Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Puasa Sebagai Pembentuk Karakter

Oleh: 
Berbicara tentang puasa Ramadan tidak bisa lepas dari istilah ‘menahan’ karena puasa sendiri berasal dari kata imsak yang artinya menahan. Puasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam, yang mana puasa adalah rukun Islam ke empat.  Sedangkan makna karakter adalah tingkah laku dan pola fikir yang terjadi secara alami, apa adanya, tanpa dibuat-buat, terjadi secara reflek, dan bukan merupakan sandiwara. Lalu kenapa puasa bisa membentuk karakter? karakter adalah perilaku alami yang berasal dari perfleksian jiwa (bawah sadar) dan karakter merupakan hasil dari budaya, sedangkan budaya sendiri terlahir salah satunya karena adanya tingkah laku ‘pembiasaan’. Sudah menjadi pengetahan umum bahwa pada setiap bulan Ramadan terjadi pergeseran pembiasaan. Pergeseran ini terjadi karena di dalam bulan puasa ada amalan-amalan ibadah tertentu yang dianjurkan bagi umat Islam untuk dilaksanakan pada bulan puasa tersebut. Ibadah puasa khususnya di Indonesia telah membentuk budaya baru masyarakat.

Sehingga tidaklah salah apabila bulan Ramadan disebut sebagai bulan pelatihan (training) bagi umat Islam, dengan kata lain bulan Ramadan adalah Madrasah (sekolah) untuk pembentukan karakter manusia. Pernyataan ini bukanlah omong kosong belaka, namun dapat diuji dan diteliti kebenarannya. Puasa secara total dan benar (tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja) bisa mengkikis ‘karakter’ hewani yang ada pada diri manusia. Lantas apakah pembiasaan positif yang dilakukan pada bulan puasa bisa melahirkan karakter manusia yang terpuji? Jawabannya tentu bisa, asal pembiasaan tersebut dilakukan secara konsisten (istiqomah) dan dengan cara menilai datangnya bulan puasa bukanlah sebuah hal yang tak bermakna sama sekali sehingga dilalui begitu saja tanpa ada pencarian makna, pedalaman, dan tindak lanjut setelahnya.




Seperti Madrasah pada umumnya, pada Madrasah Ramadan ini juga memiliki Kurikululum (muatan pelajaran/pesan kebaikan) yang tersirat dalam bentuk tata cara berpuasa, serta berisi anjuran-anjuran, larangan-larangan, dan perintah-perintah yang berasal dari Allah kepada manusia baik sebelum, ketika bulan puasa datang, dan sesudahnya. Diantara ‘kurikulum; yang bermuatan karakter mulia (positif) pada Madrasah Ramadan adalah bisa melahirkan manusia yang mampu dan terbiasa dalam: 


1) Berhati-hati, Teliti, dan Waspada; berhati-hati terhadap sesuatu hal yang bisa membatalkan puasa atau mengurangi pahala puasa. Sehingga tidak menjadi manusia yang ceroboh, reaksioner, dan mudah terprovokasi. 2) Muhasabah (Evaluasi Diri); salah satu anjuran dalam bulan puasa adalah melakukan iktikaf di Masjid. Iktikaf  tidak hanya berisi zikir dan doa, namun juga berisi muhasabah (sadar diri dan sadar potensi), dan juga bisa berisi renungan-renungan lain, semisal  renungan untuk masa depan.


 3) Rela Berkorban; pengorbanan yang tidak menyakiti diri atau menyebabkan tidak baik bagi diri sendiri, namun untuk memperoleh ganti dari Allah SWT. Dalam puasa umat Islam dilatih tidak hanya mengorbankan diri dalam bentuk menahan makanan dan minuman yang lezat pada siang hari, namun juga mengorbankan waktu dan tenaga untuk iktikaf serta membaca (mengkaji) al Quran. Selain itu pengorbanan harta untuk diberikan pada para dhuafa, dan guna memfasilitasi orang lain untuk berbuka puasa. 


4) Mampu Memanajemen Diri; anjuran untuk berbuka di awal waktu dan sahur di akhir waktu merupakan pembelajaran disiplin waktu. Seakan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi aktivitas sudah tercatat dalam fikiran setiap pribadi yang berpuasa, kegiatan apa saja yang akan dilakukan tiap jamnya sudah tertanam. Termasuk di dalamnya adalah juga mengendalikan diri (emosi) serta mengatur (menseting) otak untuk melakukan hal-hal yang dianjurkan pada bulan puasa. Sehingga bisa menciptakan etos kerja tinggi karena semua waktu, tenaga, dan fikiran sudah direncanakan sejak awal agar tercapainya prinsip efektif dan efisien. 


5) Berbuat Jujur; ibadah puasa merupakan ibadah individu yang hanya pelaku dan Allah-lah yang tahu apakah ia benar-benar puasa atau tidak. Jadi puasa adalah pendidikan bagi manusia untuk berbuat jujur (tidak munafiq) pada diri sendiri, orang lain, dan jujur pada Tuhannya. 6) Bertaqwa; taqwa merupakan salah satu hasil yang diharapkan dari orang yang berpuasa, taqwa dapat diartikan takut pada Allah, karena Allah adalah dari segala sesuatu yang hanya wajib ditakuti sehingga dengan takut itu manusia akan taat pada Allah. Salah satu ciri orang bertaqwa adalah menepati janji, sabar, menjalin siraturrahim (persaudaraan), bersyukur, menjaga diri, kepedulian sosial, mengendalikan diri (menahan amarah), pemaaf, berbuat kebaikan, bertaubat, ikhlas, tawadu', penyayang, tanggung jawab, dan berperilaku adil. 


7) Gaya Hidup Sederhana; hidup sederhana bukan berarti tidak boleh menjadi orang kaya. Dengan hidup sederhana manusia tidak akan terjebak pada pola hidup materialistik, konsomerisme, dan cinta dunia secara berlebih. 8) Sikap Optimis; sebelum bulan puasa datang umat Islam dianjurkan untuk menyambutnya dengan penuh kegembiraan dan harapan. Bukan dengan kesedihan dan menganggap datangnya bulan puasa sebagai beban atau ancaman (masalah). Bulan Ramadan datang setiap tahunnya adalah sebagai solusi (sumbangan keteguhan jiwa) bagi manusia yang menjalankannya. Datangnya bulan puasa bukan merupakan sebuah masalah atau pil pahit (racun yang harus dihadapi). Seharusnya puasa Ramadan menjadi tantangan bagi setiap orang. Sehingga kita harus menyambut gembira tantangan berpuasa Ramadan tersebut. Dan tentu juga harus dikejawantahkan dalam bentuk gembira menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup ini.


 9) Tahan Uji (Cobaan); salah satu cobaan bagi orang yang mengerjakan ibadah puasa adalah ketika ada orang lain yang meprovokasi, menyinggung perasaan, dan ada godaan-godaan lain yang tidak sengaja untuk menggoda orang berpuasa, misalnya ada acara iklan makanan dan minumanan, serta ketika kita melihat orang yang makan atau minum di tempat umum. 10) Meneguhkan dalam Bersikap; tegas dalam mengambil keputusan (konsisten, tidak plin-plan), siap menghadapi resiko, serta berkomitmen menjalani keputusan yang telah menjadi pilihan, yaitu memilih untuk tidak makan dan minum sehingga resiko yang harus dihadapi adalah rasa lapar.


          Sebenarnya masih banyak sekali nilai-nilai kebaikan yang terkandung secara tersirat dari bulan puasa serta manfaat bagi pembentukan karakter ketika menjalani ibadah puasa. Semua manfaat yang terdaftar di atas tersebut lama kelamaan akan membentuk karakter, baik karakter pribadi maupun karakter masyarakat jika perilaku-perilaku baik dalam berpuasa tersebut sudah mendarah daging. Dari pembahasan di atas dapat ditindaklanjuti dengan mengambil kesempatan oleh setiap keluarga guna mendidik dan menanamkan karakter mulia bagi anak-anaknya yang masih kecil sebagai modal ia dalam menjalani hidup di masa depannya. 


     Sebagaimana menurut sebagian para ahli pendidikan dan anak bahwa usia 3-14 tahun bahkan sejak dalam kandungan adalah usia yang tepat untuk membentuk karakter, yang mana karakter akan bersifat tetap (sulit dirubah) sampai anak itu menjadi tua.  Pembelajaran bagi anak saat puasa tidak hanya melatih anak untuk menahan lapar dan dahaga saja, namun mengikut sertakan mendidik anak dengan memasukkan nilai-nilai karakter mulia ketika sang anak menjalankan ibadah puasa. Inilah pembelajaran di Madrasah Ramadan bagi anak. A. Rifqi Amin


Ilustrasi Puasa (Sumber gamar NU online)




Baca tulisan menarik lainnya: