang guru, jika hal itu tidak dilakukan, maka siswa akan cepat merasa jenuh dan bosan mengikuti pelajaran. Apabila siswa telah jenuh maka siswa akan malas untuk memperhatikan pelajaran serta mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain, misalnya bermain bersama teman-temannya yang lain.
Dari sini maka penting bagi seorang guru untuk memiliki kompetensi sebagai pribadi yang baik dalam proses belajar-mengajar, kompetensi kepribadian yang dimaksud disini meliputi kemampuan seorang guru untuk menjadi guru yang baik, memiliki sifat-sifat terpuji berlaku aktif, simpatik, luwes, disiplin dalam menjalankan tugas serta memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran, mengingat posisi guru adalah sebagai key person dalam kelas, gurulah yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar siswanya. Gurulah yang paling banyak berhubungan dengan para siswa dibandingkan dengan personal sekolah lainya. Didepan para siswa sosok seorang guru adalah seseorang yang memiliki otoritas bukan saja dalam bidang akademik tetapi juga dalam bidang non akademis. Dalam masyarakat kita guru dipandang sebagai seorang yang harus “digugu dan di tiru” (dituruti dan ditiru). Pengaruh guru terhadap siswanya sangat besar. Faktor-faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati misalnya, memegang peran penting dalam interaksi social, maka dari itu faktor kepribadian seorang guru menjadi sangat penting, bukan saja hanya untuk menjadi sosok yang dapat dijadikan teladan, tetapi juga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Oemar Hamalik, dalam bukunya psikologi belajar-mengajar mengatakan bahwa:
“Kepribadian
guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, yang dimaksud dengan kepribadian disini
meliputi pengetahuan, keterampilan, ideal dan sikap dan juga presepsi yang
dimilikinya tentang orang lain. Sejumlah percobaan dan hasil-hasil observasi
menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali yang dipelajari oleh siswa dan
gurunya. Para siswa menyerap sikap-sikap gurunya, merefleksikan
perasaan-perasaanya, menyerap keyakinan-keyakinannya, meniru tingkahlakunya dan
mengutip pernyataan-pernyataannya. Pengalaman menujukkan bahwa masalah seperti
motivasi, disilin, tingkah laku sosial, prestasi dan hasrat belajar yang
terus-menerus itu semuanya bersumber dari kepribadian guru”.[6]
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami
bahwa kepribadian seorang guru memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku
belajar siswa termasuk motivasi belajar siswa. Selain itu, faktor kepribadian
guru jelas berpengaruh pada berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif. Ngalim Purwanto mengatakan:
“Terutama
dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor
yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara itu mengajarkan pengetahuan
itu keapada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang
dapat di capai anak”[7]
Memang tidak dipungkiri bahwa siswa cenderung segan dan jika diajar oleh guru yang memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang mencerminkan pribadi guru yang baik. Lebih lanjut Oemar Hamalik menjelaskan bahwa karakteristik atau sifat-sifat guru yang disenangi oleh siswanya adalah guru yang : 1) Demokratis, 2) Suka bekerjasama, 3) Baik hati, 4) Sabar, 5) Adil, 6) Konsisten, 7) Bersifat terbuka, 8) Suka menolong, dan 9) Ramah tamah.
Selain itu cirri kepribadian guru adalah bersikap terbuka, siswa akan merasa termotivasi untuk belajar apabila ia merasa dilibatkan dalam proses belajar-mengajar, tidak hanya terpaku oleh perkataan seorang guru, misalnya siswa diberikan kesempatan untuk menyalurkan keinginan belajarnya, memberikan kesempatan untuk bertanya, serta memilih metode yang di inginkan oleh peserta didik, sebagaimana pendapat Ahmad Rohani :
“Beberapa cara untuk menumbuhkan Motivasi adalah melalui cara mengajar yang bervariasi baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, member kesempatan peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya.”
Guru yang memiliki pribadi yang adil juga disenangi oleh para siswanya, karena siswa merasakan diperlakukan secara sama dan adil, mereka memiliki kesempatan yag sama dalam proses belajar-mengajar. Seorang guru tidak boleh pilih kasih dalam masalh apapun. Sikap pilih kasih akan membuat kebijakan guru tidak tidak dihormati murid-muridnya, mereka akan bertindak lebih jauh seperti tidak mengendahkan perintah guru, oleh sebab itu sikap pilih jangan samapai ditunjukkan oleh seorang guru keapad murid-muridnya, pilih kasih adalah tindakan yang tidak adil dan mencerminkan sikap arogan dari guru yang bersangkutan.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa
kompetensi kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap perilaku belajar dan
motivasi belajar siswa. Jika guru aktif, kreatif serta memiliki kepribadaian
yang baik maka siswa akan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh,
karena menyangkut aspek piskis dari siswa, akan tetapi sebaliknya jika guru
menampilkan kepribadian yang kurang baik, maka siswa akan cenderung malas dan
bosan mengikuti pelajaran yang disampaikan.
[1] Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat,
Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep pembelajaran Berbasis
Kecerdasan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 21-22.
[2] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi
Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), 30.
[3] Ibid.
[4] Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan
(Surabaya: Karya Abditama, 1994), 102.
[5]
http//:khozeninussama.blogspot.com/2010/12/pentingnya
kepribadian guru.html diakses tanggal 2 April 2011.
[6] Oemar Hamalik, Psikologi
Belajar dan Mengajar, 34-35.
maaf mau tanya. indikator motivasi belajar yang ada 8 point itu sumbernya dari mana? terima kasih
BalasHapustrimakasih... artikel nya sudah membantu
BalasHapusindikator motivasi belajar sumbernya darimana ya bang?
BalasHapustrims :)
BalasHapus