A. Pendahuluan
Nabi Muhammad adalah sosok daripada seorang pemimpin yang benar-benar menjadi pedoman bagi umatnya. Sehingga ketika beliau wafat, umat muslim tergoncang keadaannya karena ditinggal oleh pemimpin umat yakni Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi ketika wafatnya Rasulullah SAW. Umat Islam bergerak untuk mencari seseorang yang cocok menggantikan dan meneruskan perjuangan Islam. Dipilihlah Abu Bakar. Kemudian digantikan oleh Umar bin Khattab.
Ketika Umar bin Khattab akan meninggal, beliau menunjuk enam anggota sahabat untuk menentukan siapa yang berhak memimpin untuk meneruskan perjuangan umat Islam berikutnya. Dan dari hasil ke enam anggota yang dipilih oleh Umar bin Khattab, terpilihlah Utsman bin Affan menjadi khalifah berikutnya.
Untuk lebih mengetahui tentang Khalifah Utsman bin Affan, penulis akan membaginya dalam:
1. Biografi Utsman bin Affan.
2. Kekhalifahan Utsman bin Affan.
B. Pembahasan
1. Biografi Utsman bin Affan
Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qusayyi. Beliau merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy. Beliau dilahirkan ketika Rasulullah SAW. Berusia lima tahun dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang kaya raya. Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan dermawan. Ketika telah memeluk agama Islam, pada usia 34 tahun bersama Thalhah bin Ubaidilah, selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal sebagai seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW memerintahkan Utsman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang sakit keras.
Sebagai seorang hartawan yang kaya raya, Utsman mempergunakan hartanya demi kejayaan Islam. Ia tak segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang, maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama Islam. Sesungguhnya gelar yang paling utama dan paling pantas baginya dalam melukiskan hakikat dirinya, adalah “Muhajir” (orang yang berpindah). Karena dari kedudukannya yang tinggi, dari kehartawanannya dan dari pengaruhnya yang tiada terbatas, ia pergi menyerahkan diri kepada Allah dan kepada Rasul-Nya untuk menyediakan diri dalam berdakwah.
Utsman merupakan sahabat nabi yang sangat kaya, tetapi berlaku sederhana dengan lebih menggunakan kekayaannya untuk kejayaan Islam. Seperti menyumbang 950 ekor unta, 50 baghal dan 1000 dirham dalam ekspansi melawan pasukan Romawi di Ghasaniyah dalam perang Tabuk. Membeli mata air orang Romawi dengan harga 20.000 dirham lalu diwakafkan untuk kepentingan umat Islam. Beliau juga pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis. Beliau juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy terhadap muslimin di Mekkah, dan ikut hijrah ke Abesinia beserta istrinya.
Utsman bin Affan, Khalifah Islam ketiga yang saleh itu, dilahirkan pada tahun 573 M di dalam marga Umayah dari keluarga besar Quraisy. Nabi sangat mengaguminya karena kesederhanaan, kesalehan, dan kederma¬wanannya, dan memberikan dua putrinya untuk dinikahi olehnya secara berurutan. Yaitu ketika Ruqayyah meninggal, beliau dikawinkan dengan Ummu Kulstum, putri Nabi yang lain. Karena itu beliau mendapat julukan dzu al-Nurain (yang mempunyai dua cahaya). Ketika putrinya yang kedua meninggal, dia (Nabi) berkata bahwa seandainya dia (Nabi) mempunyai putri yang lain, pasti dia telah menikahkannya dengan Utsman. Utsman bin Affan termasuk sahabat yang telah diberi kabar gembira oleh Rasulullah akan masuk surga. Ada diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. Pernah bersabda: “Tiap-tiap Nabi mempunyai teman, temanku di surga ialah Utsman”.
Utsman melaksanakan tugas-tugas dengan baik bagi tujuan Islam. Dia menderita penganiayaan bersama nabi di tangan orang-orang Quraisy dan dia menyertai migrasi ke Abesinia bersama istrinya. Utsman adalah orang yang sangat kaya, dan dia menyerahkan kekayaan itu kepada Nabi untuk melayani Islam. Di dalam pembangunan masjid dan sumur di Madinah dan untuk memenuhi biaya peperangan Islam, Utsman mem¬berikan bantuan keuangan yang paling besar setelah Abu Bakar. Dia mengambil bagian yang sangat penting di dalam semua kegiatan Nabi, dan dengan demikian dia memperoleh kedudukan yang terhormat di an¬tara para sahabat Nabi. Selama kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, Utsman merupakan salah seorang dari penasihat dan pembantu utama di dalam urusan negara.
2. Kekhalifahan Utsman Bin Affan
a.Proses Pengangkatan Menjadi Khalifah
Penobatan Utsman bin Affan sebagai khalifah berbeda dengan apa yang telah dilakukan Abu Bakar kepada Umar yang melalui jalan konsultasi dan penunjukan. Proses suksesi kepemimpinan dari Umar kepada Utsman dilakukan setelah Umar menderita sakit akibat tikaman. Dimulai dengan kekhawatiran umat Islam ketika melihat kondisi Umar yang makin melemah. Para sahabat meminta Umar untuk menunjuk seseorang sabagai penggantinya, tetapi usulan ini ditolak oleh Umar. Bahkan ketika anaknya Abdullah ibn Umar ada yang mengusulkan untuk menjadi penggantinya Umar sangat marah. Kemudian Umar mengkonsentrasikan segenap jiwanya untuk tunduk dan khusyu’ kepada Allah. Ia memohon agar diberi petunjuk oleh Allah SWT., kemudian ia memejamkan matanya dan dipusatkan perhatiannya. Dan secepatnya tampaklah nur Ilahi dan seolah-olah hadir dalam kenangannya hari yang telah jauh tetapi dekat, yakni ketika mereka memasang telinga kepada Rasulullah, yang memanggil dan memberi nasihat kepada mereka, beberapa hari sebelum wafatnya, sabdanya:
“Hai umatku.......!
Abu Bakar sedikitpun tak pernah mengecewakanku, maka ketauhilah haknya itu!”
“Hai umatku.....!
Saya ridha kepada Umar, kepada Ali, Utsman, Thalhah bin Ubaidilah, Zubaer bin Awwam, Sa’ad bin Malik, Abdurrahman bin Auf serta kepada orang-orang muhajirin yang mula pertama,maka ketauhilah pula haknya mereka itu!”.
Akhirnya Umar mengambil langkah membentuk formatur yang terdiri dari enam orang, yaitu: Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn Auf, Zubair ibn Awwam, dan Thalhah ibn Ubaidillah ditambah Abdullah ibn Umar yang hanya menjadi anggota tanpa hak dipilih. Mekanisme pemilihan Khalifah dilakukan dengan :
1) Formatur ini bekerja paling lama 3 (tiga) hari setelah Umar meninggal dunia;
2) Dilakukan musyawarah mufakat untuk menyepakati satu nama;
3) Jika terjadi perbedaan dengan perbandingan 4 sampai 5 orang sepakat, maka 1 sampai 2 orang yang tidak sepakat harus disadarkan;
4) Jika suara berimbang, mereka harus memasukkan Abdullah ibn Umar menjadi pemilih, siapa yang dipilihnya dia yang menjadi Khalifah
5) Jika Abdullah tidak diperbolehkan memilih, maka calon yang dipilih oleh Abdurrahman ibn Auf yang harus diterima.
Setelah Umar meninggal, 5 orang formatur bersidang, karena Thalhah sedang tidak berada di Madinah. Setelah pembicaraan berjalan alot karena masing¬ masing formatur tidak ada yang mengalah, akhirnya Abdurrahman mengundurkan diri. Masyarakat ketika itu terpecah antara mendukung Utsman dan Ali.
Ketika itu diketahui, Abdurrahman bertanya kepada Ali "Seandainya bukan kamu, siap yang pantas menjadi Khalifah?", Ali menjawab :"Utsman". Dan ketika ditanyakan kepada Utsman tentang hal itu, dijawab oleh Utsman “Ali". Abdurrahman lalu memanggil Ali untuk menanyakan kesanggupan bila terpilih menjadi Khalifah, Ali menjawab: "Saya harap dapat berbuat sejauh pengetahuan dan kemampuan saya". Ketika pertanyaan itu disampaikan kepada Utsman, ia menjawab :"Ya, Saya sanggup". Berdasarkan jawaban inilah, akhirnya Utsman bin Affan dipilih sebagai khalifah, karena ketegasan jawabannya, sedang Ali sangat kecewa. Dan sejak saat Utsman dibai'at oleh seluruh umat Islam untuk memimpin menjadi khalifah.
b. Kebijakan khalifah Usman Bin Affan
Masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan adalah selama 12 tahun (24-36 H/644-656 M). Para pencatat sejarah membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi dua periode, ialah 6 tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik, dan 6 tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buruk. Setelah menjadi Khalifah, beberapa hal yang dilakukan oleh Utsman antara lain:
1) Perluasan wilayah
Khalifah Utsman memerintah imperium muslim selama kira-kira 12 tahun. Selama kekhalifahannya, imperium Arab meluas di Asia dan Afrika. Pada permulaan pemerintahannya terjadi suatu pemberontakan oleh orang-orang Persia yang dihasut oleh Yazdagird. Khalifah me¬madamkan pemberontakan itu, kemudian diikuti oleh penyerbuan jen¬deral-jenderal Arab ke Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah. Wilayah¬-wilayah ini diserbu dan ketua-ketua suku Afganistan, Balkh, Turkestan, dan Korasan dipaksa untuk mengakui kedaulatan kekhalifahan dan harus membayar upeti kepada khalifah.
Di Afrika, Abdullah menandingi keagungan-keagungan pendahulunya, "Penakluk Mesir", dengan penaklukan koloni Romawi di Tripoli. Dengart tujuan mengakhiri penyerbuan-pernyerbuan dan permusuhan-p4kmusuhan Romawi, Abdullah menyerbu dengan pasukannya ke Tripoli. Gubernur Romawi, Gregorius, memberi perlawanan dengan suatu kesatuan yang terdiri atas 120.000 orang Romawi. Orang-orang Arab mengalahkan mereka dengan penjagalan yang mengerikan dan menduduki seluruh pro¬pinsi Romawi itu, yakni Tripoli (1652 M).
Dari seluruh penaklukan selama tiga khalifah ini, wilayah Islam telah membentang dari Afrika, hingga Persia. Dari bagian timur jazirah Arabia, hingga kepulauan Mediterania. Di masa Utsman, negeri-negeri: 1) Barqah, 2)Tripoli Barat dan 3) bagian selatan negeri Nubah, telah masuk dalam wilayah Islam. Kemudian negeri-negeri Armenia dan beberapa bagian Thabaristan, bahkan kemajuan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria). Jadi daerah “Ma waraan Nahri” (negeri-negeri seberang sungai Jihun) telah masuk wilayah Islam. Negeri-negeri Balkh (Baktaria) Harah, Kabul dan Ghaznah di Turkistan telah diduduki kaum muslimin.
2) Pembangunan angkatan laut
Khalifah Utsman patut diingat terutama karena pembangunan angkatan laut Arabnya. Sebagai Gubernur Siria, Muawiyah harus menghadapi serangan-serangan angkatan laut Romawi di daerah-daerah pesisir propinsinya. Untuk memukul mundur penyerbuan-penyerbuan, dia me¬rasakan perlunya suatu angkatan laut. Oleh karena itu, dia membangun suatu angkatan laut, dan dengan bantuannya dia berhasil melawan penyerbu-penyerbu Romawi. Bahkan Muawiyah mengirimkan suatu ekspedisi angkatan laut di Pulau Siprus. Dia mengalahkan penguasa Romawi di tempat itu, dan memaksa pulau itu untuk membayar upeti kepada khalifah.
Bangsa Romawi juga menyerang Mesir dari laut, dan pada tahun 646 M. bahkan mereka menduduki Alexandria. Namun, Amar bin Ash memukul mundur mereka dan merebut kembali pelabuhan itu. Sekali lagi pada tahun 651 M. Romawi menyerbu Mesir dengan suatu armada yang besar.
Salah satu pertempuran yang terpenting di laut adalah pertempuran “dzatis sawari” (pertempuran tiang kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31 H di Laut Tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara romawi di bawah pimpinan Kaisar Constatine dengan balatentara Islam dibawah pimpinan Abdullah ibnu Abi Sarah, yang jadi gubernur di Mesir. Konon kabarnya dalam pertempuran kapal ini banyak sekali kapal yang digunakan. Kapal-kapal ini berjumlah 1000 kapal. 200 buah kepunyaan orang muslim dan sisanya adalah milik tentara Romawi. Dalam peperangan ini orang muslim berhasil mengalahkan bangsa Romawi.
3) Penyusunan Al-Quran
Karya besar Utsman lainnya yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah susunan kitab suci Al-Quran. Penyusunan al-Quran dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan al-Quran. Dikisahkan bahwa selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan perselisihan tentang bacaan al-Quran muncul dikalangan tentara muslim, yang sebagiannya direkrut dari Suriah dan sebagiannya lagi dari Irak. Ketua dewan penyusunan al-Quran ialah Zaid ibn Sabit yang mengumpulkan tulisan-tulisan al-Quran antara lain ialah dari Hafsah, salah seorang istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah al-Quran untuk dikirimkan ke wilayah-wilayah gubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.
4) Langkah politik khalifah Utsmnan bin Affan
Langkah politik Utsman adalah menyempurnakan pembagian kekuasaan pemerintah dengan menekankan sistem kekuasaan terpusat (sentralisasi) dari seluruh pendapatan propinsi dan menetapkan juru hitung Safawi. Langkah ini merupakan langkah yang strategis untuk menata administrasi kenegaraan karena makin luasnya wilayah kekuasaan dan makin banyak pegawai dan pasukan yang harus mendapat gaji, bahkan pendapatan negara ia bagi-bagikan untuk kepentingan kalangan migran orang Arab di daerah-daerah pendudukan yang jumlahnya semakin meningkat.
Kebijakan yang brilian inilah saling dimanfaatkan antara Utsman yang memang berasal dari aristokrat Makkah bani Umayyah dan keluarga besar Bani Umayyah, usman cenderung kepada Bani Umayyah atau bani-bani yang lain, yang ada di Makkah, sehingga dapat dikatakan ia terlalu terikat dengan kepentingan orang-orang Makkah. Hal ini dapat dilihat dari perilaku Usman dengan mengangkat juru hitung yang diambil dari kalangan kerabatnya sendiri, begitu juga ketika Utsman mengangkat sekretaris utama, dia ambil dari saudara sepupunya yaitu Marwan ibn Hakam. Pilihan ini bisa dibenarkan karena merekalah dalam pandangan dan sepengetahuan Utsman mempunyai kemampuan untuk mengurus administrasi kenegaraan, selain lebih mudah mengorganisir kepentingan negara. Namun niat baik Utsman ini dimanfaatkan oleh sanak saudara dari Bani Umayyah seperti pada masa sebelum Islam.
5) Terjadinya fitnah kepada khahlifah Utsman bin Affan
Sebagian besar masa pemerintahan Utsman dilalui dengan keamanan, stabilitas, dan kemakmuran. Namun demikian, Allah menghendaki akhir masa pemerintahannya terjadi gejolak. Terjadi bencana besar (fitnah kubra) yang kemudian mengakibatkan terbunuhnya Utsman secara terzalimi dan terjadi perpecahan umat serta renggangnya kesatuan mereka.
Semua itu mungkin disebabkan adanya perubahan kondisi dunia Islam pada masa pemerintahan Utsman di mana wilayah kekuasaan Islam semakin luas dan banyaknya bangsa-bangsa yang masuk ke dalam pangkuan Islam. Kini dalam Islam telah masuk berbagai ras dan bahasa yang berbeda. Maka dari itu, terdapat kesulitan untuk menyatukan mereka dalam satu manhaj. Di samping itu, mereka adalah pemeliik Islam baru dan belum mengakarnya Islam di dalam diri mereka.
Pada sisi lain saat itu kekayaan kaum muslimin demikian banyak dan manusia cenderung untuk boros, serlang untuk diam. Pada saat yang sama sahabat-sahabat Rasulullah telah menyebar ke berbagai tempat dan pelosok. Sedangkan, Khalifah Utsman dikenal sebagai sosok yang lemah lembut, sangat penyabar serta sangat kasih pada setiap orang. Dia selalu menjauhi tindakan yang akan menumpahkan darah. Ditambah lagi usianya yang sangat tua di mana saat itu dia telah berusia 82 tahun.
Perubahan ini telah mendorong manusia-manusia yang ingin melakukan fitnah untuk menyalakan api fitnah. Karena, mereka rakus akan kekuasaan dan kedudukan. Juga karena keinginan mereka untuk memecah-belah kau muslimin dan kesatuan mereka.
Berkobarlah fitnah besar di tengah kaum muslimin yang dikobarkan oleh Abdullah bin Saba', seorang Yahudi asal Yaman yang pura-pura masuk Islam. Orang ini telah berkeliling di berbagai kota kemudian menetap di Mesir. Dia kemudian menaburkan keraguan di tengah manusia tentang akidah mereka ctan mengecam Utsman dan para Gubernurnya. Dia dengan gencar mengajak semua orang untuk menurunkan Utsman dan menggantinya dengan Ali sebagai usaha menaburkan benih fitnah dan benih perpecahan. Maka, mulailah pecah fitnah di Kuffah pada tahun 34 H/ 654 M. Mereka mulai menuntut kepada khalifah untuk mengganti Gubernur Kuffah. Akhirnya, Utsman menggantinya untuk memenuhi tuntutan mereka dan sebagai upaya untuk meredam fitnah yang lebih besar.
Setelah itu ada sejumlah besar manusia yang datang menyerbu Madinah untuk mendebat khalifah. Mereka datang dari Kuffah, Bashrah, dan Mesir pada saat yang bersamaan. Ali mencegah mereka dan menerangkan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah kesalahan besar. Apalagi, Khalifah juga melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri dengan pembelaan yang sangat masuk akal. Maka, pulanglah para pemberontak itu dengan tangan hampa. Abdullah bin Saba' paham bahwa kesempatan yang telah dia bangun selama bertahun-tahun tampaknya akan lenyap begitu saja. Maka, dia mencari siasat licik dan mengatur strateginya. Dia membuat sebuah surat palsu atas nama Khalifah, Ali, dan Aisyah yang di dalamnya berisi tulisan bahwa Khalifah akan mengundurkan diri dan Ali akan naik. Disebutkan bahwa siapa saja yang tidak setuju, maka orang yang bersangkutan akan dibunuh.
Kebencian terhadap Khalifah Utsman makin membara di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Di Mesir hasutan selain karena ketidaksenangan rakyat terhadap Abdullah ibn Sa'ad, saudara angkat Khalifah, yang menggantikan Amr ibn Ash, juga karena adanya konflik pembagian harta rampasan perang. Di Kuffah dan Basrah sebagai basis pendukung kekuatan Ali pun muncul ketidak senangan terhadap Khalifah. Mereka diprakarsai oleh talhah dan Zubair menentang Gubernur yang diangkat oleh Khalifah.
Bermula dari keberhasilan pemberontakan di Mesir yang berhasil mengusir Gubernur Abdullah ibn Sa'ad, mereka sekitar 500 orang dari Fustat menuju Madinah. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan pemberontak dari Kuffah dan Basrah, kemudian bergabung untuk meminta Khalifah mendengar keluhan dan aspirasinya. Khaliah akhirnya menuruti kemauan untuk mengangkat Gubernur di Mesir. Ketika Muhammad ibn Abu Bakar, dinobatkan menjadi Gubernur, mereka merasa puas dan pulang ke Mesir. Namun di tengah perjalanan pulang, mereka menemukan surat yang berisi berita bahwa mereka harus dibunuh, dimana yang menulis surat tersebut adalah Marwan ibn Hakam. Maka berbaliklah para pemberontak menuju Madinah, menuntut supaya marwan diserahkan kepadanya. Ketika Utsman menolak tuntutan tersebut, dan penyelesaian secara damai yang diprakarsai Ali ditolak mereka, maka dikepunglah rumah Khalifah. Orang yang pertama menancapkan senjatanya adalah al-Ghafiqi, kemudian di ikuti oleh pemberontak-pemberontak lainnya. Tepat pada saat Khalifah sedang membaca A1-Qur'an tanggal 17 Juni 656 M), akhirnya Utsman meninggal dunia karena dibunuh pemberontak. Pemerintahan Khalifah Utsman masih dapat disebut sebagai pemerintahan demokratis, karena Khalifah tidak pernah menunjukkan sikap represif, bahkan dia sangat baik dan saleh seluruh waktunya banyak digunakan untuk ibadah. Namun perilaku bawahannya yang tidak bisa diawasi karena faktor yang sudah tua dan lemah pada Utsman inilah yang menjadi pemerintahannya berkurang demokrasinya.
Perilaku politik nepotisme dengan menempatkan Bani Umayyah menempati posisi penting dalam pemerintahan Utsman, dalam pandangan sahabat dan masyarakat Madinah menjadi titik kelemahan. Maka muncullah kebencian rakyat yang pada beberapa waktu kemudian meletuslah pemberontakan dan pembangkangan di beberapa negeri yang dilakukan oleh orang-orang yang kecewa terhadap kebijaksanaan Khalifah. Adapun tokoh-tokoh yang dipercaya Utsman menempati posisi strategis selain Marwan ibn Hakam adalah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan yang menempati posisi Gubernur di Suriah. Walid ibn Uqbah menjadi Gubernur di Iraq, dan Abdullah ibn Sa'ad Gubernur Mesir. Perilaku ini telah menempatkan Utsman menyandang Khalifah secara simbolik, tanpa menjalankan pemerintahan. Dalam instruksi pertamanya yang segera dikirimkan kepada para Gubernurnya menekankan bahwa Allah memerintahkan agar para pemimpinnya bertindak sebagai pamong bagi rakyat dan bukan sebagai pengutip pajak. Kemudian dia memerintahkan hendaknya dalam pengelolaan urusan masyarakat disamping meminta kepada rakyat agar patuh akan kewajiban mereka, para Gubernurpun memenuhi hak rakyat, baik yang beragama Islam maupun yang bukan Islam.
Ketidaksenangan mereka terhadap Utsman sebetulnya sudah dimulai sejak terpilihnya Utsman menjadi Khalifah, terutama orang-orang yang meyokong Ali ibn Abi Thalib, yaitu orang-orang Badui dan penduduk Mesir. Kebencian ini akhirnya menimbulkan tuduhan terhadap Utsman, bahwa ia telah membagikan harta Negara kepada kerabat Khalifah seperti Hakam mendapatkan tanah Fadah kemudian Abdullah diizinkan mengambil sendiri seperlima harta rampasan perang di Tripoli. Tuduhan yang lain adalah bahwa Utsman tidak bertindak atas perilaku Marwan yang mengambil dan menyalahgunakan harta Baitul Maal dan Muawiyah mengambil alih tanah negara di Suriah.
Terhadap tuduhan ini Utsman menolak keras bahwa apa yang ia berikan diambil dari kekayaan pribadinya, bukan diambil dari perbendaharaan negara. Bahkan berargumentasi bahwa ia menjadi miskin saat manjadi Khalifah karena tidak sesenpun dari uang gajinya diambil. Sedangkan harta kekayaan yang dimiliki dan dikumpulkan sebelum jadi Khalifah ia pakai untuk membantu sanak famili sedangkan ia sekarang tidak mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan harta lagi, karena lebih konsentrasi pada amanat menjadi Khalifah mengurusi umat.
C. Kesimpulan
Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qusayyi. Beliau merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy. Beliau dilahirkan ketika Rasulullah SAW. Berusia lima tahun dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Kekhalifahan Utsman Bin Affan yakni meliputi Proses Pengangkatan beliau Menjadi Khalifah, yakni dengan dipilih melalui enam anggota yang telah dipilih oleh Umar bin Khattab. Kebijakan khalifah Utsman Bin Affan yakni meliputi: Perluasan wilayah. Wilayah Islam pada masa Utsman adalah membentang dari Afrika, hingga Persia. Dari bagian timur jazirah Arabia, hingga kepulauan Mediterania. Pembangunan angkatan laut, angkatan laut pada masa Utsman sangtlah tangguh sehingga dapat menaklukkan negara lain. Penyusunan Al-Quran, pada masa Utsman terjadi perbedaan dalam pelafalan al-Quran, sehingga beliau menyeragamkannya dan mengirimkannya ke setiap wilayah Islam. Dan Utsman bin Affan terbunuh karena terjadinya fitnah dalam masa kepemimpinannya, sehingga di akhir kepemimpinannya beliau terbunuh oleh kaum yang tidak menyukai terhadap beliau. Dalam masa pemerintahannya beliau termasuk khalifah yang berhasil, meskipun dalam masa akhir jabatannya banyak kelemahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007.
Karya, Sokama dkk. Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.
Mahmudunnasir, Syed. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 1994.
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, 1997.
Muh. Kalid, Khalid. Khalifah Rasulullah. Bandung: Diponegoro, 1985.
Sadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UII Press, 1990.
Sholihan, M. Sejarah Kebudayaan Islam. Tri Bakti, 1991.
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Al Husan Zikra, 1997.
Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. Surabaya: Pustaka Islamika, 2003.
Tim Karya Ilmiah Purnasiswa MHM. Sejarah Tasyri’ Islam. Kediri: Forum Pengembangan Intelektual Islam Lirboyo, 2006.
al-Usyairi, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Aksara, 2003.