MODEL
PEMBELAJARAN PAI
Oleh: Fajar Nahari
(Mahasiswa Program Pascasarjana S2 STAIN Kediri)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam
sudah mengatur agar manusia menjadi seseorang yang berpendidikan. Ada hadits
yang menerangkan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi umat Islam dan
juga hadits yang menerangkan tuntutlah ilmu walaupun ke negeri Cina. Hal
ini membuktikan bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam
mencari ilmu. Di dalam pendidkan tidak lepas dari berbagai komponen yang ada.
Sebagaimana kita ketahui, di dalam proses pendidikan haruslah ada seorang
pendidik, terdidik, sarana prasarana, dan juga kurikulum. Dengan adanya
komponen yang baik dari komponen tersebut maka tujuan pendidikan akan terwujud.
Tujuan
adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.
Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses
melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat.[1]
Muhammad Athiyah al-Abrasyi merumuskan tujuan pendidikan Islam secara lebih
rinci. Dia menyatakan bahwa tujuan pendidkan Islam adalah untuk membentuk
akhlak mulia, persiapan menghadapi kehidupan dunia-akhirat, persiapan untuk
mencari rizki, menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan profesionalisme
subjek didk. Dari lima tujuan pendidikan tersebut semuanya harus menuju pada
titik kesempurnaan yang salah satu indikatornya adalah nilai tambah kuantitatif
dan kualitatif.[2] Dari tujuan tersebut
nyatalah bahwa Islam menginginkan agar kelak setelah mendapat pendidikan agama
Islam terciptalah manusia yang siap dalam segala hal.
Pendidikan tidak lepas dari segala aspek yang sudah tersebutkan tadi. Aspek yang penting diantaranya adalah kurikulum dan juga peserta didik. Kurikulum dan peserta didik ini menjadi hal yang tidak terpisahkan. Ini karena kurikulum menyesuaikan dengan tingkatan peserta didik itu sendiri. Di dalam proses pembelajaran PAI, terjadi pula interaksi antara guru (pendidik) dan siswa (peserta didik). Para guru PAI di setiap institusi pendidikan,, sangat diharapkan memiliki bahkan dituntut untuk menguasai pembelajaran PAI.[3] Ini tidak lain bertujuan agar materi yang tersampaikan nanti bisa tersampaikan secara maksimal kepada peserta didik. Di dalam pembelajaran adanya manajemen kesiswaan. Ini tidak lain agar bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, teratur, serta mampu mencapai tujuan pendidikan sekolah.[4]
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam sistem pendidikan
di negara Indonesia ini peserta didik dibagai dalam tingkatan-tingkatan.
Diantaranya adalah tingkat SD, SMP dan SMA. Tingkatan ini sudah menjadi formula
agar materi pendidikan dapat tersampaikan di masing-masing tingkatan. Dalam
menyampaikan materi untuk masing-masing tingkatan perlu juga adanya model
pembelajaran yang sesuai. Hal ini tidak lain agar peserta didik menerima materi
secara maksimal. Hal ini pula terjadi untuk Materi PAI.
Materi
PAI adalah materi yang berisikan tentang hal-hal yang berdasarkan Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an, hadits, ijma’ dan qiyas. Materi ini penting
disampaikan, dan juga penyampaiannya menggunakan model yang sesuai dengan
tingkatan kelas masing-masing. Ini agar nantinya tercipta insan kamil yang
bertaqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu dalam makalah ini akan disampaikan
mengenai materi PAI apa yang sesuai dengan tingkatan SD, SMP, dan SMA. Dan juga
bagaimana model pembelajaran untuk tingkatan SD, SMP, dan SMA.
B. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang yang sudah terpaparkan, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
- Apa materi PAI bagi SD, SMP dan SMA?
- Bagaimana model pembelajaran PAI bagi SD, SMP dan SMA?
BAB II
PEMBAHASAN
Proses
pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi
siswa (peserta didik). Proses pembelajaran dalam pendidikan agama Islam,
sebenarnya menggunakan prinsip-prinsip umum proses pembelajaran yang dikemas
secara Islami. Komponen-komponen yang terlihat pun umumnya sama, yaitu mencakup
tujuan, bahan, metode, alat, evaluasi termasuk siswa dan gurunya.[5] Ini
jelas bahwa materi yang disampaikan dalam PAI ini mempunyai perbedaan dengan
materi pelajaran yang lainnya. Sudah dikenal bahwa materi PAI adalah materi
yang bernafaskan agama Islam. Dan juga dalam penyampaian materi tersebut sudah
ada pembagian tersendiri yang terbagi dalam tingktaan-tingkatan masing-masing.
Tingkatan tersebut sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak (biqadri
uqulihim).[6] Ini
tidak lain agar mereka mampu merangsang pemikiran serta memperteguh keimanan
dan daya kreatifnya.
A.
Materi PAI bagi SD, SMP dan SMA
- Materi PAI bagi SD
Matrei
PAI yang ada pada tingkatan SD yaitu: Akhlak, Ibadah, Al-Qur’an, Keimanan,
Tarikh Islam.[7]
Itulah materi yang secara umum ada dalam tingkatan SD. Dari materi PAI tersebut
anak SD diharapkan:
a.
Mampu membaca Al-Qur’an dengan benar.
b.
Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar.
c.
Terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji, menghindari
sifat-sifdat tercela, dan bertata kerama dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Mengenal rukun Islam dan mampu melaksanakn
beribadadah salat, puasa, zakat fitrah, dan zikir serta do’a setelah salat.[8]
- Materi PAI bagi SMP
Materi
PAI di tingkat SMP tidak jauh beda dengan yang ada di SD. Materi-materi
tersebut adalah: Keimanan, Ibadah/fiqih, akhlak, Al-Qur’an, hadits, sejarah Islam.[9] Dari
materi tersebut anak-anak pada tingkatan SMP diharapkan:
a.
Mampu membaca dan menulis ayat Al-Qur’an serta
mengetahui hukum bacaannya.
b.
Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar dengan
mengetahui maknanya.
c.
Terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji,
menghindari sifat-sifat tercela, dan bertata kerama dalam kehidupan
sehari-hari.
d.
Memahami dan mampu mengambil manfaat dan hikmah
perkembangan Islam fase Makkah, Madinah, dan Khulafaurrasyidin serta mampu
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.[10]
- Materi PAI bagi SMA
Materi
PAI untuk tingkatan SMA tidak jauh beda dengan SD dan SMP. Akan tetapi hasil
yang diinginkan pada tingkatan SMA ini lebih tinggi dari pada tingkatan
sebelumnya. Materi PAI bagi SMA yaitu: Keimanan, Ibadah/Fiqih, Akhlak, Sejarah
Islam, Tafsir/Hadits.[11] Dari
materi tersebut, anak SMA diharapkan mampu:
a.
Membaca dengan mengetahui hukum bacaannya, menulis,
dan memahami ayat Al-Qur’an serta mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b.
Beriman kepada Allah SWT., malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qadha qadar dengan
mengetahui fungsi dan hikmahnya serta direfleksikan dalam sikap, perilaku, dan
akhlak peserta didik pada dimensi kehidupan sehari-hari.
c.
Terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji,
menghindari sifat-sifat tercela, dan bertata kerama dalam kehidupan
sehari-hari.
d.
Memahami sumber hukum dan ketentuan hukum Islam
tentang ibadah, muamalah, mawaris, munakahat, jenazah, dan mampu mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
e.
Memahami dan mampu mengambil manfaat dan hikmah
perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.[12]
B.
Model Pembelajaran PAI bagi SD, SMP dan SMA
Secara
umum model pembelajaran PAI pada SD, SMP dan SMA dapat dilaksanakan dengan
menggunakan beberapa metode. Seperti:
- Metode antisipatif. Metode ini merupakan
sebuah cara mengantisipasi permasalahan anak didik yang langsung muncul di
kalangan mereka. Guru mengetahui semua permasalahan anak yang sering
timbul dan mepersiapkan solusinya sedini mungkin sehingga muncul
permasalahan itu maka ia akan segera menghadapi dan memecahkannya cepat
dan bijkasana.
- Metode dialog kreatif. Metode ini merupakan
salah satu cara yang lebih efektif
karena melibatkan siswa secara langsung berdialog dengan guru tentang suatu
permasalahan yang sedang dihadapi. Anak didik mengungkapkan pendapatnya
langsung dari hati nuraninya dan guru siap mendengar serta melayani semua
permasalahan anak didik dan berupaya membantu mencarikan solusinya.
- Metode studi kasus. Metode ini adalah
metode menganagkat suatu contoh permasalahan yang pernah terjadi pada diri
seseorang atau kelompok orang untuk dijadikan rujukan atau contoh maupun
teladan sebagai solusi alternatif yang bisa diambil.
- Metode pelatihan. Metode ini berupa latihan-latihan
yaitu cara pelibatan fisik dan mental mereka untuk melakukan serangkaian
latihan beribadah dan melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan
perintah Allah dan Rasul-Nya sehingga anak didik dapat mengembangkan
intelektualnya secara lebih baik dan benar.
- Metode merenung. Metode ini merupakan
melatih anak didik untuk memikirkan permasalahan yang mereka miliki.
Sehingga semuanya dapat dikembalikan kepada Allah.
- Metode lawatan. Metode ini merupakan cara
lawatan ke daerah-daerah dalam rangka meningkatkan rasa ukhuwah,
persaudaraan sesama muslim, memupuk rasa persatuan dan kesatuan diantara
sesama pelajar.
- Metode kontemplasi. Metode ini melatih
siswa merenungkan kembali peristiwa-peristiwa di masa lalu sehingga
membuahkan sifat sabar pada diri anak didik.
- Metode taubat. Metode ini merupakan cara
agar siswa menyesali diri atas perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan dan
memohon ampunan kepada Allah SWT.
- Metode-metode lain yang dapat digunakan
dalam proses belajar agama, diantaranya: metode analisis, metode problem
solving, metode tanya-jawab, creramah, pemberian tugas, dsb.[13]
Dari
beberpaa metode tersebut dapat diterapakan untuk segala tingkatan kelas, baik
SD, SMP maupun SMA. Akan tetapi untuk masing-masing tingkatan ada perbedaan
yang mendasar dalam model pembelajarannya. Adalah sebagai berikut:
1)
Model Pembelajaran PAI bagi SD
Di dalam tingkatan SD, tentu berbeda cara
pembelajaran dengan tingkat-tingkat yang lebih dari SD atau dibawahnya SD
seperti di Taman Kanak-kanak. Kita ketahui di SD umur peserta didik adalah
adalah rata-rata dari usia 6-12 tahun. Usia ini tergolong pada usia
kanak-kanak. Umur 6-9 tahun masuk dalam golongan usia pertengahan anak-anak.
Sedangkan usia 9-12 tahun masuk dalam golongan akhir masa anak-anak. Oleh
karena itu dalam fase anak-anak ini peserta didik yang duduk pada tignkatan SD
merupkaan permulaan bagi mereka untuk mengenal orang dewasa di luar
keluarganya. Dan juga pada masa ini, anak yang pada mulanya tertuju kepada
dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai tertuju kepada dunia luar,
terutama perilaku orang-orang disekitarnya, sopan santun, dan tata kerama sesuai
dengan lingkungan rumah dan sekolahnya.[14]
Oleh karena itu untuk tingkat SD materi PAI
tersebut diberikan secara sederhana sesuai dengan kemampuan daya berpikir
murid, baik itu materi PAI yang berhubungan manusia dengan Allah, manusia
dengan manusia, manusia dengan alam sehingga ini dapat dipahami, diresapi oleh
anak didik dan selanjutnya dapat mewarnai tingkah lakunya sehari-hari.[15]
2)
Model Pembelajaran PAI bagi SMP
Pada tingkatan SMP yakni rata-rata usia 12-15
tahun, ini masuk dalam golongan Pra-Remaja. Dalam fase ini ditandai dengan
semakin meningkatnya sikap sosial pada anak. Gejala yang dominana pada masa ini
adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlangsung antara teman sebaya dan
lingkungan jenis kelamin yang sama. Pada periode ini ada kesempatan yang sangat
baik untuk membantu anak, disamping mneguasai ilmu dan teknologi yang sesuai
dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Juga menumbuhkan sikap tanggung
jawab dan menghargai nilai-nilai, terutama yang bersumber dari agama Islam.[16]
Untuk tingkat SMP cara penyampaiannya diperluas
yaitu dengan mengemukakan alsan-alasan/dalil-dalil baik naqli maupun aqli,
sehingga anak didik yang telah meningkat remaja itu dapat menyelesaikan
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Dan selanjutnya dapat
memahami alasan-alasan tersebut dan menjadikan sebuah keyakinan.[17]
3)
Model Pembelajaran PAI bagi SMA
Dalam tingkatan SMA yang rata-rata usianya yaitu
15-18 tahun, merupakan usia yang tergolong dalam masa pubertas. Masa ini
merupakan tahap akhir bagi individu dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi
manusia dewasa yang berdiri sendiri. Pada fase ini anak banyak mengalami
krisis, namun krisis itu tidak akan dirasakan berat jika sejak awal anak-anak
dan para remaja telah hidup dalam keluarga yang menenmpatkan ajaran Islam
sebagai penuntunnya. Jika dalam diri remaja telah tertanam nilai-nilai religi
maka sebagai orang yang beriman, ia akan selalu mampu menyikapi permasalahan
hidup, baik yang muncul dari dalam maupun dari luar dirinya.[18]
Pada tingkatan SMA cara penyampaiannya yaitu tiap materi yang disampaikan dilengkapi dengan faedah atau arti dari materi PAI tersebut, sehingga dengan demikian mereka dapat meningkatkan pengertiannya terhadap aspek yang sedang dipelajari setelah mendapat penjelasan tentang faedah atau artinya. Disamping itu dapat menolong untuk menenteramkan jiwanya dalam menghadapi banyak kegelisahan yang timbul dalam jiwa mudanya.[19]
BAB III
KESIMPULAN
1.
Matrei PAI yang ada pada tingkatan SD yaitu:
Akhlak, Ibadah, Al-Qur’an, Keimanan, Tarikh Islam. Materi PAI di tingkat SMP
tidak jauh beda dengan yang ada di SD. Materi-materi tersebut adalah: Keimanan,
Ibadah/fiqih, akhlak, Al-Qur’an, hadits, sejarah Islam. Materi PAI untuk
tingkatan SMA tidak jauh beda dengan SD dan SMP. Akan tetapi hasil yang diinginkan
pada tingkatan SMA ini lebih tinggi dari pada tingkatan sebelumnya. Materi PAI
bagi SMA yaitu: Keimanan, Ibadah/Fiqih, Akhlak, Sejarah Islam, Tafsir/Hadits.
2. Secara umum model pembelajaran PAI pada SD,
SMP dan SMA dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode. Seperti:
Metode antisipatif, metode dialog kreatif, metode studi kasus, metode
pelatihan. metode merenung. metode lawatan, metode kontemplasi, metode taubat,
dan metode-metode lain yang dapat digunakan dalam proses belajar agama,
diantaranya: metode analisis, metode problem solving, metode
tanya-jawab, creramah, pemberian tugas, dsb. Untuk tingkat SD materi PAI
tersebut diberikan secara sederhana sesuai dengan kemampuan daya berpikir
murid, baik itu materi PAI yang berhubungan manusia dengan Allah, manusia
dengan manusia, manusia dengan alam sehingga ini dapat dipahami, diresapi oleh
anak didik dan selanjutnya dapat mewarnai tingkah lakunya sehari-hari. Untuk
tingkat SMP cara penyampaiannya diperluas yaitu dengan mengemukakan
alsan-alasan/dalil-dalil baik naqli maupun aqli, sehingga anak didik yang telah
meningkat remaja itu dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam pikirannya. Dan selanjutnya dapat memahami alasan-alasan tersebut dan
menjadikan sebuah keyakinan. Pada tingkatan SMA cara penyampaiannya yaitu tiap
materi yang disampaikan dilengkapi dengan faedah atau arti dari materi PAI
tersebut, sehingga dengan demikian mereka dapat meningkatkan pengertiannya
terhadap aspek yang sedang dipelajari setelah mendapat penjelasan tentang
faedah atau artinya. Disamping itu dapat menolong untuk menenteramkan jiwanya
dalam menghadapi banyak kegelisahan yang timbul dalam jiwa mudanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Darajat, Zakiah. Ilmu
Pendidikan islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama
Islam Berbasisi Kompetensi. Bandung: Remaja Rosada Karya, 2006.
Qomar, Mujamil. Manajemen
Pendidikan islam. Jakarta: Erlangga, 2007.
Roqib, Muhammad. Ilmu
Pendidikan islam. Yogyakarta: LKiS, 2009.
Tohrin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: RajaGarafindo persada, 2006.
Umar, Bukhari. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Zuhairini dkk. Methodik Khusus Pendidikan Agama.
Surabaya: Usana Offset printing, 1983.
[1]Zakiah Darajat, Ilmu
Pendidikan islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 29.
[2]Muhammad
Roqib, Ilmu Pendidikan islam (Yogyakarta: LKiS, 2009), 28.
[3]Tohrin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
RajaGarafindo persada, 2006), 16.
[4]Mujamil Qomar, Manajemen
Pendidikan islam. (Jakarta: Erlangga, 2007), 142.
[5] Tohrin, Psikologi
Pembelajaran..…, 16.
[6] Muhammad
Roqib, Ilmu….., 97.
[7] Zuhairini dkk.,
Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usana Offset printing, 1983),
68.
[8]Abdul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasisi Kompetensi (Bandung:
Remaja Rosada Karya, 2006), 147.
[9] Zuhairini dkk.,
Methodik…,68.
[10]Abdul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan…, 147.
[11] Zuhairini dkk.,
Methodik…,69.
[12]Abdul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan…, 148
[13]Ibid., 102.
[14]Bukhari
Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 120.
[15]Zakiah Darajat, Ilmu….,
134.
[16]Bukhari
Umar, Ilmu…, 121.
[17]Zakiah Darajat, Ilmu….,
134.
[18]Bukhari Umar, Ilmu…, 122.
[19]Zakiah Darajat, Ilmu….,
135.
saya usul, selain pelajaran agama, juga harus ada mentoring intensif, seperti halqoh Rasul dan pondok pesantren, agar pai lebih efektif
BalasHapussaya usul pelibatan aktif rohis atau ski sekolah dalam implementasi pai
BalasHapusSy sgt terinspirasi merampungkan thesis sy d tengah kesibukan mengajar plus ide dr dr jilbab hazna menyadarkn hal y slm ni sy abaikn. Trimksh
BalasHapus