(sumber foto: facebook)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran
yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama islam.
Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits. Untuk
kepentingan pendidikan, dengan melalui proses ijtihad para ulama mengembangkan
materi pendidikan agama Islam pada tingkat yang lebih rinci. Mata pelajaran pendidikan
agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai
ajaran Islam. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat
mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran pendidikan agama islam menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotornya. Tujuan akhir dari mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan agama Islam. Mencapai akhlak yang mulia adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.[1]
Mata pelajaran pendidikan agama islam menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotornya. Tujuan akhir dari mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan agama Islam. Mencapai akhlak yang mulia adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.[1]
Agar dapat memfungsikan, dan merealisasikan hal tersebut, diperlukan suatu pengelolaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang sistematis dan terencana. Berdasarkan hal ini, maka dalam makalah ini akan membahas manajemen proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dari manajemen proses pembelajaran pendidikan agama Islam?
2. Bagaimana
proses pembelajaran pendidikan agama Islam?
3. Bagaimana
problematika guru dan peserta didik dalam pembelajaran PAI beserta solusinya?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manejemen Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management“.
Karena terbawa oleh arus penambahan kata serapan ke dalam Bahasa Indonesia,
maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesiakan menjadi “Manajemen“.
Arti dari Manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan
penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang
diinginkan. [2] Maka, dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar
sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.
Sedangkan pengertian Proses Pembelajaran atau dalam
istilah lain disebut proses belajar mengajar adalah keterpaduan antara konsep
belajar dan konsep mengajar. Belajar dan mengajar adalah dua konsep yang tidak
dapat dipisahkan dalam kegiatan pemebelajaran. Menurut Abuddin Nata proses belajar mengajar
adalah kegiatan interaksi dan saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta
didik, dengan fungsi utama pendidik memberiakan materi pelajaran atau sesuatu
yang mempengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran,
pengaruh atau sesuatu yang diberikan pendidik.
Pandangan lain
tentang proses belajar, menurut Benyamin S. Blom dalam bukunya The Taxonomy
of Educational Objectives-Cognitive Domain, menyebutkan bahwa dengan proses
belajar mengajar kita akan memperoleh kemampuan yang terdiri dari tiga aspek,
yaitu:
a.
Aspek pengetahuan
b.
Aspek sikap
c.
Aspek ketrampilan[3].
Aspek pengetahuan berhubungan dengan kemampuan
individual mengenai dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual
atau mental. Aspek sikap mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai
yang dahulu sering disebut sebagai perkembangan emosional atau moral, sedangkan
aspek ketarampilan menyangkut perkembangan ketrampilan yang mengandung unsur
motoris.
Proses belajar mengajar terkait dengan bagaimana (how
to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan
mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to)
yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs). Karena
itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam
kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang
studi pendidikan yang terkandung di dalam kurikulum, yang menurut Sujana (dalam
Muhaimin) disebut kurikulum ideal/potensial. Selanjutnya, dilakukan kegiatan
untuk memiliki, menetapkan, dan mengembangkan, cara-cara atau strategi
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.[4]
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang
dimaksud dengan manajemen proses pembelajaran (proses belajar mengajar)
Pendidikan Agama Islam adalah pengelolaan atau penyelenggaraan secara efektif
dan efisien proses pembelajaran (proses belajar mengajar) dengan
mengorganisasikan lingkungan anak didik dan diarahkan untuk mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim.
B. Pelaksanaan
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran Pendidikan Islam sebagai suatu proses
kegiatan, terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase proses pembelajaran
yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap
evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:
1. Tahap
Perencanaan
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal
dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang
optimal dalam pembelajaran.
Perencanaan
merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun
berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat
perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat
dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang
direncanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam
membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program
pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan di gunakan.[5]
Dalam konteks desentralisasi pendidikan seiring dengan perwujudan
pemerataan hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan standar kompetensi mata
pelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional dan
global.
Secara
umum guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan
loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang
diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari
mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas
keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam
kelas, tapi sebelum dan sesudah di dalam kelas.[6]
Agama Islam
sebagai bidang studi, sebenarnya dapat diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya.
Harus dikatakan memang ada sedikit perbedaannya dengan bidang studi lain.
Perbedaan itu ialah adanya bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat
sulit dievaluasi. Jadi, perbedaan itu hanyalah perbedaan gradual, bukan
perbedaan esensial.
Beberapa
prinsip yang perlu diterapkan diterapkan dalam membuat persiapan mengajar :
a.
Memahami tujuan pendidikan.
b.
Menguasai bahan ajar.
c.
Memahami teori-teori pendidikan selain teori
pengajaran.
d.
Memahami prinsip-prinsip mengajar.
e.
Memahami metode-metode mengajar.
f.
Memahami teori-teori belajar.
g.
Memahami beberapa model pengajaran yang
penting.
h.
Memahami prinsip-prinsi evaluasi.
i.
Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.
a.
Analisis
Hari Efektif dan analisis Program Pembelajaran
Untuk
mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu membuat analisis
hari efektif selama satu semester. Dari hasil analisis hari efektif akan
diketahui jumlah hari efektif dan hari libur tiap pekan atau tiap bulan
sehingga memudahkan penyususnan program pembelajaran selama satu semester.
Dasar pembuatan analisis hari efektif adalah kalender pendidikan dan kalender
umum.
Berdasarkan
analisis hari efektif tersebut dapat disusun analisis program pembelajaran.
b.
Membuat
Program Tahunan, Program Semester dan Program Tagihan
1)
Program
Tahunan
Penyusunan
program pembelajaran selama setahun pelajaran dimaksudkan agar keutuhan dan
kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam dua semester tetap terjaga.
2)
Program
Semester
Penyusunan
program semester didasarkan pada hasil anlisis hari efektif dan program
pembelajaran tahunan.
3)
Program
Tagihan
Sebagai
bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan tuntutan kegiatan yang
harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian
lisan, tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas
kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto folio.
c.
Menyusun
Silabus
Silabus
diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau
materi pelajaran. Silabus merupakan penjabaran dari standard kompetensi,
kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang
perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standard kompetensi dan kompetensi
dasar.
d.
Menyusun
Rencana Pembelajaran
Kalau
penyusunan silabus bisa dilakukan oleh tim guru atau tim ahli mata pelajaran,
maka rencana pembelajaran seyogyanya disusun oleh guru sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional,
dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber
belajarnya. Karena itu, penyusunan rencana pembelajaran didasarkan pada silabus
dan kondisi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai
harapan.
e.
Penilaian
Pembelajaran
Penilaian
merupakan tindakan atau proses untuk menentukan nilai terhadap sesuatu.
Penilaian merupakan proses yang harus dilakukan oleh guru dalam rangkaian
kegiatan pembelajaran.
Prinsip
penilaian antara lain Valid, mendidik,
berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan,
menyeluruh, bermakna.
Kegiatan
yang harus dilakukan perancang pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengikuti model Kemp adalah sebagai
berikut :[8]
a.
Perkirakan
kebutuhan PAI (learning needs) untuk merancang program pembelajaran; menyatakan
tujuan, kendala, dan prioritas yang harus dipelajari.
b.
Pilih
dan tetapkan pokok bahasan atau tugas-tugas pembelajaran PAI untuk dilaksanakan
dan tujuan umum PAI yang akan dicapai.
c.
Teliti
dan identifikasi karakteristik peserta didik yang perlu mendapat perhatian
selama perencanaan pengembangan pembelajaran PAI.
d.
Tentukan
isi pembelajaran PAI dan uraikan unsur tugas yang berkaitan dengan tujuan PAI.
e.
Nyatakan
tujuan khusus belajar PAI yang akan dicapai dari segi isi pelajaran dan unsur
tugas.
f.
Rancanglah
kegiatan-kegiatan belajar mengajar PAI untuk mencapai tujuan PAI yang sudah
dinyatakan.
g.
Pilihlah
sejumlah media untuk mendukung kegiatan pengajaran PAI.
h.
Rincikan
pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan semua
kegiatan dan untuk memperoleh atau membuat bahan ajar PAI.
i.
Kembangkan alat evaluasi hasil belajar PAI dan hasil
program pengajaran PAI.
j.
Lakukan
uji awal kepada peserta didik untuk mempelajari produk pembelajaran PAI yang
anda kembangkan.
2. Tahap
Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap
penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap
pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap
ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai
strategi metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media.
Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
a.
Aspek
pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi
teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan
pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing komponen
pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan tercakup penggunaan sejumlah
pendekatan secara serempak. Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan dalam
setiap satuan pembelajaran akan bersifat multi pendekatan.
b.
Aspek
Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi
berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri. Strategi
pembelajaran berwujud sejumlah tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang
dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran.
Terkait
dengan pelaksanaan strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik pembelajaran
berhubungan dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi. Untuk
melaksanakan strategi diperlukan kiat-kiat teknis, agar nilai strategis setiap
aktivitas yang dilakukan guru-murid di kelas dapat terealisasi. Kiat-kiat
teknis tertentu terbentuk dalam tindakan prosedural. Kiat teknis prosedural
dari setiap aktivitas guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik
pembelajaran. Dengan perkataan lain, taktik pembelajaran adalah kiat-kiat
teknis yang bersifat prosedural dari
suatu tindakan guru dan siswa dalam pembelajaran aktual di kelas.
c.
Aspek
Metode dan Teknik dalam Pembelajaran
Aktualisasi
pembelajaran berbentuk serangkaian interaksi dinamis antara guru-murid atau
murid dengan lingkungan belajarnya. Interaksi guru-murid atau murid dengan
lingkungan belajarnya tersebut dapat mengambil berbagai cara. Cara-cara
interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut lazimnya
dinamakan metode.
Metode
merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut tentang cara
bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari fungsinya
merupakan seperangkat cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada beberapa
cara dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan berceramah,
berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-lain.
Setiap
metode memiliki aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis yang dimaksud
adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran
d.
Prosedur
Pembelajaran
Pembelajaran
dari sisi proses keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan
yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu
tahap ke tahap selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan
pembelajaran yang konsisten yang berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut
merupakan prosedur pembelajaran.
3. Tahap
Evaluasi
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan
untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil
belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
a. Peserta
akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang
diinginkan.
b. Mereka
mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap
atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara
penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan.[9]
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan
penilaian atas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat
untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan
kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi
sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan
pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat
(seperti dikutip oleh Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
a. Evaluasi
belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar
isian pertanyaan.
b. Evaluasi
belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis
keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri.
c. Evaluasi
belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri,
daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, dan skala
deferensial sematik (SDS).
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta
didik, tetap harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:
a. Memiliki
validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai,
terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
b. Mempunyai
reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang
peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang sama);
c. Menunjukkan
objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah
pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang
tidak ada hubungannya dengan maksud tes);
d.
Pelaksanaan
evaluasi harus efisien dan praktis.[10]
C. Problematika
Peserta didik dan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam beserta
Solusinya.
Dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam banyak sekali permasalahan yang dihadapi yang seringkali
permasalahan tersebut menjadi hambatan untuk mencapai tujuan secara maksimal,
probematika tersebut antara lain:
1. Problem
Anak Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adapun problem-problem yang terdapat pada anak didik adalah
segala yang mengakibatkan adanya kelambanan dalam belajar. Dan hal tersebut merupakan problematika dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam, antara lain:
a.
Karakteristik
Kelainan Psikologi.
b.
Karakter
Kelainan Daya Pikir (Kognitif)
c.
Karakter
Kelainan Kemauan (Motivasi)
d.
Karakter
Kelainan Interaksi (Emosional) Dan Sosial
2. Problem
Pendidik (Guru) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kualitas pembelajaran yang sesuai dengan rambu-rambu PAI
dipengaruhi pula oleh sikap guru yang kreatif untuk memilih dan melaksanakan
berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang relevan dengan kondisi siswa
dan pencapaian kompetensi, akan tetapi pada saat ini guru yang kreatif,
profesional dan komitmen sulit sekali didapatkan karena problematika yang
didapat oleh guru itu sendiri.
Dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah dimana seorang guru mempunyai kualitas yang baik. Secara garis
besar Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas guru sebagaimana
berikut:
a)
Orientasi guru
terhadap profesinya.
b)
Keadaan
kesehatan guru.
Seorang guru harus mempunyai tubuh yang
sehat. Sehat dalam arti tidak sakit dan sehat dalam arti kuat, mempunyai cukup
sempurna energi.[11]
c)
Keadaan ekonomi
guru.
Seorang guru jika terpenuhi
kebutuhannya, maka ia akan lebih percaya diri kepada diri sendiri, merasa lebih
aman dalam bekerja maupun kontak-kontak sosial lainya.[12]
d)
Pengalaman
mengajar guru.
Kian lama seorang guru itu menjadi guru,
kian bertambah baik pula dalam menunaikan tugasnya untuk menuju kesempurnaan. [13]
e)
Latar belakang
pendidikan guru.
Profesi guru itu dalam banyak hal
ditentukan oleh pendidikan persiapannya. [14]
Fazlurrahman
menyatakan Indonesia seperti halnya negara-negara muslim besar lainya
juga menghadapi masalah pokok dalam modernisasi pendidikan Islam yaitu masalah
kelangkaan tenaga kerja yang memadai untuk mengajar dan melakukan riset,
dikarenakan pada gaji yang tidak cukup, kemudian ia mencari pekerjaan tambahan
diluar lembaga pendidikan untuk memenuhi kehidupannya perbulan. Akibatnya etos
kerjanya sebagai pendidik agama di sekolah sangat menurun.
3. Langkah-langkah
dalam Mengatasi Problem Peserta didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
a.
Pada karakter
kelainan psikologi:
Mengadakan pemeriksaan medis
pada anak sebelum memasuki sekolah. Karena kebanyakan mereka memasuki taman
kanak-kanak pada usia dini sehingga, dapat mencegahnya dari penyakit berbahaya
yang dapat melumpuhkan kekuatannya, mempengaruhi perkembanganya saat memenuhi kebutuhan
hidupnya yang mempengaruhi berbagai aspek psiologis, juga dalam keberhasilan.
b.
Pada karakter
kelainan daya fikir (Kognitif)
Pada
problem tersebut maka pendidik sebaiknya mengadakan test untuk mengetahui
kemampuan peserta didik. Apabila mayoritas peserta didik memiliki kemampuan
intelegensi rendah perlu diusahakan dengan cara jalan lain yaitu dengan
menempatkan peserta didik dalam kelas yang memiliki kemampuan rata-rata yang
sama.
c.
Pada karakter
kelainan kemauan (Motivasi)
Sesuai dengan problem yang
ada pada siswa yakni rendahnya kemauan atau motivasi maka ada beberapa langkah
antara lain:
1)
Menarik minat
Melalui minat dapat
ditemukan kemauan dan motivasi karena, kondisi belajar mengajar yang efektif
adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat
yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya
terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang
diminatinya, sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
[15]
2)
Membangkitkan
motivasi siswa
Motif adalah daya
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan
seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapan untuk memulai serangkaian
tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah
suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia
mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat
pula timbul akibat pengaruh dari luar.
Oleh karena itu perlu diketahui cara menimbulkan motivasi.
Di dalam dunia pendidikan setiap kali para pendidik harus dapat menimbulkan
motif tertentu pada diri anak didik. Cara menimbulkan motif tertentu pada diri
anak didik. Cara menimbulkan motif dapat bermacam-macam, namun cara-cara yang
paling efektif adalah sebagai berikut:
-
Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan
sejelas-jelasnya.
-
Menjelaskan
pentingnya mencapai tujuan.
-
Menjelaskan
insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan itu.
-
Perjalanan soal
insentif ini harus benar-benar real berdasarkan bukti-bukti yang nyata.
d.
Dalam upaya
mengatasi karakter kelainan interaksi dan karakter kelainan sosial maka dapat
dilakukan Langkah-langkah yang sama. Guru harus melatih perhatian mereka secara
mendetail sehingga memudahkan mereka mengungkapkan berbagai macam cara atau
kesulitan-kesulitan yang ada kaitannya dalam ketertinggalan dalam belajar.
4. Langkah-langkah
Dalam Mengatasi Problem Pendidik (Guru) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Dalam meningkatkan
etos keja dan meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di sekolah, maka
yang perlu diperhatikan antara lain:
a.
Penghasilan
pendidik dalam mencukupi kebutuhan hidupnya
b.
Seorang
pendidik memahami tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.
c.
Seorang pendidik harus mampu menggunakan variasi metode
mengajar dengan baik, sesuai dengan karakter materi pelajaran dan situasi
belajar. [16]
d. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap guru itu ada kesanggupan dan kemampuan meningkatkan
keahlian dengan usaha mereka sendiri agar sesuai dengan kebutuhan maupun
tuntutan belajar mengajar di sekolah/ madrasah adapun peningkatan kualitas guru
yang dilakukan secara individual meliputi:
1) Peningkatan
profesi melalui diklat, seminar dan lain-lain.
2) Peningkatan
profesi melalui belajar mengajar.
3)
Peningkatan profesi melalui media massa. [17]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manejemen proses
pembelajaran (proses belajar mengajar) Pendidikan Agama Islam adalah
pengelolaan atau penyelenggaraan secara efektif dan efisien proses pembelajaran
(proses belajar mengajar) dengan mengorganisasikan lingkungan anak didik dan
diarahkan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu terbentuknya
kepribadian muslim. Pembelajaran Pendidikan Islam sebagai suatu proses
kegiatan, terdiri atas tiga fase atau tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanan, dan tahap evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.
Strategi Belajar. Bandung: Pustaka Setia, 1992.
Depdiknas. Kurikulum 2004 SMA,
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Depdiknas, 2003.
Indrakusuma, Amir Daim.
Pengantar Ilmu Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional, 1973.
Kusrini, Siti dkk. Keterampilan Dasar Mengajar (PPL 1): Berorientasi
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
2005.
Majid, Abdul dan Andayani,
Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum
2004. Bandung: PT Rosda Karya, 2004.
Mufarrokah, Anissatul. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta :
Teras, 2009.
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan
Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2001.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Nasution. Teknologi Pendidikan . Bandung: Jenmers, 1962.
Partanto, Pius A. dan al-Barry, M.Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya :
Arkola, 1994.
Piet Sahertian Dan Ida Aleda Sahertian. Supervise Pendidikan Dalam
Rangka Program Inservise Education. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2004.
Saifullah, Ali. Antara
Filsafat Dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1989.
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam. Yogjakarta : Teras, 2009.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru
Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
[1] Depdiknas, Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus
dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Depdiknas,
2003), hlm. 2.
[2] Pius A.Partanto, M.Dahlan al-Barry, Kamus
Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, 1994), 434
[3] Nasution, MA, Teknologi
Pendidikan , (Bandung: Jenmers, 1962), 34.
[4] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001),
145.
[5] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum..(Bandung: PT Rosda Karya, 2004), 91.
[6] Dede Rosyada, Paradigma
Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2004), 112.
[7] Siti Kusrini.dkk, Keterampilan Dasar Mengajar (PPL 1): Berorientasi
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang,
2005), 130-139.
[9] E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum
2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 169.
[10] Ibid,. 171.
[11] Amir Daim Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya:
Usaha nasional, 1973), 173.
[12] Piet Sahertian Dan Ida
Aleda Sahertian, Supervise Pendidikan
Dalam Rangka Program Inservise Education (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 129.
[13] Amir Daim
Indrakusuma, Pengantar Ilmu., 179.
[14] Ali Saifullah, Antara Filsafat Dan
Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), 21.
[16] Abu Ahmadi, Strategi
Belajar , (Bandung: Pustaka Setia, 1992), 87.
[17] Suryo Subroto, Dimensi-dimensi
Administrasi Pendidikan Di Sekolah (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 141.