INSTUTI PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM ADANYA MADRASAH
Foto: David Fajar (sumber foto: facebook)
Oleh: David Fajar
(Seorang Wirausahawan dan Mahasiswa S2 Program Pascasarjana STAIN Kediri Angkatan September 2011)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Islam pada awal perkembangannya sudah mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran. Lembaga pendidikan dan
pengajaran pada saat itu dinamakan “kuttab”, disamping masjid, rumah, istana,
dan perpustakaan. Kuttab adalah suatu lembaga pengajaran yang khusus sebagai
tempat belajar membaca dan menulis. Pada mulanya
guru-guru kuttab tersebut adalah orang-orang nonmuslim, terutama orang-orang
Kristen dan Yahudi. Oleh karenanya pada awal Islam kuttab dijadikan tempat
belajar membaca dan menulis saja, sedangkan pengajaran al-Qur’an dan
dasar-dasar agama diberikan di masjid oleh guru-guru khusus. Kemudian untuk
kepentingan pengajaran menulis dan membaca bagi anak-anak, yang sekaligus juga
memberikan pelajaran al-Qur’an dan dasar-dasar agama, diselenggarakan
kuttab-kuttab yang terpisah dari masjid.
Dalam perkembangan selanjutnya,
kuttab tersebut dijadikan sebagai pendidikan tingkat dasar, sedang Masjid dalam
bentuk halaqah yang memberikan pendidikan dan pengajaran tentang berbagai ilmu
pengetahuan, merupakan pendidikan tingkat lanjutan. Pendidikan di Masjid ini,
biasanya hanya untuk orang-orang dewasa dengan sistem halaqah (lingkaran). Dari
situlah muncul ulama-ulama besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan agama
Islam, dan dari situ pula muncul mazhab-mazhab dalam berbagai bidang disiplin
ilmu yang pada masa itu disebut madrasah.
Dalam arti etimologis yaitu
aliran atau jalan pemikiran. Untuk menampung
kegiatan halaqah yang semakin marak sejalan dengan meningkatnya jumlah pelajar
dan berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang maka dibangun ruang-ruang khusus
untuk kegiatan halaqah tersebut di sekitar masjid dan dibangun pula
tempat-tampat khusus untuk para guru dan pelajar sebagai tempat tinggal dan
tempat kegiatan belajar mengajar yang disebut dengan nama “Zawiyah” atau
“Ribath”. Pada dasarnya timbulnya madarasah
didunia Islam merupakan usaha pengembangan dan penyempurnaan zawiyah-zawiyah
tersebut guna menampung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
jumlah pelajar secara kuantitas semakin membengkak.
Beberapa pengertian di atas,
terjadi karena aliran-aliran yang timbulsebagai akibat perkembangan ajaran
agama Islam dan ilmu pengetahuan ke berbagai bidang saling berebutan pengaruh
di kalangan umat Islam dan berusaha untuk mengembangkan aliran atau mazhabnya
masing-masing.Maka terbentuklah madrasah-madrasah dalam pengertian kelompok pemikiran,
mazhab atau aliran tersebut. Itulah sebabnya mengapa sebagaian besar madrasah
yang didirikan pada masa itu dihubungkan dengan nama-nama mazhab yang mashur,
misalnya madrasah Syafi’iyah, Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Jadi
kata “madrasah” pada awal perkembangannya, diartikan jalan pemikiran seorang
pemikir atau kelompok pemikir dalam suatu bidang ilmu, kemudian diartikan
tempat belajar atau lembaga pendidikan dan pengajaran seperti sekolah yang
berkonotasi khusus yaitu yang banyak mengajarkan agama Islam atau ilmu-ilmu
keIslaman. Kedua arti tersebut masih terasa dilakukan mayoritas umat Islam
sampai sekarang, karena madrasah merupakan tempat penyebaran paham aliran atau
mazhab yang dianut untuk disosialisasikan ke seluruh umat. Misalnya madrasah NU
yang disebut dengan “Al-Ma’arif” menyebarkan misi Syafi’iyahnya, dan madrasah Muhammadiyah
yang membawa paham kemuhammadiyahannya, dan seterusnya. Pertama kali timbul istilah “Madrasah” adalah berkenaan dengan upaya khalifah
Abbasiyah Harun al-Rasyid guna menyediakan fasilitas belajar ilmu kedokteran
dan ilmu-ilmu penopang lainnya dilingkungan klinik (Bimaristain) yang
dibangunya di Baghdad. Komplek ini dikenal dengan sebutan “Madrasah Baghdad”.
Namun kelihatannya pemakaian istilah tersebut cenderung anatema, terutama kalau
diperhatikan tidak adanya kelanjutan dari madrasah Baghdad, kecuali munculnya
Bait al-Hikmah dimasa Makmun.
B.
RUMUSAN MASALAH
Apa saja instuti pendidikan Islam sebelum adanya madrasah ?
BAB II
PEMBAHASAN
INSTUTI PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM ADANYA MADRASAH
A.
KUTTAB
Kuttab adalah kata jadian dari "kataba", yang biasanya
digunakan sebagai tempat belajar tulis menulis, bahkan kuttab ini sudah dikenal
pada masa Jahiliyah. Namun
perkembangan kuttab pada masa ini masih terbilang lambat hingga ketika Islam
datang ke daerah Arab ini hanya ditemukan 17 orang Quraisy saja yang pandai
baca tulis.Kuttab pra Islam ini selain digunakan untuk belajar baca tulis juga
sebagai tempat pengajaran kitab Taurat dan Injil, filsafat danjadal. Dan
kegiatan pada era ini ditujukan untuk penyebaran agama Yahudi dan Kristen
terhadap pemeluk agam
a yang lain seperti Majusi dan masyarakat Arab pagan. Setelah kedatangan
Islam, posisi kuttab pun masih digunakan untukbelajar baca tulis.
Ahmad Syalabi memetakan dua macam kuttab yang dibedakan berdasarkan materi
pelajaran yang disampaikan, tenaga pengajar dan masa tumbuhnya, yakni pertama,
kuttab yang menjalankan fungsinya sebagai institusi yang mengajarkan baca tulis
dengan teks dasamya puisi-puisi Arab dan sebagian besar guru-gurunya adalah
non-muslim, sedangkan kuttab kedua adalah mengaJarkan alquran dan ajaran dasar
Islam. Pada awalnya pendidikan kuttab dilaksanakan di rumah para guru atau
perkarangan sekitar mesjid, namun setelah Islam berkembang meluas.
Kurikulum pendidikan pada kuttab ini
hingga abad ke-4 H menunjukkan penekanannya pada pelajaran baca tulis alquran
bagi anak-anak muslim. Adapun yang membedakan antara suatu kuttab dengan kuttab
lainnya adalah penekanan materi pengajaran karena disesuaikan dengan kebutuhan
daerah masing-masing dan pertimbangan ulama-ulamanya, namun penekanannya
tetaplah pengenalan anak-anak muslim terhadap ilmu membaca dan menulis alquran
serta prinsip-prinsip ajaran Islam.
Kuttab di Maroko sangat menekankan pengajaran alquran dengan pendekatan ontografi
(mengenali satu bentuk kata dalam hubungannya dengan bunyi bacaan).Kuttab di
Andalusia sangat mengutamakan menulis dan membaca tanpa harus
menghapalkannya.Kuttab di kawasan Afrika Utara Tunisia dan sebagian Libya)
lebih mengutamakan segi qira'at alquran lalu diikut seni kaligrafi dan hadits.
Institusi
pendidikan Islam tipe ini
merupakan tempat pembelajaran
dasar-dasar Alquran melalui ketrampilan menghafal dan menulis, khusus
bagi anak-anak yang belum
remaja. Karena itu, tujuan
utama didirikan lembaga
pendidikan kuttab adalah
tempat menghafal Alquran dan
mengajarkan ketrampilan membaca
dan menulis bagi anak-anak
muslim. Kemunculan lembaga
pendidikan jenis ini telah dimulai sejak masa Rasulullah saw., yaitu
pembelajaran khusus bagi
anak-anak muslim yang belum bisa
baca tulis dilakukan oleh tawanan
perang atas perintahnya. Pada masa awal
Islam, kuttab menempati posisi yang sangat
penting dalam pengajaran Alquran, sebab menghafal
Alquran menjadi tradisi
yang mendapatkan kedudukan
terhormat di kalangan pemimpin dan umat Islam.
Pada saat ini adalah menjadi fenomena yang tidak
mengejutkan, jika Alquran tidak hanya
dipelajari melalui lembaga
khusus, tetapi juga
mendapatkan perhatian serius
dari penguasa, ulama’
dan orang kaya. Para peserta
didik yang telah menghafal dan memiliki wawasan tentang Alquran, diajarkan ibarat-ibarat dalam
ilmu Nahwu dan bahasa Arab. Disamping itu, juga
diajarkan ilmu hitung, sejarah tentang bangsa Arab
pra Islam dengan
metode pembelajaran yang lebih mengutamakan aspek hafalan.
Pendidikan pada
masa Rasulullah SAW (610-632 M)
ketika di Makkah, bertempat di rumah Rasul sendiri, rumah al-Arqam bin Abi
Arqam, kuttab (rumah guru, halaman/pekarangan mesjid), Inti materi yang diajarkan; keimanan,
ibadah dan akhlak,
juga baca-tulis dan
berghitung untuk tingkat dasar, al-Quran, dasar-dasar
agama untuk tingkat lanjut.
Guru disebut mu
‟allim atau mu
‟addib, serta tidak
dibayar, dan bagi
tingkat dasar gurunya
non muslim. Pada
saat Islam datang hanya
17 orang Qurasy yang bisa baca
tulis. Di Madinah
tempat belajar ditambah
mesjid, materi yang diajarkan ditambah; pendidikan kesehatan dan
kemasyarakatan. Sistemnya
halaqah. Metodenya; tanya-jawab, demontrasi dan
uswah hasanah, murid disebut dengan
ashhabush shuffah.
B.
MANAZIL ULAMA’ (RUMAH KEDIAMAN PARA ULAMA’)
Tipe lembaga pendidikan ini termasuk kategori yang
paling tua, bahkan lebih dulu ada sebelum
halaqah di masjid.
Rasulullah saw.
dan para
sahabat menjadikan rumahnya
sebagai markas gerakan pendidikan yang terfokus pada
aktivitas pengajaran akidah dan pesan-pesan
Allah swt. dalam Alquran
untuk disampaikan kepada
masyarakat. Selain Dar
al-Arqam, baik pada periode
Makkah maupunMadinah, sebelum
didirikan masjid Quba, Rasulullah
saw. menggunakan rumah kediamannya untuk kegiatan pembelajaran umat
Islam. Rumah Rasulullah
saw. selalu ramai, sebab
setiap saat orang berduyun-duyun datang menimba ilmu,
sehingga fungsi rumah sebagai
tempat istirahat yang nyaman
dan damai menjadi
terusik (tereduksi). Maka turunlah
ayat yang menetapkan aturan
yangberkenaan dengan pemilik dan
fungsi rumah sebagai
tempat yang harus di
jaga kenyamananya di
kalangan umat Islam,
termasuk hubungan antara
para sahabat dengan Rasulullah saw. dalam proses
pendidikan.
C.
MASJID DAN JAMI’
Masjid dan Jami’
adalah dua tipe
lembaga pendidikan Islam yang sangat dekat
dengan aktivitas pengajaran
agama Islam. Kedua terma ini,
pada dasarnya memiliki
fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat ibadah
dan pengajaran agama
Islam. Kemunculan masjid sebagai lembaga
pendidikan dalam Islam telah
dimulai sejak masa
Rasulullah saw. dan
Khulafaur Rasyidin, sedangkan
jami’ muncul kemudian dan banyak
didirikan oleh para penguasa dinasti, khususnya Abbasiyah. Beberapa jami’ yang
terkenal pada masa Abbasiyah antara lain; Jami’ Amr bin Ash, Jami’ Damaskus,
Jami’ al-Azhar dan masih banyak yang lain.
(Ahmad Syalabi, 1960:
87-88).
Mesjid sejak masa Nabi Muhammad selalu digunakan selain untuk ibadah juga
sebagai institusi pendidikan umat Islam. Praktek ini pun terus dilaksanakan
pada masa para sahabat namun disinyalir di masa Umar bin Khattab-lah
intensifitas mesjid selain sebagai tempat ibadat juga difimgsikan sebagai
sekolah betul-betui terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sampel
seperti pada mesjid di kota Kufah, Basrah dan Damaskus yang telah digunakan
untuk pengajaran alquran dan hadis, bahkan selanjutnya pelajaran nahwu (grammar
bahasa Arab) dan sastra digabungkan pula ke dalam institusi pendidikan ini. 13
Perkembangan lebih lanjut dari mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah
munculnya mesjid-mesjid yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bagi pelajar,
dan mesjid ini lazimnya disebut dengan mesjid khan. Mesjid khan ini secara
finansial didukung oleh badan wakaf dan penghasilannya dimanfaatkan untuk
kepentingan sosial. Perkembangan khan ini sangat berkaitan erat dengan
kepedulian umat Islam masa itu terhadap para penuntut ilmu, khususnya mereka
yang berasal dan luar daerah.
Dengan
demikian, pendidikan Islam
dan masjid merupakan suatu
kesatuan yang integral, dimana
masjid menjadi pusat dan
urat nadi kegiatan keislaman
yang meliputi kegiatan keagamaan,
politik, kebudayaan,
ekonomi, dan yudikatif.
Mulai sejak masa Rasulullah saw. dengan
masjid Quba dan Nabawi
hingga masjid Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah, masjid
selalu menjadi alternatif utama dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.
Dari masjid, kemudian
berkembang menjadi masjid khan sebagai Saepudin Mashuri, Transformasi
Tradisi…tempat pemondokan bagi pencari ilmu di lingkungan halaqah masjid dari berbagai wilayah
Islam.
D.
QUSHUR (PENDIDIKAN RENDAH DI ISTANA)
Pendidikan anak bangsawan di kalangan istana
berbeda dengan pendidikan anak
umat Islam pada
umumnya. Di istana,
metode pendidikan dasar dirancang oleh orang tua
murid yang menjadi khalifah
dan penguasa pemerintah
agar selaras dengan
minat, bakat, dan keinginan
orangtuanya. Metode pembelajaran
yang diterapkan, pada dasarnya
sama dengan metode belajar anak-anak di kuttab, hanya ditambah dan dikurangi
sesuai dengan kebutuhan kalangan bangsawan istana dalam
menyiapkan putera mereka
memikul tanggung jawab negara dan agama di masa selanjutnya.
Tenaga pengajar di
lembaga pendidikan ini disebut
muaddib. Mereka diberikan tempat
tinggal di lingkungan
istana dengan tugas mengajar berbagai
disiplin ilmu, terutama yang berkaitan dengan peningkatan wawasan
keislaman dalam bidang Alquran, hadis,
syair dan sejarah peradaban
manusia saat itu.
Putera-putera istana terus digembleng dengan metode
semacam ini sampai
mereka melewati masa
kanak-kanaknya. Kemudian, mereka beralih dari siswa kuttab ke tingkat mahasiswa
di halaqah masjid atau madrasah.
Misalnya; salah seorang muaddib terkenal yang diberikan tugas oleh khlifah
Harun al-Rasyid adalah al-Ahmar untuk mendidik puteranya, al-Amin.
E.
HAWANIT AL-WARRAQAIN (TOKO-TOKO BUKU)
Pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad,
lembaga pendidikan Islam dalam bentuk toko-toko buku telah bermunculan di
pusat-pusat kota, selain sebagai agen
komersialisasi berbagai buku ilmiah
juga menjadi pusat
pembelajaran umat Islam
melalui metode diskusi mengenai
isi buku yang dicari atau ditawarkan. Kemudian, lembaga pendidikan
ini menyebar dengan
cepat ke seluruh
wilayah kekuasaan Islam saat itu. Mengutip pendapat
al-Yaqubi, Hitty menjelaskan
bahwa pada masa itu, sekitar
tahun 891 M terdapat pusat pertokoan yang berjejer lebih dari seratus toko buku
dalam satu jalan. Beberapa toko buku itu merupakan stan (kamar) yang lebih
kecil ukurannya dari surau, tetapi terdapat
juga kamar yang
lebih besar yang berfungsi sebagai
pusat penelitian hasil karya
seni dan menjadi
taman wacana bagi pengembara ilmu
yang datang dari berbagai wilayah
Islam.
Toko buku,
selain sebagai tempat
menjual buku juga digunakan
sebagai pusat diskusi tentang berbagai karya sastra oleh para
cendekiawan danpujangga .
F.
SALUNAT AL-ADABIYAH (MAJLIS SASTRA)
Lembaga
pendidikan Islam dalam
bentuk majlis sastra mulai populer
berkembang secara formal sejak masa
dinasti Umayyah dan Abbasiyah, tetapi keberadaannya telah
dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin.
Di lembaga ini,
umat Islam belajar
tentang berbagai syair, baik dalam
bahasa Arab maupun bahasa
Persia yang berhubungan dengan
agama Islam dan kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat secara menyeluruh.
Pada masa Abbasiyah,
selalu diadakan perdebatan
dan diskusi tentang keahlian bersyair
diantara sastrawan dari
berbagai disiplin ilmu, termasuk
juga perlombaan di antara para seniman dan pujangga, khususnya dalam
bidang kaligrafi Alquran dan
arsitektur. Lembaga
pendidikan ini menjadi
salah satu corong pemerintah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dalam bidang seni
dan budaya umat Islam
sehingga mampu menghasilkan karya
seni dan budaya yang menakjubkan saat itu.
G.
MAKTABAH (PERPUSTAKAAN)
Lembaga
pendidikan Islam ini menjadi
suatu cara bagi para pencinta
ilmu masa dahulu dalam menyebarkan
ilmu. Disamping harga buku yang mahal dan
tidak semua umat Islam
dapat memilikinya, mereka juga menginginkan
suatu tempat yang bisa
menjadi pusat koleksi
karya-karya mereka, sehingga
mudah diakses oleh umat.
Perpustakaan tersebut terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya dan
orang-orang yang bekerja di lembaga
ini digaji oleh penguasa. Misalnya; perpustakaan
Iskandariyah dan Baitul al-Hikmahpada masa dinasti Abbasiyah. Pada masa
selanjutnya, lembaga pendidikan Islam dalam bentuk perpustakaan ini
menjadi salah satu pusat
kebudayaan Islam, bukan lagi menjadi tempat kegiatan interaksi
pembelajaran umat. Disamping Saepudin
Mashuri, Transformasi Tradisi…tempat mengoleksi buku-buku karya ilmiah dari
dunia Islam dan asing juga digunakan sebagai tempat penelitian, observasi, dan
laboratorium percobaan ilmiah.
H.
BIMARISTAN DAN MUSYTASYFA (KLINIK DAN RUMAH
SAKIT)
Lembaga pendidikan Islam dalam bentuk bimaristan (klinik) ini
telah memberikan sumbangan
yang besar terhadap pertumbuhan dan pengembangan keilmuan
dalam bidang kesehatan dan pengobatan. Bimaristan, selain
berfungsi sebagai tempat
pengobatan berbagai penyakit
juga menjadi pusat
pengajaran ilmu kesehatan. Bimaristan pertama yang memainkan kedua
fungsi tersebut adalah didirikan oleh Walid bin Abd. Malik tahun 88 H. Sama
halnya dengan bimaristan,
rumah sakit rumah
sakit juga termasuk salah satu institusi pendidikan
Islam yang penting, sebab kebanyakan pengajaran ilmu kesehatan
dan klinis dilakukan di tempat ini. Tradisi yang berkembang saat itu, yaitu
pengajaran aspek teoritis ilmu kedokteran diberikan secara mendalam di masjid
atau madrasah. Sedangkan dimensi praktisnya
dilakukan di musytasyfa
yang banyak memiliki
perpustakaan dan sekolah
yang memang secara khusus di desain
untuk tujuan aplikasi teori-teori
pengobatan secara medis.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berbagai Instuti pendidikan Islam sebelum adanya madrasah :
1. Kuttab adalah kata jadian
dari "kataba", yang biasanya digunakan sebagai tempat belajar tulis
menulis, bahkan kuttab ini sudah dikenal pada masa Jahiliyah.
2. Manazil
Ulama’ adalah tempat kediaman para ulama’ yang digunakan sebagai tempat untuk
belajar.
3. Masjid
dan Jami’ adalah dua lembaga yaitu
sebagai tempat ibadah dan
pengajaran agama Islam.
4. Qushur
adalah Pendidikan anak bangsawan di kalangan
istana berbeda dengan pendidikan anak umat
Islam pada umumnya
5. Hawanit
al-warraqain (toko-toko buku)adalah toko buku yang menjual berbagai buku ilmu
pengetahuan dan tempat untuk sarana diskusi.
6. Salunat
al-adabiyah (majlis sastra) adalah suatu majlis khusus yang diadakan oleh
khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.
7. Maktabah (Perpustakaan) adalah tempat
menyimpan koleksi hasil karya ilmu pengetahuan para ilmuan dan tempat para
pembaca.
8. Bimaristan
dan musytasyfa (klinik dan rumah sakit) adalah tempat praktek untuk belajar
ilmu kedokteran.
Jawad Ali, al-Mufassal
f i Tarikh al-'Arab Qabia al-Islam (Bagdad
: Dar an- Nahdhah, 1978), Vol. VIII, 295
Hasan Asari, Menyingkap
Zaman Keemasan Islam (Bandung : Mizan, 1984), 17-18.
Ahmad Syalabi,Tarikh
at-Tarbiyyah al'Islamiyyah, (Beirut; Daral-Fikr, 1954), 36.
Armai Arief, Melacak
Akar Timbulnya Dikhotomi Ilmu Dalam Pendidikan Islam, Jauhar. Vol. 3, No.
2, Desember 2002, 215.
Hitty, Philip K .
History of Arabs.
(London : The MacMillan Press, 1974),
408
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007 ), 22
Sybi,
Ahmad. 1960. Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah. ( Cairo: Maktabah al-Anjal al-Misriyyah,
1960), 87-88
Armai Arief, Melacak
Akar Timbulnya DikhotomiIlmu Dalam Pendidikan Islam, (Jauhar. Vol. 3, o. 2, Desember 2002), 215.
Stanton, Chalaarles Michael.. Pendidikan Tinggi Dalam Islam. Ter.
Afandi dan Hasan Asyari. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1994), 23
Nakosten, Mahdi. History of
Islamic Origins of WesternEducation A.D. 800-1350. (Colorado:
Colorado University, 1989), 51
Nasyabe, Hisyam.
(Muslim Education Institutions.
Bairut: Libraire Du Liban, 1989). 20
Thoyib, Ruswan. 1998.
“Development of Muslim Educational System in The
Classical Period (600-1000
A.D.) an
Overview” dalam The Dynamic of
Islamic Civilization (Satu Dasawarsa Program Pembibitan). Yogyakarta: Titian
Ilahi Press. 62
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "INSTUTI PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM ADANYA MADRASAH"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*