SEJARAH PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
(foto Mualimul Huda, sumber foto: Facebook)
(Mahasiswa Program Pascasarjana S2 STAIN Kediri dan Guru MTs. AL Muttaqin Kec. Plemahan Kab. Kediri)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode filsafat yunani merupakan periode yang sangat penting
dalam sejarah peradaban manusia, karena pada waktu itu terjadi perubahan pola
pikir manusia dari mite-mite menjadi yan lebih rasional. Pola pikir mite-mite
adalah pola pikir masyarakat yang mengandalkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap
sebagai fenomena alam biasa, tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan
kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak
lagi diannggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi
secara kausalitas.
Perubahan pola pikir tersebut kelihatanya sederhana tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif. Sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirrnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filasafat yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru uumat manusia.[1]
Perubahan pola pikir tersebut kelihatanya sederhana tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif. Sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirrnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filasafat yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru uumat manusia.[1]
Jadi, perkembangan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap. Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu,
mau tidak mau harus melakukan pembagian dengan klasifikasi secara periodik.
Setiap periode akan menampilkan ciri khas tertentu dalam perkenbangan ilmu
pengetahuan. Karena itulah dalam makalah ini penulis akan membahas tentang
sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, yang dimulai pada zaman purba, zaman pra
yunani kuno, zaman yunani kuno, zaman abad pertengahan, zaman renaisance zaman
modern dan zaman kontemporer.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman purba?
2. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman pra yunani kuno?
3. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman yunani kuno?
4. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman abad pertengahan dan islam klasik?
5. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman renaissance dan modern?
6. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman kontemporer?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ilmu Pengetahuan Zaman Purba
Menurut
George J. Mouly, permulaan ilmu dapat disusur sampai pada permulaan manusia.
Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang
bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia.[2] Masa
manusia purba dikenal juga dengan masa pra-sejarah. Menurut Soetriono dan SDRm
Rita Hanafie, masa sejarah dimulai kurang lebih 15.000 sampai 600 tahun Sebelum
Masehi. Pada masa ini pengetahuan manusia berkembang lebih maju. Mereka telah
mengenal membaca, menulis, dan berhitung. Kebudayaan mereka pun mulai
berkembang di berbagai tempat tertentu, yaitu Mesir di Afrika, Sumeria,
Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di Amerika Tengah.
Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka. Meski agak berbeda dengan
pendapat tersebut, Muhammad Husain Haekal (1888-1956) berpendapat lebih
spesifik bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu
(berarti sekitar 4000 SM) adalah Mesir. Zaman sebelum itu dimasukkan orang ke
dalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu, sukar sekali akan sampai kepada
suatu penemuan yang ilmiah.[3]
Terlepas dari
perbedaan pendapat mengenai permulaan zaman pra-sejarah dan zaman sejarah,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka
bumi hanya saja penamaan ilmu-ilmu itu biasanya muncul belakangan. Penekanan
terhadap kegunaan dan aplikasi cenderung lebih diutamakan daripada penamaannya.
Teori ini berlaku secara umum terhadap beberapa – untuk tidak dikatakan semua–
disiplin ilmu dari generasi ke generasi. Berbekal otak, pengalaman, dan
pengamatan terhadap gejala-gejala alam, manusia purba sudah barang tentu
memiliki seperangkat pengetahuan yang dapat membantu mereka mengarungi
kehidupan. Seperangkat pengetahuan tersebut semakin lama akan semakin tersusun
rapi karena inilah karakteristik dasar ilmu. Jika kita menafikan adanya ilmu
tertentu yang mereka miliki, maka kita akan sulit menjawab pertanyaan:
mungkinkah mereka bisa bertahan hidup bertahun-tahun tanpa bekal apapun?
Selanjutnya
Mouly menyebutkan bukti-bukti secara berurutan terhadap pernyataannya sebagai
berikut: Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran
sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, di mana banjir sungai Nil yang terjadi
tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri, dan
kegiatan survei. Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh bangsa Babilonia dan
Hindu yang memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak
seinsentif kegiatan bangsa Mesir. Setelah itu muncul bangsa Yunani yang
menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka bukan saja menyumbang
perkembangan ilmu dengan astronomi, kedokteran, dan sistem klasifikasi
Aristoteles, namun juga silogisme yang menjadi dasar bagi penjabaran secara
deduktif pengalaman-pengalaman manusia. [4]
Peradaban
Mesir kuno, misalnya, mewariskan peninggalan-peninggalan bermutu tinggi seperti
piramida, kuil, dan sistem penatanan kota. Peninggalan-peninggalan ini tidak
mungkin ada tanpa adanya ilmu yang mereka miliki. Proses pembangunan piramida
yang menjulang tinggi dan tersusun dari batu-batu besar pilihan tak bisa lepas
dari matematika dan arsitektur. Begitu pula dengan proses pembangunan kuil
megah mereka. Sementara itu, sistem penataan kota membutuhkan arsitektur dan
administrasi pemerintahan. Dengan kata lain, peninggalan-peninggalan bersejarah
tersebut menunjukkan adanya ilmu-ilmu tertentu yang mereka miliki sehingga
mereka bisa mewujudkan impian mereka menjadi kenyataan. Menurut Haekal, Mesir
adalah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama ke Yunani atau
Rumawi.
Sementara
itu, menurut Betrand Russell, pada masa Babilonia lahir beberapa hal yang
tergolong ilmu pengetahuan: pembagian hari menjadi dua puluh empat jam,
lingkaran menjadi 360 derajat, penemuan siklus gerhana yang memungkinkan
terjadinya gerhana bulan bisa diramal dengan tepat dan gerhana matahari dengan
beberapa perkiraan. Pengetahuan bangsa Babilonia ini sampai ke tangan Thales ,
filosof Yunani.
B.
Ilmu Pengetahuan Zaman Pra Yunani Kuno
Pada zaman ini memiliki perkembangan ilmu
pengetahuan memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya konsep know, how dalam
kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.
2. Pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman itu diterima sabagai fakta dengan sikap Receptive Mind, keterangan
yangf masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
3. Kemampuan menemukan abjad dan sistem
bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia kertingkat
abstraksi.
4. Kemampuan menulis, berhitung
menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang
dilakukan.
5. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa
atas dasar peristiwa-peristiwasebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya gerhana
bulan dan matahari.[5]
C.
Ilmu Pengetahuan Zaman Yunani Kuno
Periode
filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mitosentris menjadi logosentris. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang
dari rahim filsafat yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena
itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki
peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk
meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
Filosof alam
pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales (624-546 SM),
setelah itu Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos (540-480 SM), Parmenides
(515-440 SM), dan Phytagoras (580-500). Thales, yang dijuluki bapak filsafat,
berpendapat bahwa asal alam adalah air. Menurut Anaximandros substansi pertama
itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya yang dinamakan
apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos melihat alam semesta selalu dalam
keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah bukan
bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang dengan
Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan yang
bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras berpendapat bahwa
bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur
bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Jasa
Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu
alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung
pada pendekatan matematika. Jadi setiap filosof mempunyai pandangan berbeda
mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti
negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian
pandangan mereka mengilhami generasi setelahnya.
Setelah
mereka kemudian muncul beberapa filosof Sofis sebagai reaksi terhadap
ketidakpuasan mereka terhadap jawaban dari para filosof alam dan mengalihkan
penelitian mereka dari alam ke manusia. Bagi mereka, manusia adalah ukuran
kebenaran sebagaimana diungkapkan oleh Protagoras (481-411 SM), tokoh utama
mereka. Pandangan ini merupakan cikal bakal humanisme. Menurutnya, kebenaran
bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang absolut dalam
etika, metafisika, maupun agama. Bahkan dia tidak menganggap teori matematika
mempunyai kebenaran absolut. Selain Protagoras ada Gorgias (483-375 SM).
Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal
juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah
diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup
terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak
memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika. [6]
Pandangan
para filosof Sofis tersebut disanggah oleh para filosof setelahnya seperti
Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).
Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Socrates
membuktikan adanya kebenaran obyektif itu dengan menggunakan metode yang
bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Menurutnya,
kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi Plato, esensi mempunyai realitas yang
ada di alam idea. Kebenaran umum ada bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam
idea. Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan Aristoteles. Dia
adalah filosof yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis
(logika, metafisika, dan fisika) dan praktis (etika, ekonomi, dan politik).
Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu di kemudian
hari. Dia dianggap sebagai bapak ilmu karena mampu meletakkan dasar-dasar dan
metode ilmiah secara sistematis. Karena demikian meresapnya serta lamanya
pengaruh ajaran-ajaran Plato dan Aristoteles, A.N. Whitehead memberikan catatan
bahwa segenap filsafat sesudah masa hidup keduanya sesungguhnya merupakan
usulan-usulan belaka terhadap ajaran-ajaran mereka. Pendapat Whitehead tidak
seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain mengembangkan filsafat
mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa persoalan filsafat Yunani
sehingga memiliki karakteristik islami.
Adapun ciri-ciri penting perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat dicapai pada zaman yunani kuno ialah:
1. Pada masa ini orang memiliki
kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide poendapatnya;
2. Masyarakat pada zaman initidak lagi
mempercayai mitologoi-mitologi yang dianggap sebagai suatu bentuk pseudo
rasional.
3. Masyarakat tidak dapat menerima
pengalaman yang didasrkan pada sikap receptive attitude ( sikap menerima begitu
saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude ( suatu sikap yang
senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi
cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah yang
menjadikan bangsa yunani tampil sebagai ahli piker terkenal.[7]
D.
Zaman
abad pertengahan dan islam klasik
Zaman abad
pertengahan ditandai dengan tampilnya para theolog dilapangan ilmu pengetahuan dibelahan dunia
eropa. Para ilmuan pada masa ini hamper semua adalah para teolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi
ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun di
timur tertama negara-negara islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan
yang pesat.[8] Disaat eropa pada zaman pertengahan lebih
berkutat pada maslah – masalah keagamaan, maka peradaban dunia islam melakukan
penerjemahan besar- besaran terhadap karya-karya filosof yunani dan berbagai
temuan lapangan ilmiah lainnya.
Peradaban
dunia islam terutama pada bani umayah telah menemukan suatu cara pengamatan
astronomi pada abad 7 masehi, 8 abad sebelum Galileo galilei dan Copernicus.
Sedangkan kebudayaan islam yang menaklukan Persia pada abad 8 masehi telah
mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi di jundhisapur. Pada zaman keemasan
kebudayaan islam, dilakukan penerjemahan berbagai karyayunani, dan bahkan
khalifah alma’mun telah mendirikan rumah kebijaksanaan ( house of wisdom)
pada abad 9 masehi.sumbangan sarjana islam dapat diklasifikasikan dalam 3
bidang yaitu :
1. Menerjemahkan peninggalan bangsa
yunani dan menyebar luaskannya sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia
barat sperti sekarang ini.
2. Memperluas pengamatan dalam lapangan
ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi dan ilu kimia.
3. Menegaskan system desimal dan
dasar-dasar aljabar.
Dizaman
dinasti abbasiyah perpustakaan darul hikmah membuka pintu terhadap
ilmuan non muslim untuk memanfaatkan dan mempelajari berbagi literature yangada
didalamnya. Pemasaran terhadap hasil hasil IPTEK merupakan suatu wahana untuk
menjamin kontinuitas aaktivitas ilmiah itu sendiri, karena itu pasar yang
bersifat internasional sangatlah dibutuhkan.
Zaman
keemasan islam ditandai dengan kemajuan pesat ilmu matematika yang membangun
mode matematika baru dengan memperkenalkan system desimal. Filusuf muslim
Al-khawarizmi yang mengembangkan trigonometri dengan memperkenalkan teori sinus
dan cosines, tangent dan cotangent.[9]
Al-Khawārizmī (Algorismus atau Alghoarismus) merupakan tokoh penting
dalam bidang matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil dari
namanya. Dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah “algebra” diambil dari
judul karyanya. Dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah “algebra”
diambil dari judul karyanya. Karya-karyanya adalah rintisan pertama dalam
bidang aritmatika yang menggunakan cara penulisan desimal seperti yang ada
dewasa ini, yakni angka-angka Arab. Al-Khawārizmī dan para penerusnya
menghasilkan metode-metode untuk menjalankan operasi-operasi matematika yang
secara aritmatis mengandung berbagai kerumitan, misalnya mendapatkan akar
kuadrat dari satu angka.
Ilmu fisika menampilkan fisikus asal bagdad
musa ibn sakir dan putranya Muhammad, ahmad, dan hasan yang mengarang kitab
Al-hiyal, yang menggambarkan hukum-hukum mekanika dan problem-problem
stabilitas. Ibn Al-haytam (965-1039)yang mengarang kitab Al-munadhir, yang
membuktikan hukum refraksi cahaya. Bidang astronomi pada awalnya menerjemahkan
karya-karya dibidang astronomi klasik pada masa bani umayah dan dilanjutkan
pada masa abbasiyah awal. Ibn habib al farazi (777) merupakan ilmuan muslim
pertama yang menerjemahkan karya Ptolemy yang berjudul almagest. [10]
Di bidang
astronomi, al-Battānī (Albategnius) menghasilkan table-tabel astronomi yang
luar biasa akuratnya pada sekitar tahun 900 M. Ketepatan observasi-observasinya
tentang gerhana telah digunakan untuk tujuan-tujuan perbandingan sampai tahun
1749 M. Selain al-Battānī, ada Jābir ibn Aflaḥ (Geber) dan al-Biṭrūjī
(Alpetragius). Jābir ibn Aflaḥ dikenal karena karyanya di bidang trigonometri
sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga Maslamah al-Majrīṭī (w.
1007 M), Ibn al-Samḥ, dan Ibn al-Ṣaffār. Ibn Abī al-Rijāl (Abenragel) di bidang
astrologi.
Dalam bidang
kedokteran ada Abū Bakar Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī atau Rhazes (250-313
H/864-925 M atau 320 H/932 M) , Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), Ibn Rushd
atau Averroes (1126-1198 M), Abū al-Qāsim al-Zahrāwī (Abulcasis), dan Ibn Ẓuhr
atau Avenzoar (w. 1161 M). Al-Ḥāwī karya al-Rāzī merupakan sebuah ensiklopedi
mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk setiap
penyakit dia menyertakan pandangan-pandangan dari para pengarang Yunani,
Syiria, India, Persia, dan Arab, dan kemudian menambah catatan hasil observasi
klinisnya sendiri dan menyatakan pendapat finalnya. Buku Canon of Medicine
karya Ibnu Sīnā sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 M dan
terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-setidaknya sampai
akhir abad ke-16 M dan seterusnya. Tulisan Abū al-Qāsim al-Zahrāwī tentang
pembedahan (operasi) dan alat-alatnya merupakan sumbangan yang berharga dalam
bidang kedokteran.
Dalam bidang
kimia ada Jābir ibn Ḥayyān dari kuffah yang memiliki laboratoriun\m dekat bawabah
damaskus yang melakukan percobaan pada panca indra, penggunaan metalik dan
lain-lain.[11] Sebagian karya Jābir ibn
Ḥayyān memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode
pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia
yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya.
Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat
yang mencapai ketepatan tinggi. Dalam bidang botani, zoologi, mineralogi, karya
orang Arab mencakup gambaran dan daftar berbagai macam tanaman, binatang, dan
batuan. Beberapa di antaranya memiliki kegunaan praktis, yakni ketika karya
tersebut dihubungkan dengan bidang farmakologi dan perawatan medis. [12]
Selain
disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan
filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w.
1037 M), al-Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn
Ṭufayl atau Abubacer (w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M).
Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani
dapat diakses dan membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber
yang jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan
dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin memperkenalkan filsafat dan
sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia
tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing.
Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen
daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam
filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya
terhadap para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas
non-profesional, yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan
filosof profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan
Franciscan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang
mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali
peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan
lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.
E.
Ilmu Pengetahuan Zaman Renaisans dan Modern
Michelet,
sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah renaisans.
Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai
periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di
Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang
jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Bisa
dikatakan abad pertengahan berakhir tatkala datangnya zaman renaisans. Sebagian
orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans.
Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau
sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era
sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi
perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme,
sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat
dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat
humanisme. [13]
Tokoh penemu di
bidang sains pada masa renaisans (abad 15-16 M): Nicolaus Copernicus (1473-1543
M), Johanes Kepler (1571-1630 M), Galileo Galilei (1564-1643 M), dan Francis
Bacon (1561-1626 M). Copernicus menemukan teori heliosentrisme, yaitu matahari
adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana teori geosentrisme yang
dikemukakan oleh Ptolomeus (127-151). Menurutnya, bumi memiliki dua macam
gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan
mengelilingi matahari. Teori ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam
semesta, terutama astronomi. Kepler adalah ahli astronomi Jerman yang
terpengaruh ajaran Copernicus. Dialah yang menemukan bahwa orbit planet
berbentuk elips; bahwa planet bergerak cepat bila berada di dekat matahari dan
lambat bila jauh darinya. Galileo adalah ahli astronomi Italia yang melakukan
pengamatan teleskopik dan mengukuhkan gagasan Copernicus bahwa tata surya
berpusat pada matahari. Inkuisi takut akan penemuannya dan memaksanya
meninggalkan studi astronominya. Dia juga berjasa dalam menetapkan hukum
lintasan peluru, gerak, dan percepatan. Dialah penemu planet Jupiter yang
dikelilingi oleh empat buah bulan.
Ilmu
opengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah bidang astronomi, tokoh-tokohnya yang terkenal
seperti: Copernicus, kepler, Galileo galilei. Langkah langkah yang dilakukan
oleh Galileo dalam bidang ini adalah menanamkan pengaruh yang kuat bagi
perkembangan ilm pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti;
pengamatan (observation), penyingkiran (elimination), segala hal
yang tidak termasuk dalam peristiwa yan diamati, idealisasi, penyusunan teori
secara spekulatif atas peristiwa tersebut, peramala (prediction),
pengukuran (measurmen), dan percobaan (experience) untuk menguji
teori yang didasarkan pada ramalan matematik.[14]
Selanjutnya
tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad 17-19 M): Sir Isaac Newton
(1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph Black (1728-1799 M), Joseph
Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M), dan J.J. Thompson.
Newton adalah penemu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika yang
mendasari ilmu alam. Pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika,
fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang
amat menarik. Black adalah pelopor dalam pemeriksaan kualitatif dan penemu gas
CO2. Prestley menemukan sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain
dapat dihasilkan oleh tanaman. Lavoiser adalah peletak dasar ilmu kimia
sebagaimana kita kenal sekarang. J.J. Thompson menemukan elektron. Dengan
penemuannya ini, maka runtuhlah anggapan bahwa atom adalah bahan terkecil dan
mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika yaitu fisika nuklir.
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi,
kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi,
geofisika, geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap
selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman
kontemporer.
F.
Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer
Perbedaan
antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman modern adalah era
perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman Kontemporer
adalah era perkembangan terakhir yang terjadi hingga sekarang. Perkembangan
ilmu di zaman ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu
sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik
serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta
aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi, dan
komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan
inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang. [15]
Sasaran
rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan
filsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi
semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini.
Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan
dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan dari
perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday
belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh
penemuan radio, televisi, dan komputer.[35] Dari komputer berkembang ke PC
(private computer), lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA
(personal digital assistans).[36] Semua contoh ini merupakan bukti bahwa
penemuan teknologi sebagai buah perkembangan ilmu masih berkaitan dengan
penemuan-penemuan sebelumnya yang kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik
yang semakin kecil, tetapi memiliki beragam keunggulan yang lebih besar.
Salah satu
hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah teknologi rekayasa
genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon dari Universitas Cambridge
adalah orang pertama yang melakukan teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon
berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong
kloning. Pada tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia
dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian Wilmut berhasil melakukan
kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly. Pada
tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene. Pada tahun
1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Teruhiko
Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari lima
generasi. Pada tahun 2000, Prof. Gerald Schatten berhasil membuat kera kloning
yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai keberhasilan teknik kloning yang
pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan teknik kloning
pada manusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada
beberapa tahapan atau periodesasi yaitu pada zaman purba, zaman pra yunani kuno, pada zaman yunani
kuno, zaman abad pertengahan dan islam klasik,
zaman renaissance dan modern, perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman
kontemporer. Kesemuanya memiliki tahap –tahap perkembangan tersendiri. Menurut George J. Mouly, permulaan ilmu dapat disusur sampai pada
permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan
beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti
keadaan dunia. Masa manusia purba dikenal juga dengan masa pra-sejarah. Menurut
Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, masa sejarah dimulai kurang lebih 15.000
sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini pengetahuan manusia berkembang
lebih maju. Mereka telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung.
Adapun ciri-ciri penting perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dicapai pada zaman yunani kuno ialah:
Adapun ciri-ciri penting perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dicapai pada zaman yunani kuno ialah:
1. Pada masa ini orang memiliki
kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide poendapatnya;
2. Masyarakat pada zaman initidak lagi
mempercayai mitologoi-mitologi yang dianggap sebagai suatu bentuk pseudo
rasional.
Masyarakat
tidak dapat menerima pengalaman yang didasrkan pada sikap receptive attitude (
sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
( suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan
inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis
inilah yang menjadikan bangsa yunani tampil sebagai ahli piker terkenal.
sedangkan zaman Kontemporer adalah era perkembangan terakhir
yang terjadi hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini meliputi hampir
seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta
seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang
teknologi rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer
identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di
berbagai bidang.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Mustansyir, Rizal dan misnal munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: pustaka
pelajar, 2002.
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Dalam Perspektif Sebuah
Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu. Jakarta: Gramedia, 1985.
http://msubhanzamzami.wordpress.com /2010/11/11/ sejarah- perkembangan-
ilmu-pengetahuan/. ( Diakses 25 Desember 2011)
[1] Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), 79.
[2] Jujun S.
Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu (Jakarta: Gramedia, 1985).,87..
[3] http://msubhanzamzami.wordpress.com /2010/11/11/
sejarah- perkembangan- ilmu-pengetahuan/. ( Diakses 25 Desember 2011)
[4] http://msubhanzamzami.wordpress.com
/2010/11/11/ sejarah- perkembangan- ilmu-pengetahuan/. ( Diakses
25 Desember 2011)
[5] Rizal mustansyir dan misnal munir,Filsafat Ilmu (
Yogyakarta: pustaka pelajar, 2002).,126.
[6] http://msubhanzamzami.wordpress.com
/2010/11/11/ sejarah- perkembangan- ilmu-pengetahuan/. ( Diakses
25 Desember 2011)
[7] Rizal mustansyir dan misnal munir,Filsafat Ilmu (
Yogyakarta: pustaka pelajar, 2002).,127.
[8] Ibid, 128
[9] Rizal mustansyir dan misnal munir,Filsafat Ilmu (
Yogyakarta: pustaka pelajar, 2002).,127.
[10] http://msubhanzamzami.wordpress.com
/2010/11/11/ sejarah- perkembangan- ilmu-pengetahuan/. ( Diakses
25 Desember 2011)
[11] Rizal mustansyir dan misnal munir,Filsafat Ilmu (
Yogyakarta: pustaka pelajar, 2002).,127.
[12] http://msubhanzamzami.wordpress.com
/2010/11/11/ sejarah- perkembangan- ilmu-pengetahuan/. ( Diakses
25 Desember 2011).
[13] http://msubhanzamzami.wordpress.com
/2010/11/11/ sejarah- perkembangan- ilmu-pengetahuan/. ( Diakses
25 Desember 2011).
[14] Rizal mustansyir dan misnal munir,Filsafat Ilmu (
Yogyakarta: pustaka pelajar, 2002).,133
[15] http://msubhanzamzami.wordpress.com
/2010/11/11/ sejarah- perkembangan- ilmu-pengetahuan/. ( Diakses
25 Desember 2011)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*