Pemangku Ilmu pengetahuan dan Objek Ilmu Pengetahuan pada Abad I Hijirah Hingga Abad 7 Hijriah
Disadur
(diambil sebagaian) dari BAB V dan VI dalam bukunya: Ahmad
Sjalabi, SEDJARAH PENDIDIKAN ISLAM, penerjemah Muchtar Jahja dan Sanusi Latif
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973).
Oleh: Fuad Imron
PARA PEMANGKU ILMU PENGETAHUAN DAN
FALSAFAH TATA TERTIB PADA LEMBAGA-LEMBAGA ILMIAH
1. Para
Pendiri Lembaga-lembaga Ilmiah
Para
tokoh yang mempunyai peranan besar dalam sejarah gerakan Ilmiah yang
diselenggarakan oleh kaum Muslimin pada abad pertengahan antara lain adalah
Abdullah Al-Ma’mun, Nizhamul Muluk, Nuruddin Zanky, dan Shalahuddin AL-Ayyuby.
Berikut ini akan kami sampaikan
garis-garis besar dari kegiatan –kegiatan ilmiah yang telah mereka lakukan.
a.
Al-Makmun. Masa pemerintahan al-Ma’mun merupakan
masa yang paling gemilang dibanding para khalifah yang lain dalam kaitannya
dengan pengembangan pendidikan. Al-Makmun mendirikan Baitul Hikmah yang
merupakan suatu lembaga kebudayaan yang
pertama kali muncul di kalangan umat Islam. Dia menaruh perhatian yang besar
terhadap lembaga tersebut dan mengeluarkan harta benda yang cukup besar untuk
membiayainya.
b.
Nuruddin Zanky. Nuruddin adalah penguasa
di Syiria yang memerintahsetelah hancunya kerajaan bani Seljuk.Selain dikenal
sebagai panglima perang melawan tentara salib, Nuruddin juga berperan dalam
berbagai pembaharuan dan perbaikan sosial. Hasil kerjanya dalam bidang ini yang
paling menonjol adalah usahanya dalam memelihara ilmu pengetahuan. Dia
melanjutkan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Nizhamul Muluk dengan
membangun beberapa Madrasah di Syiria
dan menampung para guru yang berasal dari Irak dan Khurasan setelah terjadinya
perpecahan dan keguncangan pada kedua
tempat tersebut.
c.
Salahuddin AL-Ayyuby. Salahuddin
melanjutkan usaha-usaha yang telah dilakukan Nuruddin dengan membangun beberapa
Madrasah di Mesir. Dia mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk operasional
lembaga-lembaga pendidikan yang didirikannya. Kedermawanan Salahuddin merupakan
faktor pendorong yang menarik para ulama dan pelajar baik dari Irak maupun
Afrika Utara untuk mendatanginya.
d.
Nizhamul Muluk. Menurut pendapat
Sjalabi, Nizhamul Muluk adalah orang yang pertama kali mendirikan Madrasah. Dia
mendirikan beberapa Madrasah Nidzamiyah di beberapa tempat. Nidzamul Muluk
lahir pada hari Jumat tanggal 21 Dzulhijjah tahun 408 H. di Nuqan, salah satu
dari dua buah ibukota provinsi Thus. Pada masa remaja, Nizhamul Muluk bekerja
sebagai sekretaris pada ‘Ali ibnu Syayanal-Mu’tamad ‘Alaih di kota Balch.
Kemudian mengabdi pada Daud ibnu Mikail
al-Saljuqi, ayah Sultan Alp Arselan. Dengan dibantu Nizhamul Muluk, Alp
Arselan memberontak pemerintahan saudaranya, yaitu Sulaiman ibnu Daud. Setelah
berhasil merebut kekuasaan maka Sultan Alp Arselan menunnjuk Nizhamul Muluk
sebagai wazirnya. Setelah Alp Arselan
meninggal, kerajaan dijadikan rebutan oleh para puteranya. Dalam situasi ini
Nizhamul Muluk berhasil mengatasi permasalahan yang terjadi dan mengukuhkan
kekuasaan Sultan Malik Syah sebagai sultan yang baru. Nizhamul Muluk berhasil
mengatasi berbagai macam persoalaan dengan kebijaksanaan dan siasatnya yang
jitu. Berkat jasa-jasanya yang besar, Nizhamul Muluk mendapatkan kepercayaan
yang besar dari sultan untuk mengurusi semua persoalaan keagamaan . Selain mempunyai keahlian dalam bidang politik
juga mampunyai latar belakang pendidikan yang cukup luas, Nizhamul Muluk
menaruh perhatian yang besar terhadap para ulama’. Hal itu dibuktikan dengan
pembatalannya atas pengutukan terhadap
golongan Asy’ariyah. Kebijakannya tersebut mendorong para ulama yang ada di luar daerah untuk
kembali ke negerinya. Misalnya Imam
al-Haramain dan Abu al-Qasim al-Qusyairi. Nizhamul Muluk mendirikan beberapa
Madrasah, asrama, dan masjiddi seluruh negeri
untuk mengisi lembaga-lembaga yang didirikannya. Madrasah-madrasah yang
didirikan oleh Nizhamul Muluk diberi nama Nidzamiyah sebagai penghormatan atas
peranan besar Nizhamul Muluk mendirikan madrasah-madrasah tersebut.
2.
Waqaf-Waqaf untuk Pendidikan dan
Pengajaran
Pada awalnya,
kegiatan pendidikan dan pengajaran tidak dilaksanakan di tempat-tempat khusus.
Namun setelah adanya kebutuhan untuk mendirikan tempat-tempat khusus untuk
pendidikan dan pengembangan kebudayaan, muncullah ide untuk perlunya membentuk
badan-badan waqaf untuk lembaga-lembaga pendidikan itu yang akan mendatangkan
penghasilan yang cukup untuk membiayai pendidikan. Pendapat itu pertama kali
disampaikan oleh Khalifah al-Makmun. Ide yang dilaksanakan al-Makmun tersebut
diikuti oleh para khalifah sesudahnya. Pada perkembangannya, waqaf tersebut juga
diperuntukkan bagi orang-orang yang menyediakan dirinya untuk kegiatan-kegiatan
ilmiah di masjid-masjid. Bahkan juga diberikan untuk kelompok-kelompok kajian
ilmiah yang terdapat di setiap sudut masjid.
Berikut ini beberapa contohnya:
a. Waqaf
Nizhamul Muluk.
Berikut
ini akan kami Harta hasil dari waqaf dipergunakan un gtuk memberi bantuan ke Madrasah-Madrasah
Nizhamiyyah. Dalam setahun dana yang dikeluarkan mencapai 600.000 dinar. Khusus
untuk daerah baghdad waqaf yang dikeluarkan mencapai 15.000 dinar setiap tahun,
sedangkan untuk daerah Ashfahan mencapai 10.000 dinar setiap tahun.
b. Waqaf
Nuruddin.
Nuruddin
memberikan waqaf untk penyelenggaraan pendidikan di Madrasah An-Nuriyyah
al-Kubra, yaitu untuk para guru dan pelajar. Nuruddin juga banyak mengeluarkan
waqaf untuk Madrasah-Madrasah Syafiiyyah, Hanafiyyah, Malikiyyah, dan
Hambaliyyah.
c. Waqaf
untuk pendidikan di Mesir.
Jauh sebelum
Nizhamul Muluk dan Nuruddin, Al-Aziz Billah di Mesir telah menggunakan waqaf
untuk pendidikan di Al-Azhar. Ketika bani Ayyub nenguasai Mesir, maka apa yang
dilakukan Nidzamul Muluk dan Nuruddin dikembangkan di Mesir.
3.
Kelompok Pendidikan dan Pengajaran.
Kelompok-kelompok
pendidikan dan pengajaran muncul dan berkembang sejalan dengan muncul dan
berkembangnya Islam itu sendiri. Masing-masing lembaga pendidikan mayoritas
masih mempertahankan metode dan ciri khas masa lalu yang dijunjung tinggi.
Dalam proses pembelajaran biasanya Syaikh duduk di atas sehelai kasur kecil
yang disebut syultah sambil bersandar di tiang masjid atau duduk di atas
kursi. Sedangkan para pelajar duduk melingkar mengelilingi Syaikh tersebut.
Guru memulai pelajaran dengan salam dan membaca shalawat. Terkadang juga
membaca ayat atau hadits yang berisi dorongan kepada para pelajar dalam
menuntut ilmu. Apabila pelajaran telah selesai, seringkali guru mencantumkan
tanda tangannya pada catatan murid-murid dengan menyebutkan bahwa murid-murid
tersebut telah membacakan catatan-catatan itu kepadanya dan telah ditelitinya.
Dari dasil dikte-dikte guru kepada murid terwujudlah manuskrip-manuskrip yang
kemudian dicetak.
Jika pelajaran
diberikan dari buku-buku yang dapat diperoleh, maka biasanya para pelajar
mendapatkan satu naskah dari buku tersebut. Masing-masing siswa berhak mengajukan
pertanyaan tentang masalah apapun, dan untuk memeinta keterangan kepada guru
tentang apa-apa yang dirasanya sukar untuk difahami. Dalam
mengajukanpertanyaan, siswa harus menggunakan cara-cara tertentu dan bertujuan benar-benar karena ingin mendalami ilmu.
Terkadang guru yang mengajukan pertanyaan kepada siswa.Dalam hal ini tujuannya
adalah unuk menguji pengertian mereka, dan ia sendiri memberikan jawabannya
mengenai hal-hal yang sulit bagi siswa untuk menjawabnya.
4.
Periode-periode Pendidikan dan Pengajaran.
Pada masa
sekarang ini, periode atau tingkatan pendidikan yang dijalankan di kebanyakan
negara maju terbagi dalam empat tingkatan, yaitu tingkat dasar, tingkat
menengah, tingkat universitas, dan tingkat tinggi dalam bidang research dan
study. Yang menakjubkan adalah, tingkatan-tingkatan pendidikan tersebut di kalangan kaum muslimin masa lalu
sudah dipakai dan mempunyai perbedaan-perbedaan yang nyata. Pentahapan
pembelajaran juga sudah teratur, mulai dari pelajaran yang ringan pada tingkat
dasar, dan semakin tinggi tingkatannya maka pelajarannya semakin sulit. Pelajar
di tingkat dasar hanya boleh mendengar dan mempelajari ilmu yang pokok-pokok
saja, penjelasan yang diberikan juga secara global dan garis besar saja
sehingga mudah difahami. Mereka dilarang mendengarkan atau mempelajari ilmu
pada tingkatan di atasnya. Adapun pembelajaran yang dilaksanakan
dimasjid-masjid terdapat tingkat yang berbeda jenjangnya. Masing-masing
berkelompok sesuai dengan tingkatannnya. Setelah berdiri Madrasah-Madrasah di
negeri Islam, tampaklah bahwa taraf suatu Madrasah tergantung pada mutu guru
yang memberi prlajaran didalamnya.Madrasah yang hanya diajar oleh para asisten
syaikh yang terkemuka kualitasnya berada di bawah Madrasah yang diajar langsung
oleh para syaikh tersebut.
5.
Asrama di Madrasah-Madrasah.
Umat Islam telah
mengenal sistem asrama dalam masa-masa belajar. Salah satunya di al-Azhar.
Semenjak didirikan, al-Azhar telah menerima rombongan pelajar dari berbagai
penjuru Mesir dan berbagai negeri
lainnya. Untuk masing-masing rombingan dibuatkan suatu asrama atau yang biasa
disebut ruwak. Selain itu juga ada asrama yang khusus untuk tempat tinggal para
guru. Asrama yang awalnya didirikan di al-Azhar kemudian menyebar ke
tempat-tempat lain. Asrama yang didirikan di Madrasah al-Mustanshiriyyah sangat
megah dan mewah.Para guru dan pelajarar mendapatkan fasilitas yang bagus yang
berasal dari kedermawanan khalifah. Di
Syiria, asrama merupakan sarana yang sangat pentinga pada setiap Madrasah.Salah
satu Madrasah yang representatif untuk dijadikan contoh adalah Madrasah
al-Nuriyyah al-Kubra. Bagi para pelajar yang bermukim di asrama, ada peraturan
dan tata tertib yang harus mereka taati.
BAB
ENAM
OBJEK-OBJEK
STUDI
1.
Di Antara Pengajaran dan Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan
yang berkembang di negeri-negeri Islam dan banyak mendapatkan perhatian dan
dorongan yang besar dari para pemimpin umat Islam antara lain adalah ilmu
syariah, filsafat, kedokteran, dan matematika. Pembelajaran di Mesir pada masa
Fatimiyyah memiliki corak tersendiri dan condong untuk mengajarkan madzhab
Syiah Ismailiyyah yang dianut oleh para Khalifahnya. Penyiaran madzhab tersebut
serta propagandanya menempuh cara-cara baru yang belum pernah enyiaran madzhab
tersebut serta propagandanya menempuh cara-cara baru yang belum pernah dikenal
sebelumnya di wilayah tersebut. Masalah-masalah yang menjadi obyek studi dan
sistem yang digunakan juga berbeda dengan yang lain.
2.
Madzhab Ismaily di Mesir
Pada waktu
fatimiyyah menguasai Mesir, mereka menyadari bahwa masyarakatnya telah memiliki
peradaban yang tinggi dibanding wilayah afrika yang lain. Bahkan bangsa Mesir
mengancam akan memberontak jika permintaan tersebut tidak dituruti. Akhirnya
Jauhar pun menyetujuinya. Dengan demikian, maka kaum Fatimiyyin menyadari bahwa
menyiarkan madzhab mereka di Mesir bukanlah pekerjaa yang mudah. Sejak itu
mulaiah mereka menyusun program dan strategi untuk mengatasi sikap permusuhan
bangsa Mesir terhadap madzhab mereka. Program kaum Fatimiyyin meliputi dua
tahap. Pertama, Pelaksanaan pengajaran serta penyusunan undang-undang dan
peraturan. Kedua, dakwah secara rahasia. Dalam menjalankan programnya kaum
Fatimiyyin mengangkat para proagandis agung.
Salah satu cara
yang dilakukan oleh para propagandis adalah mengajarkan ilmu dan hukum sekitar
madzhab Syiah secara terbuka. Krtika mereka menemukan orang-orang yang menerima
dakwah mereka dan ingin menambah pengetahuan, maka orang-orang tersebut
dipindahkan ke majlis khusus. Pada tahap pengajaran dan pendidikanakan difokuskan
pada tiga permasalahan, yaitu:
a. Aqidah-aqidah
Ismailiyyah
1)
Tentang al-Washy dan Imam-Imam.
Kaum
syiah menganut kepercayaan bahwa setisp nsbi mempunyaiseorang washy, yaitu
seseorang yang dipercaya sebagai wakilnya setelah nebi wafat. Mereka juga
percaya bahwa Alloh sendiri lah yang memilih washy tersebut untuk nabinya.
Tugas washy menurut menurut kaum Syiah adalah untuk membantu nabi dalam
mengurusi masalah-masalah batin, sedangkan nabi mengurusi masalah dhohir.Oleh
sebab itu Alloh telah menunjuk Ali untuk menjadi Washy nabi Muhamad. Setelah
Ali wafat maka perannya digantikan oleh putranya, Hasan. Kemudian dilanjutkan
oleh para Imam.
2)
Tentang ‘Ismah
Kaum
Syiah mempercayai bahwa Rasul dan para Imam mereka adalah orang yang ‘ismah
(tidak mungkin berbuat dosa). Alasan harus adanya ‘ismah bagi Nabi dan para
Imam adalah tidak mungkin mereka melakukan dosa dan kesalahan baik kecil maupun
besar karena peran mereka adalah sebagai penyampai wahyu Alloh.
3)
TentangSifat-sifat para Imam.
Sifat-sifat
yang dimiliki para Imam adalah sama dengan sifat yang dimiliki para nabi.
Dengan sifat-sifat tersebut maka derajat para Imam setingkat dengan derajat
para Nabi. Imam adalah wajah Allloh, tangan Allod, dan cahaya Alloh. Apabila
Imam ingin mengetahui sesuatu maka Alloh memberitahukannya.
4)
Yang Dzahir dan yang Bathin.
Masalah
ini adalah letak perbedaan yang paling mencolok antara syiah Ismailiyyah dengan
aliran syiah yang lain. Pendapat tentangyang dzahir dan yang bathin merupakan
prinsip yang sangat penting bagi kaum Ismailiyyah. Menurut merek Islam adalah
dzahir dan Iman adalah bathin. Yang dzahir hanya dapat tegak jiaka ada yang
batin, begitu juga sebaliknya.
5)
Imam-imam dan Pembinaan Hukum.
Kaum
Syiah berkeyakinan jika tidak ada ketetapan hukum dalam al-Qur’an atau hadits
ketika terjadi permasalahan, maka mereka yang diriwayatkan oleh para ulama’
mereka sendiri.
b. Usaha-usaha
kaum Fatimiyyah untuk menyiarkan Madzhab.
1) Melalui
kelompok-kelompok Pendidikan.
Dalam
hal ini kaum fatimiyyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang berorientasi
untuk menyebarkan madzhab mereka. Salah satu usaha mereka adalah mendirika
lembaga pendidikan al-Azhar.
2) Syair-syair
untuk kepentingan Madzhab Ismaily.
Pada
masa itu syair adalah salah satu sarana penting untuk propaganda. Para penyair
mempunyai kekuatan untuk memimpin dan mengarahkan fikiran masyarakat. Maka
syair-syair mereka bernuansa politik.
3) Perayaan-perayaan
hari keagamaan
Hari-hari yang dirayakan antara lain
Hari Raya Telaga, Hari Raya Asyura, Hari Raya Maulid,
4) Menyerahkan
jabatan-jabatan negara kepada orang-orang Ismailiyyah
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul " Pemangku Ilmu pengetahuan dan Objek Ilmu Pengetahuan pada Abad I Hijirah Hingga Abad 7 Hijriah "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*