DI SMA NEGERI 1 KEDIRI
TAHUN AJARAN 2010/2011
BAB IV
LAPORAN
HASIL PENELITIAN
Oleh
:
DWI HARIS MASTUN NISA’
(Mahasiswa S2 Program Pascasarjana STAIN Kediri)
(foto Dwi Kharis, sumber photo: facebook)
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
SMA Negeri 1 Kediri terletak di Jalan Veteran No.1 Kediri. Lokasi sekolah ini sangat
strategis dan mudah untuk dijangkau.
Untuk menuju ke lokasi rutenya adalah dari alun-alun kota Kediri lurus ke
barat melewati jembatan sampai ada
perempatan pertama. Kemudian, belok kanan hingga terdapat Bundaran Sekartaji.
Lalu, belok kiri dan lurus ke arah barat kurang lebih 300 meter. Sekolah ini
terletak di selatan ( kiri) jalan,
dengan batas-batas sebagai berikut :
a)
Sebelah barat dibatasi oleh :
SMA Katolik ST. Agustinus
b)
Sebelah timur dibatasi oleh :
Perumahan Candrakirana Kediri
c)
Sebelah selatan dibatasi oleh :
Perumahan Candrakirana Kediri
d)
Sebelah utara dibatasi oleh :Jalan
raya Bandar-Selomangkleng.[1]
SMA Negeri 1 Kediri (tahun ajaran 2010/2011) mempunyai empat macam kelas atau departemen, yaitu kelas
reguler, RSBI (Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional), RSBI smart, dan akselerasi.[2]
Adapun perbedaan dari keempat kelas tersebut adalah :
1. Kelas
reguler : program pendidikan
Sekolah Menengah Atas yang ditempuh
dalam waktu 3 tahun sesuai dengan kurikulum secara umum yang telah ditetapkan
pemerintah.
2. Kelas
RSBI : program pendidikan di SMA
Negeri 1 yang memfokuskan pembelajarannya sesuai dengan standart
internasional dan diharapkan outputnya dapat meneruskan jenjang perguruan
tinggi dalam ranah internasional. Perekrutannya diambil dengan persyaratan
nilai rapor di atas KKM (Ketuntasan Kompetensi Minimal) mulai semester 1 sampai 5.
3. Kelas
RSBI-smart: program pendidikan di SMA Negeri 1 Kediri yang merupakan perpaduan
kelas RSBI dengan fasilitas yang lebih memadai seperti LCD, AC,dan motivator
khusus, serta perekrutannya diambil dari siswa yang mempunyai rangking 1 sampai
5 dalam 5 semester awal.
4. Kelas
akselerasi: program di SMA Negeri 1 Kediri yang menampung khusus anak berbakat
dengan IQ > 130. Program ini dilengkapi dengan fasilitas sama dengan kelas
smart.[3]
Dalam
skripsi ini, kami mengambil objek penelitian implementasi kelas akselerasi
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun ajaran 2010/2011, yakni
kelas akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri yang mulai bulan Pebruari 2011
menduduki kelas XI dan berjumlah 9
anak. Mengenai kelas akselerasi tersebut,
akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Rekrutmen
siswa akselerasi
Siswa yang dapat lolos seleksi ke kelas akselerasi di
SMA Negeri 1 Kediri adalah siswa yang
memiliki kecerdasan yang tinggi. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Suyadi
bahwa “syarat siswa masuk ke kelas akselerasi itu harus mempunyai IQ di atas
130 yang diukur oleh tim psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang”.[4]
Senada
pula oleh yang diungkapkan Ibu Dwi selaku Ketua Departemen/ Kelas Akselerasi,
Anak akselerasi itu syaratnya
intelegensi lebih dari 130, penyeleksian ini dilakukan oleh lembaga psikolog
tertentu yang ditunjuk Direktorat PLB (Pendidikan Luar Biasa), seperti , Unair
(Universitas Airlangga), Ubaya(Universitas Surabaya) untuk
wilayah Jawa Timur Utara, terus untuk wilayah Jawa Timur Selatan kayak Tenggalek,
Kediri, Nganjuk, Malang itu UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) .[5]
Kemudian,
Bapak Sulistyo widodo selaku Sekretaris Departemen Akselerasi SMA Negeri 1
Kediri juga menguatkan,“pengambilan siswa akselerasi itu diseleksi
berdasarkan kecerdasan yang IQ nya di atas 130, yang dites oleh psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang ,bu…“[6]
Penyeleksian siswa akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri
dilakukan secara ketat. Bapak Suyadi
mengemukakan pernyataan terkait dengan hal ini,
SMA Negeri 1
benar-benar ketat dalam menyeleksi calon
siswa akselerasi. Pihak sekolah tidak mengejar kuota, tetapi lebih mengutamakan
kualitas, yakni berdasarkan pada IQ siswa yang besarnya lebih dari 130. Selain
itu, kemauan dari siswa untuk masuk ke
kelas tersebut juga sangat dipertimbangkan. Adakalanya seorang siswa yang
mempunyai IQ di atas 130 tidak dimasukkan ke kelas akselerasi karena tidak
adanya kemauan dari siswa yang bersangkutan. Sehingga, berapapun siswa yang
masuk ke kelas tersebut tidak menjadi masalah. Seperti yang terjadi pada tahun
ajaran 2010/2011 ini, SMA Negeri 1 Kediri hanya berhasil meloloskan 9 siswa
kelas akselerasi.”[7]
Sesuai pula dengan pernyataan di atas, Bu Dwi juga
mengemukakan bahwa,
Yang merekomendasikan siapa saja yang masuk
akselerasi itu psikolog yang ditunjuk pemerintah, dipertimbangkan dari
intelegensi di atas 130, komitmen, orisinalitas berpikir, motivasi, dan masih banyak
itu nanti. Dari pertimbangan-pertimbangan itu nanti, ada taraf yang tinggi, sedang, bahkan ada taraf yang rendah aja bisa direkrut.
Tapi, kalau di SMA 1 gak mau. Kemarin saja , rekomendasi yang lulus seleksi ada 24 anak, tapi di preteli
lagi jadi 9 anak.[8]
Demikian
pula pernyataan Bapak Sulistyo widodo yang juga merupakan pengajar Kimia di
kelas akselerasi,
Selain IQ,
motivasi siswa untuk mengikuti kelas akselerasi juga sebagai persyaratan, bu…,
dukungan orang tua untuk memasukkan anaknya di aksel juga penting. Pokoknya,
kemarin banyak ketentuan-ketentuannya dari psikolog pemerintah, saya nggak
hafal semuanya. Di kelas akselerasi di
sini, hanya diambil anak yang yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan
studinya pada jurusan IPA, meskipun ada anak yang mempunyai kecerdasan di atas
130 tapi kalau anak tersebut tidak mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke
IPA, ya tidak diambil[9].
Mendukung sekaligus informasi di atas, seorang siswa akselerasi yang
bernama Bagus menyebutkan,“dulu...,waktu saya masuk ke sini itu mbak…,
selain dites IQ nya dan lain-lain, juga suruh ngisi kemauan masuk kelas aksel,
apa yaa…keterangan kesehatan juga, pokoknya saya ngikutin aja,
lumayan lah bisa lulus 2 tahun”[10]
Hal ini sesuai dengan beberapa kriteria yang telah
ditetapkan, berdasarkan persyaratan Buku Pedoman Penyelenggaraan Program
Akselerasi, sebagai berikut:
1)
Informasi Data Obyektif, yang diperoleh dari
pihak sekolah berupa skor akademis dan skor hasil pemeriksaan psikologis.
(a) Skor akademis, yang diperoleh dari
skor: Nilai Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya, dengan rata-rata 8,0 ke
atas, tes kemampuan akademis, dengan nilai sekurang-kurangnya 8,0 dan nilai
rapor dengan rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0.
(b) Skor
psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikolog yang meliputi tes
inteligensi umum, tes kreativitas, dan inventori keterikatan pada tugas.
Peserta didik yang lulus tes psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual
umum dengan kategori jenius (IQ ≥ 140) atau mereka yang memiliki kemampuan
intelektual umum dengan kategori cerdas
(IQ ≥ 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap
tugas dalam kategori di atas rata-rata.
2)
Informasi Data Subyektif, yang diperoleh dari
orang tua dan guru sebagai hasil dari pengamatan ciri-ciri keberbakatan.
3)
Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat
keterangan sehat dari dokter.
4)
Kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua.[11]
b.
Tujuan
penyelenggaraan kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri
Bertolak pada tujuan diselenggarakannya kelas
percepatan Belajar (akselerasi) bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa, maka tujuan diselenggarakannya kelas percepatan
belajar (akselerasi) di SMA Negeri 1 Kediri adalah sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Bu Dwi selaku Ketua Depertemen Akselerasi di SMA Negeri 1
Kediri,
Tujuannya ya… pelayanan, akselerasi itu sebenarnya bukan
apa-apa mbak, hanya pelayanan khusus pada anak-anak yang memiliki intelegensi di atas 130. Bahwa warga
negara yang memiliki kecerdasan istimewa berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan keberbakatannya. Akselerasi itu, kalau di PLB (Direktorat Pendidikan Luar Biasa) itu sebenarnya SLB, poin f. Yaa..,di
sini kita mencoba memberika pelayanan bagi mereka. Jadi, bisa dikatakan inisiatif
sekolah yang modelnya itu bottom up. Inisiatif dari bawah, bukan up
down. Dulu kita merilis akselerasi itu, mengusulkan ke pemerintah.[12]
Bapak Sulistyo
widodopun mengungkapkan bahwa “ tujuan adanya kelas akselerasi ini kan buat
melayani anak-anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, bu….Untuk
menjawab kebutuhan itu, SMA 1 kemudian berinisiatif mengadakannya.”[13]
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan SMA Negeri 1 Kediri mengadakan kelas akselerasi adalah untuk melayani kebutuhan
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa, yaitu IQ diatas 130 sehingga
mereka bisa mengikuti proses pembelajaran yang nyaman sesuai dengan tantangan
yang dibutuhkan.
Guru
Adapaun daftar guru
akselerasi tahun ajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Guru Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri Tahun
Pelajaran 2010/2011[14]
NO.
|
NAMA
|
MATA
PELAJARAN
|
1
|
Dra. Hj.Dwi Ratnani
|
Bahasa Indonesia
|
2
|
Dra. Retno Suciari
|
Bhs.
Inggris
|
3
|
H. Sunyoto, S.Pd, M.Si
|
Matematika
|
4
|
Rosyidatul Junaidah, S.Pd.I
|
PAI
|
5
|
Sulistyo Widodo, S.Si
|
Kimia
|
6
|
Drs. Eko Supriyadi
|
OR/Penjas
|
7
|
Dra. Hj. Siti Marwiyah, MM
|
BP/BK
|
8
|
Eni Farida, S.Pd
|
Biologi
|
9
|
Dra. Titik Prasetyaningharti
|
Fisika
|
10
|
Dra. Rumini
|
BP/BK
|
11
|
Lilik Bopo Lelono
|
PA
Kristen
|
12
|
Harsono Reno Utomo, S.Kom
|
TI/Life
Skill
|
13
|
Suyadi, S.Pd
|
Kesenian
|
14
|
Drs. Sumitro
|
K.
Negara
|
B.
Paparan
Data
Pada bagian ini peneliti akan
memaparkan data terkait tentang implementasi kelas akselerasi (percepatan)
dalam pembelajaran pendidikan agama islam (pai) di SMA Negeri 1 Kediri tahun ajaran
2010/2011 dan disusun secara
sistematis sesuai dengan fokus penelitian sebagaimana terdapat pada Bab I .
Data yang dipaparkan tersebut
diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik observasi,
dokumentasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan seperti waka
kurikulum, ketua departemen/kelas akselerasi, sekretaris departemen/kelas akselerasi, guru PAI akselerasi
maupun beberapa siswa akselerasi.
1.
Implementasi
kelas akselerasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1
Kediri Tahun Ajaran 2010/2011
a. Kurikulum akselerasi
Sejalan
dengan potensi keberbakatan yang dimiliki siswa akselerasi ini, kurikulum yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikannya
di SMA Negeri 1 Kediri adalah merupakan kurikulum yang dikembangkan
secara berdiferensiasi. Disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan
siswa yang mempunyai kecerdasan dan bakat luar biasa. Yang disusun secara khusus dalam kalender
akademik program akselerasi. Tapi pada dasarnya secara keseluruhan, tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang ada
pada program reguler. Hanya waktunya saja yang dipersingkat dari 3 tahun
menjadi 2 tahun.
Sebagaimana dijelaskan oleh
waka kurikulum, “kelas akselerasi dengan kelas regular itu sama saja mbak,
hanya saja akselerasi kan percepatan, jadi ya...lulusnya bisa lebih cepat yakni 2
tahun. Kurikulumnya sama, cuma dipersingkat saja”. [15]
Memperjelas pernyataan di atas, Ibu Dwi menyatakan sebagai berikut:
Perbedaan pembelajaran banyak mbak, yang paling menonjol itu di waktu. Kurikulumnya
sama, sekali lagi yang membedakan
di waktu, misalnya 1 KD di reguler misal dari 6 jam jadi 2 jam,
di ungkret gitu. Yang kedua model pembelajarannya juga nggak
detail seperti reguler. Cuma konsep-konsep esensial itu aja. [16]
Ibu Rosyidah sebagai staf pengajar PAI kelas akselerasi sekaligus salah satu staf pengajar
PAI kelas reguler di SMA Negeri 1 Kediri menambahkan,
Yaa.. pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas
akselerasi sama mbak
dengan kelas reguler. Bedanya hanya dari segi waktu, dipersingkat menjadi dua tahun, dan
kualitas siswa yang berbeda. Anak akselerasi
kan IQnya lebih tinggi, lebih cepet dalam nangkep materi, aktif, dan punya semangat belajar yang tinggi serta
cenderung lebih kreatif gitu
. Selain itu nanti
juga ada pendalaman-pendalaman buat menjawab rasa ingin tau siswa,
jadi kadang dalam sebuah bab itu pembahasannya mbeber ke mana-mana.[17]
b.
Metode
pembelajaran
Metode yang digunakan oleh
Ibu Rosyidah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas
akselerasi antara lain seperti: metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi,
metode tanya-jawab, presentasi, metode bercerita, metode resitasi dan
sebagainya. Serta, didukung dengan
penggunaan Silabus dan RPP yang disesuaikan dengan keberbakatan siswa sebagai
persiapan mengajar untuk keefektifan pembelajaran.[18]
Terkait dengan metode pembelajaran, Ibu Rosyidah mengungkapkan,
Metode yang saya gunakan untuk mengajar
tergantung materi yang di pelajari saat itu. Misalkan materi tentang ayat-ayat
maka harus dihafalkan, kayak kemarin masalah iman kepada rosul untuk
mengulas sejauh mana mereka tahu tentang nabi dan rosul, saya suruh cerita,
kalau materi yang bisa dipresentasikan
maka anak-anak saya suruh mempresentasikan dan
metode yang lain yaitu biasanya ceramah, tanya jawab, diskusi dan masih
banyak lagi disesuaikan dengan karakter siswa dan materinya.[19]
Secara lebih jelas, berdasarkan hasil wawancara serta observasi, berikut adalah data mengenai metode
pembelajaran di kelas akselerasi.
a)
Metode
hafalan
Ibu Rosyidah
mengungkapkan terkait hal ini, “kalau masalah ayat-ayat memang anak-anak saya suruh
menghafalkan, seumpana sekarang saya kasih materi minggu depan
dihafalkan maju satu-persatu Alhamdulillah dibanding kelas lain anak-anak (akselerasi)
cepet hafalnya.”[20]
Menurut Bagus, salah satu siswa kelas akslerasi, ia mengatakan
bahwa “hafalan sering juga tiap ganti bab selalu ada hafalannya mbak”.[21]
Hal tersebut diperkuat oleh siswa lain yaitu Regina, mengatakan bahwa “biasanya anu mbak,
biasanya kan kalau di buku itu bab pertama itu mesti bab hafalan”.[22]
Demikian pula menurut
Hanita, “jadi tujuannya kita biar tahu hafalan itu apa, jadi paling nggak
kan itu kata perkata jadi paling nggak tahu bahasa arab sedikit
terus sama hukum-hukum bacaan gitu, biasanya juga masuk materi”.[23]
b)
Metode bercerita
Dalam sebuah wawancara, berkaitan dengan metode bercerita Ibu
Rosyidah mengatakan bahwa:
Masalah cerita tergantung
materinya,sulit apa tidak, kalau mereka harus mencari lama saya kasih waktu
sampai minggu depan, kalau masalah nabi dan rosul awal itu saya kasih sekilas
tentang pengertian iman kepada rosul kemudian langsung saya kasih tugas untuk
mencari cerita tentang nabi dan rosul kemudian nanti maju menceritakan tentang nabi
dan rosul.[24]
Hal tersebut diperkuat oleh Bagus, yang mengatakan bahwa
“kadang-kadang suruh baca terus tiba-tiba langsung menyampaikan terus
cerita”.[25]
Berikut adalah catatan observasi yang menggambarkan suasana penggunaan metode
bercerita pada Bab Iman Kepada Rosul:
Jam menunjukkan pukul 06.45. terdengar bel
masuk berbunyi, seluruh siswapun memasuki ruangan. Selanjutnya Ibu Rosyidah
datang mengucapkan salam, siswa menjawab salam. Kemudian, beliau memberikan
apersepsi dan memberi tugas kepada siswa untuk mencari materi . Setelah itu,beliau menyuruh para siswa untuk menceritakan tentang
kisah Nabi dan Rasul yang mereka ketahui. Dan, mereka
maju satu persatu untuk bercerita di depan kelas. Suasana kelas ketika salah
seorang siswa bercerita di depan teman-temannya ada yang mendengarkan ada juga
yang sambil sibuk mencari bahan di depan laptop melalui internet. Akan tetapi,
setelah teman mereka selesai bercerita, saat sesi tanya jawab berlangsung,
mereka juga masih bisa aktif untuk mengajukan pertanyaan beserta feedbacknya.[26]
c)
Metode
ceramah
Dalam
sebuah wawancara, Ibu Rosyidah menyebutkan bahwa:
Metode ceramah
juga sering digunakan, tapi kalau ceramah full itu tidak pernah. Karena
anak-anak cenderung kalau misalkan bilang gini kok gitu bu? Kok gini?,
jadi ceramah plus tanya jawab dan kalau harus ceramahpun saya hanya menerangkan
yang belum ada di buku saja kalau yang sudah ada bisa anak-anak baca dan
pelajari sendiri, baru nanti kalau ada yang tidak paham mereka tanyakan.[27]
Hal ini diperkuat oleh
Hanita, siswi kelas akselerasi, “kalau bu Rosidah biasanya nerangin
secara umum gitu, ya apa saja yang kita pelajari dan ini terus ini
maksudnya apa, contoh-contohnya kayak apa gitu terus nanti kan kita mesti
mikir o.. apa ini juga iya ya nanti bisa tanya”[28].
d)
Metode
tanya-jawab
Tentang hal ini,
Ibu Rosyidah menuturkan bahwa:
Anak
aksel rasa ingin tahunya sangat besar, terkadang ketika saya menjelaskan
mereka sudah lansung bertanya meskipun terkadang agak menyimpang dari materi
tidak masalah asalkan mereka mempunyai keberanian untuk mengungkapkan yang ada
di pikirannya dan kalau ada anak yang tidak paham itu langsung ditanyakan jadi tanya
jawab-tanya jawab.[29]
Menurut Hanita, “kan kita
punya waktu satu setengah jam kalau untuk materi aja kayaknya 45
menit pertama sudah cukup gitu mbak, lha yang 45 menit
selanjutnya jadi kita banyak tanya jawab gitu.”.[30]
Mengenai penggunaan metode tanya jawab peneliti
juga melakukan observasi dengan mengikuti berlangsungnya pembelajaran PAI pada
hari kamis tanggal 28 April , pukul
06:45-08:15. Berikut adalah kutipannya.
Bel berbunyi ketika jam menunjukkan pukul
06.45 WIB, seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing tidak terkecuali kelas XI
akselerasi. Penulispun masuk kelas mengikuti Ibu Rosyidah kemudian duduk di bagian belakang untuk melihat pembelajaran
yang akan belangsung. Setelah guru pendidikan Agama Islam (Ibu Rosyidah) masuk ke dalam kelas, ketua
kelas langsung menyiapkan teman sekelasnya untuk berdo’a sebagai pembuka
kegiatan proses belajar mengajar. Selanjutnya guru Agama Islam memberi
apersepsi kemudian membagikan lembaran kertas kepada setiap siswa yang berisi
tentang soal materi hari itu. Setiap anak terlihat antusias mencari jawaban.
Setelah jawaban mereka temukan, soal tersebut dibahas bersama-sama. Guru
membahas secara global serta memberikan penjelasan yang analogi dan memberi
kesempatan tanya jawab sebagai feed back. Suasana pembelajaran terkesan santai
dan menyenangkan, guru berperan
sebagai partner pembelajaran, yang mana
antara guru dengan siswa
seperti tidak ada batasnya, guru terlihat seperti teman siswa. Anak-anak terlihat aktif dalam
mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, mereka menanggapi pertanyaan dari
guru dan menanyakan materi yang belum dimengerti. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 08.15 WIB, bunyi bel pergantian jam ke 3pun berbunyi menunjukkan waktu
untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah harus diakhiri. Ibu Rosyidah menutup pembelajaran dengan
menarik kesimpulan [31]
e)
Metode
diskusi
Menurut Ibu Rosyidah, “kalau selama ini ada yang tidak aktif hanya
ikut-ikutan itu kalau kita ajak diskusi akhirnya mereka berani tampil sendiri, gak
ikut temannya saja, berani mengutarakan pendapat mereka”.[32]
Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran PAI juga di perkuat
oleh Hanita, yang mengatakan “cara ngajar bu Rosyidah itu pertama teori
terus nanti langsung contohnya gitu dan nanti anak-anak biasanya tanya,
bu kalau masalah gini apa termasuk yang kasus itu? gitu, paling kayak gitu
itu diskusi”.[33]
f)
Metode
demonstrasi
Berkenaan dengan metode demonstrasi, Ibu Rosyidah memaparkan bahwa:
Kalau ada
materi yang mengharuskan untuk praktek dan waktunya mencukupi saya juga
menggunakan metode demonstrasi seperti materi tentang mengurus jenazah,
anak-anak mempraktikkan cara mengkafani jenazah dan kalau materi tentang ibadah
haji karena tidak bisa praktek karena tidak ada peralatan atau tempatnya ya..
jadi untuk menutupi kekurangan pakai CD jadi setelah materi selesai saya
tunjukkan ini lho pelaksanaan sebenarnya ibadah haji.[34]
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Hanita, yang mengatakan
bahwa “kalau materinya tentang haji kita nggak praktek, mungkin cuma
dibilangin nanti kita disini itu ngapain yang kita lakuin
terus nanti gambaran tempatnya seperti apa di perlihatkan melalui CD gitu,
paling cuma seperti itu soalnya juga nggak ada fasilitas”.[35]
g)
Metode
presentasi
Ibu Rosydah mengatakan bahwa “kalau materi yang bisa di
presentasikan ya saya menggunakan metode presentasi, misalkan hari ini
saya beritahu materinya ini silahkan dicari minggu depan dipresentasikan secara
kelompok tapi kadang juga anak-anak saya suruh presentasi secara individu”.[36]
Berikut adalah hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal
5 Mei 2011 mengenai materi mu’amalah, yakni tentang jual beli, riba, syirkah
dan bank.
Setelah Ibu Rosyidah
mengucapkan salam, beliau kemudian menerangkan bab yang akan dipelajari dan
beliau menerangkan sekilas tentang mu’amalah. Setelah itu, guru membagikan
tugas kepada para siswa untuk mencari materi masing-masing satu bahasan dan
kemudian dipresentasikan satu persatu di depan para teman- temannya sesuai
dengan tugas yang diperoleh. Suasana kelas ketika berlangsungnya presentasi ada
siswa yang menyimak dengan baik presentasi temannya tapi ada juga yang masih
mencari-cari di internet tentang materi yang akan dipresentasikan, meskipun
begitu ketika tanya jawab mereka juga aktif bertanya dan yang saatnya
presentasi yang menjawab jika ada yang kurang tepat guru tinggal meluruskan dan
menyempurnakan materi yang masih belum disampaikan oleh pemateri[37]
Ibu Rosyidah memberikan kebebasan kepada para
siswanya dalam menggunakan literatur-literatur
yang menunjang bagi belajar mereka. Di samping itu, beliau juga
mengambil sumber belajar apa saja yang
dapat digunakan selama sumber belajar itu dapat memberikan kontribusi yang
sigifikan terhadap pengembangan pengalaman belajar bagi siswa. Khususnya dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sebagaimana yang dijelaskan Ibu Rosyidah dalam kutipan berikut ini:
Anak-anak
saya bebaskan buat cari materi, bisa lewat buku, internet, dan lain sebagainya.
Kan anak-anak pada bawa laptop, biasanya waktu saya suruh
cari-cari materi pada hari itu juga dan tak suruh presentasi setelahnya,
mereka carinya pakek fasilitas hotspot kalau di buku nggak ada, misal.[38]
h)
Metode
resitasi
Berkaitan dengan penggunaan metode resitasi, Ibu Rosyidah
menuturkan,
Gini, mbak...,waktunya untuk anak aksel itu kan singkat, jadi
saya harus bisa memampatkan materi biar nanti bisa efektif dan materinya bisa nutut.
Biasanya untuk materi yang ndak sulit , anak-anak tak suruh belajar
sendiri di rumah atau saya beri tugas (resitasi), nanti untuk materi yang
esensial dan agak sulit gitu baru saya terangkan.[39]
Menguatkan informasi di atas, Bagus mengungkapkan bahwa,” Bu
Rosyidah kadang ngasih kita tugas buat diselesaikan di rumah, baru nanti minggu
depannya dibahas, terutama materi yang tidak kami bisa, mbak. Alhamdulillah,
selama ini kami nggak begitu mengalami kesulitan.”[40]
3.
Evaluasi
pembelajaran
Sistem evaluasi di kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri pada umumnya sama dengan kelas reguler (program 3 tahun).
Yaitu terdiri dari ulangan harian (sumatif), ulangan umum (formatif), dan ujian akhir sekolah. Bedanya, deadline evaluasi
menjadi lebih cepat daripada kelas reguler.
Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan Ibu
Rosyidah, “Masalah ujiannyapun juga sama, ada ujian akhir sekolah, ulangan harian, UTS, ujian semester. Kalau pelaksanaan
ulangan harian satu materi satu-satu kalo ndak banyak liburnya, tapi kalau banyak
liburnya ya,,,seperti hari ini satu kali ulangan 2 bab. Anak aksel itu
evaluasinya lebih cepet”[41]
Demikian pula, Bagus, salah satu siswa akselerasi
menyatakan, “ujiannya sama kok mbak..kayak yang lain. Tapi kan kelas
akselerasi lebih cepet selesai”.[42]
Ibu Dwi, dalam sebuah
wawancara terkait tentang evaluasi
kelas akselerasi menyebutkan bahwa,
anak aksel
ujiannya ya sama, ada ulangan harian, ulangan semester, dan ulangan akhir sekol ah. KKM(Kriteria Ketuntasan
Minimal)nya juga sama dengan
kelas regular kalau di SMA 1
ini. Kami dulu studi banding dengan SMA di Madura, di sana KKM-nya dinaikin. Kalau kami ya nggak mau, apa gunanya
program aksel kalau KKM
nya nggak sama. Biar anak-anak di sini semua baik yang reguler maupun aksel sama-sama bisa bersaing.[43]
[1] Observasi di SMA Negeri 1
Kediri, 29 Nopember 2010.
[2] Ibid
[3]Wawancara
dengan,Bapak Suyadi, Waka Kurikulum SMA Negeri 1 Kediri, kantor kepala sekolah, 19 Januari 2011.
[4]Wawancara dengan,Bapak
Suyadi, Waka Kurikulum SMA Negeri 1 Kediri, Kantor Kepala Sekolah , 19 Januari 2011.
[5]Wawancara
dengan Ibu Dwi, Ketua Departemen/ Kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, halaman kantor guru, 14 April 2011.
[6]Wawancara dengan,Bapak Sulistyo
widodo, Sekretaris Departemen/Kelas
Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, halaman
kantor guru , 11 Mei 2011.
[7]Wawancara
dengan Bapak Suyadi, Waka Kurikulum SMA Negeri 1 Kediri, kantor kepala sekolah, 19 Januari 2011
[8]Wawancara dengan Ibu Dwi, Ketua
Departemen/ Kelas akselerasi SMA Negeri 1
Kediri, Kantor Guru, 14 April 2011.
[9]Wawancara dengan,Bapak Sulistyo
widodo, Sekretaris Departemen Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, Kantor Guru , 11
Mei 2011.
[10]Wawancara dengan,Bagus, Siswa
Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, Kelas Akselerasi , 19 Januari 2011.
[11]Dokumentasi
Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi SMA 1 Kediri
[12]Wawancara
dengan Ibu Dwi, Ketua Departemen/ Kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, halaman kantor guru, 14 April 2011.
[13]Wawancara dengan,Bapak Sulistyo
widodo, Sekretaris Departemen Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, Kantor Kepala , 19 Januari 2011.
[14] Dokumentasi SMA Negeri 1
Kediri
[15]Wawancara dengan Bapak Suyadi, Waka Kurikulum SMA
Negeri 1 Kediri, kantor kepala sekolah, 19 Januari 2011.
[16]Wawancara
dengan Ibu Dwi, Ketua Departemen/ Kelas Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, halaman kantor guru, 14 April 2011.
[17]Wawancara dengan,Ibu
Rosyidah, Guru PAI Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, kantor guru ,14 Maret 2011.
[18]Dokumentasi Silabus dan
RPP PAI untuk Akselerasi
[19]Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Kelas Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, ruang guru, 24 Maret
2011.
[20] Ibid.
[21] Wawancara dengan Bagus, siswa kelas
akselerasi, ruang kelas
akselerasi, 12 Mei 2011.
[22] Wawancara dengan Regina, siswi kelas akselerasi, ruang kelas akselerasi, 12 Mei
2011.
[23] Wawancara dengan Hanita, siswi kelas
akselerasi, ruang kelas
akselerasi, 12 Mei 2011.
[24]Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, ruang guru, 14 April 2011.
[25]Wawancara dengan Bagus, siswa kelas
akselerasi, ruang kelas
akselerasi, 12 Mei 2011.
[26]Observasi, di Kelas Akselerasi SMA Negeri 1
Kediri, 7 April 2011.
[27]Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Kelas Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, Ruang Guru, 14 April
2011.
[28]Wawancara dengan Hanita, siswi
kelas akselerasi, ruang kelas akselerasi, 12
Mei 2011.
[29]Wawancara dengan Ibu Rosidah, Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas
Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, ruang guru, 14 April 2011.
[30]Wawancara dengan Hanita, siswi
kelas akselerasi, ruang kelas
akselerasi, 12 Mei 2011.
[31] Observasi, di kelas XI
akselerasi SMAN 1 Kediri, 28 April 2011
[32]Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas Akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, ruang
guru, 14 April 2011.
[33]Wawancara dengan Hanita, siswi kelas
Akselerasi, ruang kelas
akselerasi, 12 Mei 2011.
[34]Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas Akselerasi
SMA Negeri 1 Kediri, ruang Guru, 14
April 2011.
[35]Wawancara dengan Hanita, siswi
kelas akselerasi, ruang kelas
akselerasi, 12 Mei 2011.
[36]Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas Akselerasi
SMA Negeri 1 Kediri, ruang Guru, 14
April 2011.
[37]Observasi, di kelas akselerasi SMA Negeri 1
Kediri, 5 Mei 2011.
[38] Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, ruang guru, 12 Mei 2011
[39] Ibid.
[40] Wawancara dengan Bagus, siswa akselerasi SMA Negeri
1 Kediri, Ruang kelas, 12 Mei 2011.
[41]Wawancara dengan Ibu Rosyidah, Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, ruang guru,
12 Mei 2011
[42] Wawancara dengan Bagus, siswa akselerasi SMA Negeri
1 Kediri, Ruang kelas, 12 Mei 2011
[43]
Wawancara dengan Ibu Dwi, Ketua Departemen/ Kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri, halaman kantor guru, 14 April 2011.