CERITA MOTIVASI:
“TENTUKAN SIKAP KETIKA MASALAH TIBA”
Oleh: Tim Banjir Embun
MOTIVASI BANJIR EMBUN—Tentukan Sikap Ketika Masalah Tiba. Pada suatu hari seorang siswi SMA mengalami frustasi, merasa tertekan, terpojok, dan tertindas. Ia adalah siswi yang aktif di Organisasi Intra Sekolah (OSIS) menjabat sebagai Ketua Bidang Kesenian. Ia merasa menjadi korban kediktatoran atasannya yang tidak lain ketua OSIS. Tak kalah perihnya ia juga merasa tertekan atas intervensi Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan yang juga sebagai pembina OSIS.
Pentas Seni harus ditunda karena akan ada agenda OSIS besar-besaran tingkat Kabupaten yang pesertanya dari siswa SMP. Itulah kesepakatan dari rapat OSIS yang lalu. Ia merasa dikhianati teman. Membuat suasana hatinya bergemuruh, hingga untuk masuk ke Kantor OSIS membuatnya muak. Ketika keluar masuk sekolah ia tak sudi menatap kantor OSIS. “Suasana persaingan yang tidak sehat” gerutu dia sangat lirih. Bagaimana tidak? Rancangan yang sudah mantap, proposal sudah siap, dan agenda sudah ditetapkan dibatalkan begitu saja.
Kegiatan pementasan dan pameran hasil karya seni lukis, seni interior serta eksterior, dan seni musik yang diadakan dua bulan lalu sangat sukses dan berhasil dengan memuaskan. “Ini adalah persaingan yang tidak sehat, kenapa pembatalan sebegitu mendadaknya disaat persiapan sudah matang dan siap dijalankan?” pikirnya dalam hati. "Sudah tidak ada waktu kosong lagi setelah ini. Mau diselipkan di mana lagi?" Gerutunya.
Beberapa hari dia tidak ikut kegiatan OSIS atau bahkan untuk sekedar menjenguk kantor OSIS sekalipun. Hari-harinya diisi dengan mengikuti agenda-agenda lain di luar sekolah. Pada saat itu ia putuskan mengikuti agenda umum yang diadakan oleh mahasiswa pecinta alam. Tidak lain adalah camping di lereng gunung dekat rumahnya. Dengan itu ia berharap bisa melupakan masalah yang sedang menimpanya.
Ia membaca poster yang tertulis “Ikutilah Camping Edukatif: untuk Pelajar SMA dan Pemuda Desa” di papan pengumuman Balai desa tempat tinggalnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ternyata kakak-kakak mahasiswa tersebut menyambut dengan gembira. Ia adalah calon peserta yang pertama kali mendaftar ke posko pendaftaran. Tepatnya di lereng gunung paling bawah. Letak pos pertama jalur pendakian.
Ia tak segan bercakap dengan para mahasiswa itu. Dari situ menjadi saling tahu dan saling memahami. Pada akhirnya ia diberi kepercayaan untuk terlibat dalam perekrutan para pemuda dan pemudi mengikuti agenda tersebut. Di luar dugaan, peserta yang mengikuti agenda ini sangat banyak dan tak terkirakan semula. Sontak sebagian besar petinggi dari kumpulan mahasiswa pecinta alam mengucapkan terima kasih dan memuji siswa yang berbakat dalam berorganisasi itu.
Singkat cerita. Pada suatu malam, yaitu malam ketiga dalam acara camping diisi dengan berkeliling api unggun bersama. Kegiatan ini yang membuat para peserta terhibur, tambah wawasan tentang kebencanaan, mengetahui cara memanfaatkan sumber daya alam, dan acara yang diliputi motivasi serta inspirasi. Malam itu dibakarlah kayu-kayu yang telah dikumpulkan jadi satu di tengah-tengah formasi lingkaran manusia. Kayu itu didapat para peserta dari hutan pada siang harinya saat acara jelajah alam.
Dibakarlah kayu hingga suasana semakin hangat. Di saat kobaran api mulai stabil, ketua mahasiswa pecinta alam mulai bercerita sambil menunjukkan kopi, telur, dan wortel kepada seluruh manusia yang berkumpul di pinggiran api unggun. "Ini adalah wortel, telur, dan bubuk kopi yang mentah!” seru ketua mahasiswa pecinta alam. Para peserta dan panitia berkumpul menjadi satu, membuat suasana menyatu, hening, dan penuh kehangatan. Tak ada satupun yang bersinggah di belakang, di dapur atau berada di tenda-tenda.
“Saya ingin ada tiga relawan untuk maju kedepan menghadap saya!" Serta ia meminta panitia lainnya menyediakan tiga panci yang berisi air. Panduannya semakin membuat penasaran para peserta. Kemudian dimasaklah air dalam panci tersebut oleh ketiga relawan dan dimasukkanlah wortel, telur, serta bubuk kopi pada tiap-tiap panci. Air sudah mendidih beberapa saat. Tanda bahwa sesuatu yang ada di dalamnya sudah matang.
Diangkatlah wortel itu dengan supit besar “Ini adalah wortel yang pada awalnya sebelum dimasukkan dalam air panas adalah benda keras, namun setelah dipanaskan menjadi empuk bahkan bisa lembek, apa artinya?” tanya ia pada seluruh peserta. “Jika kalian digodok, ditindas, dikhianati, atau diserang bertubi-tubi oleh keadaan yang tidak mengenakkan, maka kalian yang pada awalnya punya tekat kuat dan keras akan menjadi lembek, putus asa, menyerah, dan menerima keadaan walaupun hati tersiksa, itulah wortel! Maka janganlah menjadi wortel!” Ia menegaskan maknanya pada peserta.
“Kemudian telur ini, yang pada awalnya rapuh setelah digodok menjadi keras. Apa makna dibalik fenomena ini?" Tanya ia sekali lagi. "Ketika mendapat cobaan yang awalnya lembut bisa jadi galak" celetuk salah satu peserta sambil melirik gadis pengurus OSIS itu. "Tidak jauh beda dengan jawaban itu, awalnya ia mudah hancur, sangat tulus, sensitif, dan lembut setelah digodok menjadi keras, agresif, dan bertindak ingin menang sendiri. Jika kalian seperti ini maka kalian adalah telur! Yang berfurstasi kemudian dilampiaskan dengan tindakan-tindakan kasar.” Ia menambahi jawaban dari peserta.
“Dan yang terakhir adalah bubuk kopi, apa yang terjadi pada bubuk kopi setelah ditempa dengan cobaan berupa air panas? Ternyata kopi ini walaupun dihadapkan pada keadaan yang panas, tidak menyebabkan ia berubah. Ia tetap berwujud bubuk kopi walaupun kita namakan sebagai ampas. Namun ia juga menyatu dengan air yang telah memanaskan. Membuat air menjadi harum dan berubah warna sehingga lebih menarik untuk dilihat. Apa makna dari perilaku kopi itu?" Tanyanya untuk ketiga kalinya.
"Artinya kita harus kuat ketika mengalami cobaan. Pantang untuk merubah haluan menjadi sesuatu yang buruk yaitu menjadi lembek atau sebaliknya keras. Kita harus menyatu dengan keadaan. Pantang melarikan diri atau merasa terkucilkan dari lingkungan. Merubah cobaan yang awalnya menyiksa menjadi keharuman. Memposisikan diri tetap bermanfaat meski ditempa cobaan" Sahut gadis manis pengurus OSIS itu.
Ketua mahasiswa pecinta alam itu mengakhiri "Oleh karena itu, jadilah Kopi! Air panas adalah masalah dan panci adalah wadah kita untuk beraktivitas. Wadah itu bisa berwujud seperti tempat kerja, organisasi, dan keluarga.” (BE/14/06/12)
Selesai.....
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tentukan Sikap Ketika Masalah Menghadang"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*