Memori Gerakan Pramuka Sebelum Tahun 1972
( Dari Anggaran Dasar, Pembentukan SAKA TARUNA BUMI, sampai Metode Pendidikan Kepramukaan)
Oleh: Let. Jen. TNI-AD H. Soedirman
(diambil dari buku
Himpunan Ceramah pada pekan Orientasi Alim Ulama se Jawa & Madura 11 s.d 18
Pebruari 1972. Pandaan Jawa Timur.)
A. Dasar dan
Tujuan Gerakan Pramuka
Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka ditetapkan bahwa dasar Gerakan
Pramuka adalah Pancasila. Dan di dalam Anggaran Dasar itu ditetapkan pula bahwa
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda-pemuda Indonesia dengan
prinsip-prinsip dasar metode pendidikan kepanduan yang pelaksanaannya
diserasikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa serta
masyarakat Indonesia. Agar supaya bisa menjadi manusia Indonesia yang baik,
warga negara indonesia yang baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang baik.
Ketentuan dalam AD (Anggaran Dasar) Gerakan Pramuka yang berisi tentang “Pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan
dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia” itu kemudian membawa banyak
perubahan-perubahan.
Prinsip-prinsip dasar metode pendidikan kepanduan sebagaimana
dirumuskan oleh Baden Powell tetap menjadi patokan dan menjadi pegangan. Akan
tetapi cara pelaksanaannya dan tujuan pelaksanannya itu dirubah, yaitu
diserasikan dengan keadaan dan kebutuhan nasional di Indonesia. Bahkan juga
diserasikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah-daerah lokal di masing-masing
desa di Indonesia.
B. Kemajuan Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ternyata jauh lebih kuat organisasinya, dan memperoleh
tanggapan dari masyarakat luas. Sehingga dalam waktu singkat telah berkembang
dari kota-kota sampai di pedesaan-pedesaan. Dan jumlah anggotanya meningkat
pesat, dari kira-kira 0,5 Juta Pramuka pada waktu pembentukannya pada tahun
1961 sudah ada perkiraan mencapi lebih dari 10 Juta darih tahun 1966. Salah
satu faktor terjadinya kemajuaan yang pesat disebabkan adanya sistem Majelis
Pembimbing yang dijalankan oleh Gerakan Pramuka pada tiap tingkat, dari tingkat
Nasional hingga pada tingkat Gugus Depan.
Diperkirakan bahwa 80% penduduk Indonesia tinggal di desa dan
diperkirakan 75% adalah keluarga petani maka Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
pada tahun pertama (tahun 1961) sudah menganjurkan supaya para Pramuka
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di bidang pembangunan pertanian dan di
bidang pembangunan masyarakat desa. Program ini telah berjalan terutama di Jawa
Tengah dan di Yogyakarta, kemudian juga di Jawat Timur dan Jawa Barat sehingga
menarik perhatian para pemimpin masyarakat Indonesia. Maka pada tahun 1966
Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mengeluarkan suatu
intruksi bersama yaitu tentang pembentukan Satuan-satuan Karya Pramuka Taruna
Bumi (SAKA TARUNA BUMI).
Satuan-satuan Karya (SAKA) Pramuka Taruna Bumi adalah regu-regu yang
dibentuk dan diselenggarakan untuk memungkinkan kegiatan-kegiatan nyata di
bidang pendidikan cinta pembangunan pertanian dan pembangunan masyarakat desa.
Di samping ada satuan satuan karya pramuka lain seperti SAKA DIRGANTARA, SAKA
BAHARI, dan SAKA BHAYANGKARA.
Program dan kegiatan SAKA Tarunabumi ternyata membawa pembaharuan,
bahkan membawa semangat untuk mengusahakan penemuan-penemuan baru oleh
pemuda-pemuda desa yang selanjutnya akan mempengaruhi seluruh masyarakat desa.
Perluasan gerakan pramuka sampai ke desa-desa, adanya
perkemahan-perkemahan Wirakarya, dan kegiatan-kegiatan lain di bidang
pembangunan pertanian dan pembanguan masyarakat desa. Serta adanya
satuan-satuan karya pramuka Taruna bumi telah mengalami kemajuan pesat sehingga
mendapat perhatian dari organisasi-organisasi Internasional seperti FAO,
UNICEF, UNESCO, ILO, Boy Scouts
Conference (Konferensi Gerekan Kepanduan Seduni) dan lain-lain.
C. Metode Pendidikan Kepramukaan.
Gerakan pramuka sebagai pusat pendidikan bagi pemuda, yaitu pendidikan
yang menyokong pendidikan Sekolah dan pendidikan di keluarga. Dalam Gerakan
Pramuka usahan pendidikan dilakukan sebanyak mungkin dengan praktik yaitu
menggunakan sistem among dan atas prinsip-prinsip dasar metode pendidikan
paramuka. Selain itu sebanyak mungkin pendidikan pemuda diselenggarakan dalam
bentuk kegiatan dan diusahakan supaya di dalam tiap kegiatan pemuda-pemuda
tersebut diselipkan pendidikan Learning
by doing.
Dengan sistem among pimpinan (sistem kepemimpinan) kegiatan-kegiatan
itu sebanyak mungkin diserahkan kepada anak-anak sendiri (pemimpin regu, wakil
pemimpin regu). Dan orang-orang dewas a (pembina pramuka) sebanyak mungkin
tinggal berdiri dibalik layar, akan tetapi siap turun di lapangan memberi
bantuan jika diperlukan.
Selain juga pemikiran, perencanaan, dan persiapan dari kegiatan-kegiatan
sebanyak mungkin diserahkan kepada pemuda-pemuda (rapat-rapat pemimpin regu).
Pembina Pramuka sebanyak mungkin membatasi diri, berfungsi hanya sebagai
penasehat. Dan sengaja diusahakan suapaya acara kegiatan diatur demikian rupa
sehingga pemuda-pemuda dapat memecahkan sendiri masalah-masalah yang dipasang
dalam acara kegiatan itu (problem solving
method).
Kepada para pramuka usia 16 tahun ke atas (Pramuka-pramuka Penegak dan
Pramuka-pramuka Pandega) dianjurkan supaya menjadi instruktur bagi para Pramuka
yang lebih muda (Pramuka Siaga dan Pramuka Penggalang). Dengan demikian, maka
pramuka Penegak dan Pandega harus mempelajari dan melatih diri secara intesif
untuk cukup menguasi kecakapan-kecakapan tertentu sehingga mereka dapat menjadi
isntruktur dalam kecakapan-kecakapan di bidang khusus (tertentu). Inilah yang
disebut sebagai Learning by teaching.
Selain itu dalam Gerakan Pramuka juga ada sistem tanda kecakapan. Hal
ini agar bisa mendorong para pemuda untuk berusaha mempejari dan melatih diri
dalam berbagai kecakapan yang sesuai dengan kemampuannya. Sistem ini juga
mengandung dorongan bagi pemuda-pemuda untuk berinisitif agar bisa mendapatkan
tanda tersebut. (Banjir Embun)